•13: Kekunci

9 1 0
                                    

"Itu udah jam 5 ogeb! Perpus di tutup jam 4!"

•••

"Gara-gara lu ini! Isss" desis Dini.

Gendra tidak mengelak pernyataan Dini yang sedari tadi di lontarkan kepadanya.

"Lu sih bego! Hiks.. hiks.." rengek Dini namun tak menangis sambil menundukkan kepalanya kemudian menutupi wajahnya dengan tangan.

"Lo nangis?"

"Kagak!"

"Din.." Gendra segera mendekatkan dirinya dengan Gadis itu.

"Jauh-jauh!"

Niat prihatin Gendra di ralat.

"Gak usah deketin gue udah gue bilang!"

"Oke-oke!"

Kini keduanya melantai di dekat pintu perpustakaan dengan berjarak 2 meter antara keduanya.

Tidak ada harapan untuk keluar. Keduanya tidak ada yang membawa handphone. Telfon di perpustakaan sudah diputuskan sambungannya.

Dengan terpaksa mereka harus menginap semalam disana. Gendra yang semalaman tertidur, sementara Dini semalaman tidak tidur. Posisi keduanya seperti bertukaran, jika siang Dini di jaga oleh Gendra, dan malamnya Gendra di jaga oleh Dini

"Tidur lo sampai mampus! Dari pada gue yang tidur nanti lo apa-apain gue lagi.."

"Pede banget mba.. Mba.. "

Tidak ada yang perlu ditakutkan. Semua lampu di ruangan itu mereka nyalakan membuat perpustakaan menjadi seperti cahaya pada mall. Sama halnya dengan cuaca pada ruangan, Dini akan kepanasan jika tidak menyalakan seluruh AC-nya yang berjumlah 4 untuk ukuran perpustakaan yang cukup besar.

Yah! Perpustakaan bagaikan rumah mereka untuk sementara.

Keesokan harinya, kini jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Dini masih saja membuka matanya namun dengan keadaan kendur. Gendra yang baru saja bangun dari tidurnya Langsung menatap prihatin melihat mata milik gadis itu yang tampak bengkak menahan tidur.

"Lo kenapa gak tidur?" tanya Gendra.

"Gak usah banyak tanya!" Dini beralih berdiri, "mending sekarang lo cari jalan buat dibukain ini tanpa ada yang tau."

"Maksud lo?"

"Jangan ada yang tau! Gak ngerti? Gue gak mau nanti ada gosip yang gak-gak lagi."

"Lah yang suka buat gosip kan elu dalangnya. "

"Bacot banget Ya Tuhan." Dini berjalan mendekati pintu lagi.

Ceklek ceklek ceklek

Dini terus mencoba membuka pintunya walaupun itu tidak mungkin. Gendra hanya menatap tak berekspresi melihat Dini sekarang.

'Kasihan sekali dia, mana masih muda,' gumam pria yang berada dengan Dini itu sekarang.

Dini merasakan pegel bagian lehernya, ia kemudian memutar-mutar lehernya sampai beberapa bunyi tulang berbunyi.

Mata Dini tiba-tiba melototi kearah atas pintu dengan bersamaan sebuah ide cerdik muncul.

Dini membuka engsel pintu bagian atas. Membuat kedua pintu perpustakaan itu akhirnya bisa terbuka juya.

"Ah! Sialan! Anjay!" umpat Dini dengan idenya yang baru saja muncul.

•••

Selasa, 26 Maret.

"Untuk praktik Biologi pada hari ini. Ibu hanya akan menyampaikan isi materinya, untuk minggu depan kalian di haruskan untuk memahami semuanya dan melakukan praktiknya dengan sendiri dan sempurna. Paham?" Bu Ana menjelaskan.

"Paham!" seru para siswa.

"Dini? Kamu ada apa?" Bu Ana memperhatikan wajah Dini yang kini memucat.

Anak-anak yang lain ikut melihat kearah Dini.

"Lo kenapa Din?" tanya Fina ikut menyadari wajah pucat Dini.

Dini menggeleng menjawab Fina.

"Gak Bu.." jawab Dini kepada Bu guru atas pertanyaan tadi.

"Silahkan kamu ke UKS dulu.."

Dini berpikir sejenak, sebelum sekarang ia berdiri dan mengiyakan ucapan Bu Ana.

"Saya izin ya Bu.."

"Iya, iya.."

Dini berjalan keluar kelas.

Gendra menyadari Dini yang cara jalannya sudah tak karuan. Ia pun segera menghampiri Dini yang sudah berada di luar kelas. Sebelumnya, Gendra sudah meminta izin juga kepada guru untuk mengantarkan Dini ke ruangan UKS.

Gendra menenteng tangan Dini pada kedua bahunya, namun Dini menariknya kembali.

"Ngapain lo ngikutin gue??"

Gendra tak menggubris.

"Ngapain sih lu ngikutin gue!?" ketus Dini gregetan.

"Gue bantuin," ujar Gendra dengan mengulang untuk mengangkat tangan Dini.

Dini menarik kembali tangannya lagi seraya menolak, "gak usah!"

"Lo yang gak usah ngeyel! Mau di bantuin malah sok jual mahal!" Gendra bertingkah serius membuat Dini terdiam dengan wajah kesal mengiyakan saja mau Gendra.

___
tbc

GENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang