10 ; god of forgiveness

29 7 0
                                    

Semua terkejut mendengar keterangan Nathan, mereka tidak menyangka jika Nathan yang notabene laki-laki acuh mengetahui hal tersebut.

"Sumpah demi apa, lo ketemu dia?" pekik Zion dengn mimik wajah yang tak bisa dikondisikan.

Nathan mengangguk menjawab pertanyaan Zion. "Gua kemarin sempet ngejar dia, tapi keburu ngilang, yaudah gua pulang." jelas Nathan.

"Lo ngapain ngejar dia?" tanya Arzan penasaran.

"Pas gua marah-marah di kelas, dia keliatan mencurigakan. Gua yakin kalo dia dalangnya, jadi gua ikutin dia. Pas ngejar dia, gua ga sengaja nabrak si Jev, hampir berantem lagi cuman dilerain sama anak-anak yang lain. Terus giliran gua mau ngejar lagi, dia udah ilang gitu aja." jelas Nathan membuat teman-temannya berpikir keras, kemana kah dia.

Mereka memutuskan untuk tidak membahasnya lagi, dan melanjutkan sesi main ps yang sempat terhenti.

Sementara Nathan kembali diam dengan seribu bahasa, dimana di dalam pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan kemana siswa itu menghilang.

Di sekolah, Jev dan teman-temannya mendekati Jean, "Hey manis.. Udah lama kita ga ketemu, setelah pertemuan pertama kita, 'kan? Gua kangen banget sama lo." ucap Jev menggeser tempat makan Jean, lalu duduk di atas mejanya.

Jean mengetahui itu adalah suara dari orang yang paling dia hindari, bukan karna takut melainkan risih. Dia hanya mengacuhkan keberadaan Jev tanpa menjawab apalagi menoleh.

"Wah sok cuek dia, Jev." sahut Ricky remeh.

"Belum puas rasanya berantem sama lo Jev, mungkin dia belum kapok." sahut Matteo memandang remeh.

Perlahan Jean mulai melihat pemuda yang kini duduk di depannya, menatapnya tajam tanpa rasa takut lalu menyeringai.

"Hai! Gimana kelas lo? Gada hambatan 'kan, setelah bikin ulah sama gue waktu itu?" tanya Jean dengan mantap.

Jev hanya tertawa mendengar ucapan berani dari Jean, baginya gadis itu benar-benar menarik karena selama ini, tidak ada yang berani pada mereka kecuali Allura dan teman-temannya.

Jev mendekatkan wajahnya pada Jean, mengikis jarak diantara mereka berdua sambil memandang bibir tipis nan ranum milik Jean.

Gadis itu terlihat tenang dengan tatapan yang konsisten, walau apa yang dilakukan Jev membuat jantungnya berdegup kencang. Karena bisa saja pemuda itu melahap habis bibirnya.

Kiran yang melihat apa yang dilakukan Jev pun, kini sudah tidak bisa membendung kesabarannya lagi. Dengan cepat dia menarik kerah seragamnya dengan kuat, menyebabkan salah satu kancing kemeja itu terlepas.

Jev yang tidak terima pun langsung menoleh, dan siap melayangkan tamparan di pipinya.
Bukannya menampar, dia justru mendapat tamparan kenyataan jika yang melakukan itu adalah Kiran. Gadis yang paling dia hindari di sekolah ini, pasalnya bos mereka sangat menyukai Kirana sampai-sampai mereka tidak boleh sekali pun menyentuh bahkan melukai gadis itu.

Dia mengepal geram di hadapan Kiran, sementara gadis itu tidak bergeming dengan tatapan yang siap membunuh siapapun di hadapannya.

Dia menghela napas kasar, "Kali ini lo aman. Kalo sampe lo bikin ulah lagi, gua pastiin lo ga akan bisa jalan nanti!" ancam pemuda itu yang langsung meninggalkan mereka.

Kiran langsung menghampiri Jean yang sedang mengatur napasnya, dia tidak habis pikir jika Jev akan melakukan itu. Dan jika Kiran tidak membantunya, mungkin ciuman pertamanya akan jatuh ke tangan pria bajingan itu.

"Lo gapapa kan, Niel?" tanya Kiran khawatir karena muka Jean yang mulai pucat.

Jean mengangguk lalu meminum air yang diberikan oleh Arsya, "Kenapa ga lo lawan lagi aja sih, Niel?" lanjut Kiran sambil mengelus-elus punggung Jean.

SIDES! : something no one knows • On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang