Di sisi lain terlihat Allura yang memasuki kamar Harris, kamar kosong itu benar-benar dipenuhi dengan lukisan-lukisan yang bisa dibilang cukup abstrak dan memiliki nuansa gelap.
Gadis itu pun berjalan menuju meja belajar saudaranya, sampai dia menemukan sebuah buku catatan dimana di dalamnya berisi beberapa gambar yang cukup aneh untuk orang normal pada umumnya.
Dengan penasarannya Allura melihat seluruh gambar itu sampai dimana dia terkejut akan sebuah gambar yang tidak asing baginya.
"Apa seperti itu cara papa mengajarimu, untuk masuk ke dalam kamar orang lain tanpa izin?" sindir Harris memasuki kamarnya.
Tanpa menjawab, Allura langsung melemparkan sebuah foto di atas meja Harris.
Laki-laki itu langsung mengambil foto tersebut, yang ternyata itu adalah foto korban pembunuhan tadi pagi.
Harris pun menoleh pada gadis itu yang sedang menatapnya tajam.
"Itu pasti ulahmu." Ucap Allura.
"Ada bukti?" Jawab Harris dengan santai, bertanya jika adakah bukti untuk tuduhan itu.
"Noda kopi, itu buktinya."
Harris pun kembali pada buku pelajarannya, tanpa menghiraukan tatapan Allura yang mengintimidasi.
"Al.. Bukankah dia berjalan dengan pria lain saat itu? Mungkin saja itu ulahnya. Kenapa kamu harus repot-repot menuduhku yang selalu bersamamu." Jelas Harris.
Namun, Allura masih bersikukuh dengan dugaannya. Entah mengapa dia harus menuduh Harris seperti itu. Yang jelas di mata Allura, Harris sangat mencurigakan.
Gadis itu kemudian pergi dari kamar Harris dengan pikirannya yang masih sedikit curiga pada sang saudara. Memang tidak ada bukti yang mengarah padanya, dan jika dipikir ulang, mana mungkin Harris repot-repot membunuh seseorang dengan sikapnya yang acuh dan individualis tersebut.
Setelah kepergian Allura, Harris pun menoleh untuk memastikannya. Dia lalu mengambil foto yang diberikan gadis itu, dan seringaian pun mulai terlihat dari bibirnya.
"Kamu sangat pintar, Allura."
***
Kembali di rumah Nathan, kini terlihat pemuda itu sedang menonton tv di ruang tengah bersama sang kakak yaitu Arsya.
Ya, Arsya berbohong jika dia adalah seorang adik. Dia adalah kakak dari Niel bersaudara, usia mereka terpaut satu tahun. Sebenarnya dia juga tau, jika dia memiliki saudara kembar. Namun, karena kecelakaan delapan tahun lalu yang membuat ingatannya hilang, dan kemarahan ayahnya pada Daniel bermula.
Ting!
Suara notifikasi dari ponsel Nathan pun terdengar dan berhasil menarik perhatian Arsya.
"Siapa?" tanya Arsya.
"Arzan, dia mau kesini." Jawab Nathan.
"Arzan?" tanya Arsya yang kali ini menoleh pada Nathan, yang langsung mengangguk memberikan jawaban.
"Zion ikut?" sekali lagi Arsya bertanya, tapi kali ini pertanyaannya berhasil membuat Nathan sedikit heran.
"Lo ada hubungan apa sama Zion?" bukannya menjawab, Nathan malah balik bertanya pada sang kakak.
Arsya memutar bola matanya lalu menatap tajam Nathan dengan mata sipitnya sambil berkata, "jangan ngadi-ngadi deh lo. Siapa juga yang mau punya hubungan sama orang receh bin nyebelin kayak dia."
"Banyak, lo aja yang gatau."
Arsya yang mendengarnya sedikit terkejut, dimana secara diam-diam dia memang menyukai tingkah Zion yang selalu membuat teman-temannya tertawa. Dia memang menyukai laki-laki humoris, sama seperti ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDES! : something no one knows • On Going
Mistério / SuspenseMenceritakan tentang seorang siswa yang sangat misterius, sekaligus menghilangnya beberapa siswa disertai banyaknya pembunuhan berantai yang terjadi di jagat korea. note : • Harsh Words • • Bahasa non-baku • • Bahasa asing • • Kekerasan • • Pembully...