11 ; Nathaniel?

31 4 0
                                    

Di kamarnya, Nathan sedang mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Karena dia diskorsing, dia juga harus mengejar beberapa pelajaran yang tertinggal.

Malam ini teman-teman Nathan pun berencana untuk menginap di rumahnya, dengan Zion dan Arzan berada di kamar Nathan, sedangkan Kiran dan Jean ada di kamar Arsya.

"Niel!" panggil Zion sambil memainkan rubik milik Nathan. Ia terlihat mengotak-atik benda rubik yang terkenal gampang-gampang usah.

"Hmm.." sahut Nathan yang masih fokus pada tugasnya.

"Lo penasaran ga sih, si Suho itu kemana? Gua jadi pengen nyelidikin kasusnya." ucap Zion dengan sangat antusias akan kasus hilangnya siswa SMA Myeongpyeong.

"Halah! Gaya banget lo, sok sok'an nyelidikin kasus. Sekolah aja sering bolos lo!" ledek Arzan sambil melihat beberapa buku di rak milik Nathan.

"Lah gapapa dong! Lagian kalo kita bisa berhasil, nanti kan ada apresiasinya dari kepolisian, karena udah bantu mereka usut tuntas kasus yang mereka sendiri gak bisa tuntasin." jelas Zion penuh ambisi.

"Ga akan ada apresiasi apa-apa, lo malah bakal dibilang ngehalangin proses penyelidikan. Biarin aja itu jadi tugas polisi, biar ada kerjaan mereka." tegas Nathan yang masih tak bergeming dari tugas sekolahnya.

"Bener tuh, kadang polisi kan emang gitu, niat mau ngebantu malah bilang ngehalangin tugas. Tapi emang ada benernya juga, itu tugas mereka, mereka juga harus fokus apalagi menyangkut seseorang." lanjut Arzan yang kini menemukan buku catatan yang terlihat lebih estetik dari buku yang lainnya.

"Ya tapi kan, gua juga penasaran." ucap Zion masih dengan ambisinya, "Ini buku apaan, Niel? Keren banget." tanya Arzan yang langsung mendekati Zion dan duduk di sampingnya.

"Sampulnya kek gimana?" tanya Nathan.

Arzan melihat dan membulak-balikan buku tersebut untuk melihat detailnya, "Sampulnya kulit, terus ada tulisan latinnya juga, gua gatau apaan artinya. Gua buka ya?" tanya Arzan sebelum dia membuka buku yang menarik perhatiannya itu, dengan meminta persetujuan Nathan terlebih dulu.

Nathan mengingat-ingat buku tersebut lalu mengangguk. Arzan yang mendapat persetujuan tersebut langsung membuka buku itu, dan betapa terkejutnya ketika dia melihat isi dari buku yang dia pegang.

Di posisi yang berbeda, terlihat Jean tengah berkeliling untuk melihat seisi kamar seorang Arsyana.

"Ini foto ayah kalian, Sya?" ucap Jean, sambil melihat foto Arsya bersama ayahnya saat berada di Paris.

Arsya menoleh dan mengangguk pada Jean, gadis itu terus mengamati foto lelaki tegap dengan senyum merekah. "Persis seperti Nathan." batin Jean dengan tak sadar senyum tipis mulai mengembang.

"Bunda kemana? Tumben dari tadi gue ga liat bunda sama sekali," tanya Kiran sambil memainkan rubik yang dia bawa dari kamar Nathan.

"Biasanya kalo shift malem gini, bunda suka nunggu ayah buat jemput. Ayah kan biasa pulang malem, jadi pulangnya suka sekalian sama bunda." jelas Arsya sambil memainkan ponselnya.

"Eh! Cowok-cowok lagi ngapain sih? Tumben banget sepi?" tanya Arsya berusaha mendengarkan kegaduhan yang dibuat oleh para laki-laki.

"Gue liat tadi Niel lagi ngerjain tugas sambil ngobrol sama antek-anteknya." sahut Kiran.

"Niel emang dingin banget ya, Ran?" tanya Jean yang mendekati mereka berdua.

Arsya yang memang penasaran, seperti apa Nathan di mata sahabatnya kini mulai mengalihkan pandangannya pada Kirana, siap untuk mendengarkan.

"Dingin kek kulkas dua pintu. Tapi sebelum kecelakaan dia ga begitu dingin, ga temperamental juga kek sekarang. Mungkin karna efek kecelakaan itu kali, makanya dia gampang banget marah kan, kayak kejadian waktu itu." jelas Kiran menceritakan siapa Nathan sebelum kecelakaan terjadi.

SIDES! : something no one knows • On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang