22 ; concern

20 3 0
                                    

Keesokan harinya, matahari yang cerah berhasil menghangatkan kota yang tengah dihujani salju. Tidak terlalu deras tapi mampu membuat suhu udara menjadi sangat dingin. Namun, hal itu tak mampu meredupkan semangat para siswa SMA Myeongpyeong untuk bersekolah.

"Cieee yang udah jadian." Ledek Jean mendekati Nathan dan Kiran yang berjalan bersama.

Tidak hanya mereka berdua, yang lainnya pun mengikuti mereka dari belakang, dengan alasan tidak ingin mengganggu pasangan baru itu.

"Jean! Sini!" panggil Arsya sambil melambaikan tangannya.

Jean pun mendekati gadis itu dan berjalan berdampingan, "Udah biarin aja mereka berdua gitu." Ucap Arsya membuat Jean ikut mengangguk.

Setelah pengakuan soal perasaannya pada Kiran, Nathan pun memutuskan untuk kembali ke sekolah. Tak lupa dia juga memberitahukan soal itu pada Daniel.

Hari itu dia tidak melihat Daniel di kamarnya, dia benar-benar tidak tau dimana keberadaan saudara kembarnya itu. Bahkan, sampai hari ini dia masih mengkhawatirkannya.

Di kelas, Nathan mulai menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Bahkan kebiasaannya yang lama kembali, yaitu memutar pulpen di tangannya.

"Wah! Baru liat lo muter-muter pulpen gitu, biasanya ngegambar." Ujar Arzan yang menjadi teman sebangkunya.

Mendengar hal itu, Jean langsung menoleh dan melihat betapa lihainya Nathan memutar pulpen di tangannya.

"Keren! Ajarin gue dong, Niel." Pinta Jean yang langsung memutar kursinya untuk duduk berhadapan dengan Nathan.

Dengan senang hati, laki-laki itu pun mengajarkannya pada Jean. Entah kenapa, Jean merasa jika itu bukan Nathan yang dia kenal. Berbeda dengan Arzan yang mengira jika Nathan sudah kembali pada jati dirinya yang dulu.

Bel istirahat pun berbunyi, diiringin dengan datangnya Kiran dan Arsya yang langsung masuk ke kelas Nathan.

"Ekhem! Kok cewenya sih yang nyamperin ke kelas, gimana sih, Niel?!" ucap Jean menyindir Nathan karna Kiran datang untuknya.

"Tau nih." Lanjut Arzan mengompori.

"Ck. Yang jomblo diem aja deh." Titah Nathan tak kalah menyindir kedua sahabatnya.

Mendengar itu, sahabatnya pun langsung menyorakinya. Begitu pun dengan Kiran yang langsung memukul bahu Nathan perlahan.

"Ayo kantin gais.!" Ajak Zion yang tiba-tiba masuk ke kelas Nathan.

"Kalian aja deh, gua males." Ucap Nathan.

"Dih, tumben lo males ke kantin." Tanya Jean, "Tau biasanya paling semangat." Lanjut Arzan.

"Tau tumben banget, ayolah, Niel." Bujuk Zion dan teman-temannya.

Dengan sedikit paksaan akhirnya Nathan bersedia untuk diajak ke kantin, hanya sekedar menghilangkan rasa jenuh dan laparnya setelah belajar.

Terlihat antrian yang sudah tidak asing lagi bagi warga Myeongpyeong yaitu untuk mendapatkan jatah makan siang mereka. Setelah dirasa cukup dengan makanan dan minuman, Nathan dan teman-temannya pun duduk bersama sambil menikmati hidangan yang telah mereka ambil.

Di sela-sela sesi makan mereka, Zion pun menyadari dengan ketidak-hadiran Jevier disekitar gengnya. Itu adalah hal yang cukup tabu baginya, dimana secara terang-terangan Jevier adalah orang yang paling berpengaruh bagi Myeongpyeong school, tentu saja dalam hal pembullyan.

"Ini apa cuman gue doang atau kalian juga ngerasa kalo Jev ga masuk sekolah?" ucap Zion membuka obrolan.

Merasa terdistract, Nathan pun melihat sekeliling dan tatapannya berhasil tertuju pada rombongan Harris.

SIDES! : something no one knows • On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang