Selamat membaca.
Setelah kejadian malam itu, Niko mulai tegas melarang Daffa bertemu dengan Devan. Niat Niko sebenarnya baik ia hanya ingin menjauhkan Daffa dalam bahaya, Daffa terlalu menganggap dunia itu baik, padahal ia tidak tau apa-apa. Naik bus sendiri saja ia tidak berani ke sekolah, katanya takut nyasar.
Daffa memantapkan niatnya untuk bertemu Devan, apapun alasannya setidak komunikasi itu penting. Sekarang Devan dan Daffa sedang berada di kedai "Hati ke Hati"
"Daff, lo less tambahan gak?"
"Engga"
"Kirain anak kayak lo suka les" Sambil menyeruput kopi, Devan tidak bermaksud menyingung ia hanya berkata apa adanya
"Emang bisa di liat dari tampang yah" Devan hanya menanggangkat bahunya
Daffa memajukan wajahnya sambil menatap Devan seperti sedang membaca aura "Gimana kalo aku bilang, kak Devan kayak orang yang suka tawuran" Seketika Devan terkejut, hanya beberapa detik lalu ia menormalkan ekspresinya kembali
"Emang"
Devan sambil kembali menyurut kopi, lalu memakan kentang goreng Daffa yang daritadi di anggurin, sedangkan Daffa hanya terdiam membisu
"Kenapa sih enteng banget jawabnya"
"Gue mah orangnya apanya adanya, sekalian nih gue bahas, gue sebenernya udah tau lo anak SMA musuh gue. Dulu gue gak ngehh, gak pernah nanya juga lo sekolah dimana? Sampe akhirnya gue tau, juga gak bisa jauhin lo karena jujur keberadaan lo buat mental gue jauh lebih baik" Devan terkekeh setelahnya lalu melanjutkan kembali kalimatnya
"Mungkin hampir sebagian masa remaja gue di isi sama kenakalan, sampe gue gak mikirin masa depannya kayak gimana?Gue juga mau menikmati masa remaja gue dengan kegiatan positif"
Daffa melihat ketulusan setiap kata yang di ucapkan Devan padanya, ia tidak mungkin menghindari seseorang yang ingin berubah menjadi lebih baik. Ia juga bingung sendiri bagaimana menghadapi sikap Niko yang lebih tegas melarangnya berteman dengan Devan.
"Kenapa gak cerita dari awal"
"Daffa dulu kita gak sedeket ini buat cerita hal2 pribadi, gue juga bukan orang yang mudah welcome ke orang lain. Cuman setelah gue kenal lo, lo bikin gue sadar bahwa gue nyia-nyia masa muda gue dengan dendam yang gak ada ujungnya"
"Setelah ini gimana?"
"Gue hiatus"
"Semudah itu?" Menyakinkan kembali
"Gak juga, baru-baru ini gue ikut tawuran kok. Semoga itu yang terakhir, gue udah janji sama diri gue sendiri"
'Dan saat itu juga gue pertama kalinya liat lo tawuran'
"Semoga"
"Lo gak akan jauhin gue kan?" Devan bertanya dengan hati-hati, ia sedikit takut sebab Daffa jadi cukup pendiam daritadi.
Daffa menggeleng "Gue seneng lo ada niat buat berhenti sama usaha pasti gak mudah yah ngelewatinnya sendirian"
Devan langsung terdiam, gak tau kenapa apa yang di ucapkan Daffa terdengar sangat tulus, karna tidak ada orang yang benar-benar memahaminya.
🐰🐰🐰🐰
Disinilah sekarang, Niko membawa Daffa ke taman kota setelah tahu ternyata Daffa malah datang sendiri menemui Devan. Bumi itu menang bulat yah, padahal baru saja Daffa berniat tidak memberitahunya
"Padahal lo sendiri kan yang liat dia ada di sana?" Niko berbicara dengan nada ketus, tentu saja itu membuat Daffa tersudut
"Iya gue liat terus kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daffaku
Teen FictionSemua orang memiliki cara sendiri untuk menyembunyikan lukanya masing-masing. Karna apa yang kamu lihat belum tentu sama seperti aslinya. Nyatanya dunia tak seindah cerita novel T.T #1 kisahpersahabatan #1 absurd