" Kau sangat tampan dan manly "
" Kau juga sangat keren "
" Woww.. kau sangat hebat " sambil mengedipkan matanya
" Kak, berhenti berbicara dengan cermin!" Teriak Diva, bosan dengan kakaknya yang tidak berhenti memuji diri sendiri
" Kenapa sih nekad banget mau sekolah, emangnya ayah sama bunda bakal ngizinin gitu ? " Sebenarnya Diva khawatir melihat wajah kakaknya yang masih terlihat pucat
" Hachiimmmm "
" Tuh kan, kakak aja masih bersin-bersin ngapain sihh harus sekolah ?!" Omelnya
" Yaa, buat menimba ilmu lah pake nanya " dengan santainya menjawab sambil memasangkan dasi namun, tidak terlalu rapi.
" Benerin dasi kakak dong, kayaknya gak rapi nih. Di pasang ulang juga boleh " menunjukkan dasinya.
Diva mengepalkan tangannya menahan kesal, namun ia menahan diri untuk tidak memukul dan tetap memasang ulang dasi kakak nya dengan baik dan benar
" Gweanchana, khawatir banget sih sama kakak, ughhh senengnya di perhatiin" menggoda sang adik yang tengah memasangkan dasi
" PD banget sih! Orang cuman ngingetin doang bukan perhatian tau!!" Teriak Diva tidak ada kalem kalemnya tidak mau mengakui
" Inti nya sama aja "
" Beda. Pokoknya titik, gak pake koma apalagi, titik dua bintang di atas!!" dengan sewotnya
" Diva, kakak saranin mulai sekarang kalo ke dapur, sebaiknya kamu jangan terlalu dekat sama kompor gas. Oke" sambil memegang bahu Diva dan berbicara seserius mungkin, seperti tengah memberi tau hal yang sangat berbahaya
Dahi Diva, mengernyit merasa aneh tiba-tiba kakaknya berbicara seserius ini " Kenapa emang ?" Menanyakan, karena sudah terlanjur penasaran
" Soalnya kakak perhatiin hari ini kamu mirip kompor gas, tiap ngomong ngegas mulu bawaannya "
Diva mengencangkan dasi yang sudah ia pasangkan, karena sudah tidak kuat menahan kekesalan mendengar ocehan kakaknya ia sedang tidak ingin berdebat, ia langsung meninggalkan kamar dengan pintu yang di tutup dengan kencang
" Uhuk, uhuk " Daffa berusaha melonggarkan dasinya dan menghirup udara dengan normal
Ada yang aneh dengan adiknya, tumben ia langsung pergi begitu saja tanpa meninggalkan pukulan seperti biasanya. Seperti keberuntungan untuknya
Di sisi lain Diva tengah menggerutu tak jelas, ada saja yang bikin emosi pagi-pagi, apalagi ia sedang PMS. Kalo saja kakaknya sedang sehat walafiat mungkin tadi sudah ia bejek-bejek kali jadiin perkedel, tapi kakaknya seperti nya masih sakit, jadi ia tidak tega memukulnya seperti biasa. Adik yang baik memang :)
" Euhhhhh.. nyebelin banget sih kak Daffa, gue langsung percaya gitu aja lagi, awas ya kalo udah sehat nanti, Huh " ngomel-ngomel sendiri " terus ngapain juga tadi gue nanya kek gitu? Bego banget sih lo Diva, bego " memukul-mukul kepalanya pelan
Tanpa ia sadari kedua orangtuanya sedang memperhatikan tingkah nya daritadi
" Sayang, anak-anak kamu makin sini aneh yah, kemarin ada yang ngesot-ngesot, sekarang ada yang ngomong sendiri. Unik dan bervariasi yah " ucap Jiwon sambil tersenyum
" Husss, anak kamu juga ya "
" Yang mengandung siapa ? "
" Aku "
" Yang ngelahirin siapa "
" Aku "
" Jadi mereka anak siapa ? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Daffaku
Teen FictionSemua orang memiliki cara sendiri untuk menyembunyikan lukanya masing-masing. Karna apa yang kamu lihat belum tentu sama seperti aslinya. Nyatanya dunia tak seindah cerita novel T.T #1 kisahpersahabatan #1 absurd