Aku terbelenggu. Terjebak dalam satu ruang. Tapi, aku tidak bisa pergi. Ada bagian dimana aku tidak bisa menjelaskan
.
.
.
~ noonajeon
" Darimana saja kamu, bukankah ayah sudah bilang ayah akan mengajarkan sesuatu buat kamu, Devan. Sini ikut ayah " mencekal tangan Devan ke suatu tempat
" Ayah kenapa aku di bawa kesini ?" Tanyanya bingung. Kenapa ayah membawanya ke kandang ayam, yang ada di belakang rumahnya
" Kamu lupa ayah adalah seorang pembisnis, jadi ini bagian dari contoh buat kamu bisa belajar tentang caranya bertahan. Cepat tangkap ayam itu " perintah mutlak ayah
" Tapi, ayah " firasat Devan sudah mulai buruk
" Cepat Devan. Jangan buat ayah lama menunggu, lakukan apa yang ayah perintahkan"
" Baik ayah " cicitnya sambil menangkap seekor ayam
" Perhatikan baik-baik " ayahnya memutuskan leher ayam itu dengan sekali sentakkan. Suara ayam mekekik dengan keras, Devan menutup matanya, bulir-bulir keringat berjatuhan. Sungguh meskipun ini bukan yang pertama kali, bahwa ada yang lebih mengerikan di banding mematahkan leher ayam, tapi tetap saja di dalam lubuk hatinya masih ada rasa kemanusiaan
" Buka matamu Devan !! Ini bukan yang pertama kalinya kamu melihat hal yang seperti ini. Bagaimana bisa kamu nanti jadi seorang pembisnis, kalau melihat seperti ini saja kamu sudah tidak kuat ? Hilangkan rasa kasihanmu itu, singkirkan orang-orang yang menghalangi jalanmu, seperti kamu mematahkan leher ayam ini. Rasa kasihan hanya akan membuat hatimu goyah, cepat lakukanlah " kata-kata ayahnya seperti menghiptonis, mata Devan menggelap tangannya mulai menggenggam leher ayam itu, lalu mematahkan dengan sekali sentakan seperti yang dilakukan ayahnya.
" Hhahahahhaah, kamu memang anak kebangaan ayah, tetaplah seperti ini " tawa ayahnya dengan puas, lalu menempuk bahunya dua kali setelah itu pergi meninggalkan nya.
Devan meremat tangannya dengan kuat, dia tidak sanggup terus menerus berdiri di sini langkahnya membawanya ke suatu tempat tanpa ia sadari.
Di atas jembatan Devan menatap kedua tangannya yang bergetar, mencoba mengatur nafasnya setelah merasa rileks tangannya ia rentangkan merasakan angin malam , dadanya terasa sesak hatinya lelah, jiwanya memberontak, tapi ia tidak bisa kabur
Tiba-tiba seseorang menarik tangannya menjauh dari jembatan, wajahnya terlihat sangat panik, dia terus saja menasihati tapi ada bagian dimana ia sadar, bagaimana kalo ia mati apakah orang tuanya akan merasa sedih ? Jelas saja mereka sedih karena tidak punya anak lain selain dirinya, tapi bukan sedih karena kehilangan tahta penerus yang ia maksud, bukan itu, ia tersenyum kecut tak ada yang mengerti dirinya. Devan tidak berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, ia merasa sedikit tertarik dengan jawaban bocah itu.
" Gimana kalo misalnya gue gak punya orang tua, ataupun sahabat. Gue harus mikir gimana supaya gue gak bunuh diri? " Tanya Devan mengikuti alur bocah so tau ini
" Di luaran sana masih banyak orang sakit yang berjuang ingin hidupnya tetap lebih lama, karena berbicara kehidupan tidak sebercanda itu" kata bocah itu yang tiba-tiba berkata bijak.
Bocah itu mengeluarkan beberapa camilan dari dalam kreseknya. Setelah itu pergi tapi di tengah jalan dia berhenti sambil mengucapkan kata kata seolah dirinya adalah pahlawan, Devan menggelengkan kepalanya ada apa dengan bocah itu? ia melihat di tangannya ada coklat sama ice cream.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daffaku
Teen FictionSemua orang memiliki cara sendiri untuk menyembunyikan lukanya masing-masing. Karna apa yang kamu lihat belum tentu sama seperti aslinya. Nyatanya dunia tak seindah cerita novel T.T #1 kisahpersahabatan #1 absurd