13. Sayang Kakak

308 29 2
                                    

Jauh rindu dekat bertengkar

~my brother












Daffa sempat bangun saat di periksa oleh dokter, ia hanya ingin mengatakan untuk tidak memberitahukan bundanya tentang memar yang ada di perutnya. Kini ia hanya di temani oleh sang adik, ayah dan bunda pulang setelah Diva datang.

"Makanya kak, kalo makan yang banyak jangan milih-milih. Udah kurus juga masih aja jarang makan? Lihat nih Diva, gak peduli mau makan banyak segimana pun tubuh Diva tetep ideal tuh, karena kan di selingi olahraga juga. Makanya mak_" ucapannya terpotong oleh kakaknya

"Suttttttt... Diva, denger sesuatu gak?" Diva terdiam sesaat untuk mendengarkan apakah ada suara aneh. Namun, yang terjadi selanjutnya adalah suara kentut dari kakaknya

"Hahahahhahahahaha... Tuh muka please kondisi kan "

Wajah Diva memerah menahan emosi yang menggebu-gebu di susul dengan bau menyerbak di seluruh ruangan. Diva menutup hidung, memang baunya kampret sama dengan orangnya, ia membuka pintu supaya baunya cepat keluar, ia tidak berniat untuk meninggalkan ruangan ini, karena ada kewajiban yang belum ia selesaikan. Sebelum kakaknya makan dan minum obat, ia pantang pulang.

Memang setelah pulang sekolah, Diva langsung ke rumah sakit. Awalnya tadi pagi, ia berniat untuk bolos saja menjaga kakaknya, namun orangtuanya tidak mengizinkan. Kurang sayang apalagi coba?

Ketika Diva mengayunkan tangannya ke atas. Daffa refleks menyilangkan tangan menghalang pukulan adiknya, namun tidak ada serangan apapun.

"Siapa yang mau mukul? Diva cuman mau meregangkan tangan aja yang kaku. Cepet kak, makan buburnya biar_ YAAMPUN TANGAN KAKAK BERDARAH"


"Makanya jangan gerak- gerak, baru gitu aja langsung takut" ucap Diva setelah suster keluar mengobati tangan kakaknya.

"Kamu sih kebiasaan mukulin kakak, jadi refleks aja melindungi diri. Takut-takut ada penyerangan medadak"

"Diem jangan banyak ngomong, makan aja tuh bubur, bawel banget sih dari tadi"

padahal yang banyak bacot tadi siapa?' batinnya

Daffa terdiam tidak menimpali omongan adiknya, ia fokus menatap wajah Diva

"Rambut kamu makin panjang. Kakak suka, jangan di pendekin lagi " Diva tersenyum entah apa yang merasuki jiwa sang kakak, sehingga mengatakan seperti itu.

"Masa sih? Ah biasa aja deh" Diva tersenyum malu-malu sambil megangin rambutnya

"Jadi, keliatan banget ceweknya" di susul dengan tawanya

Diva memang sedikit tomboy, di sekolah nya Diva mengikuti ekstrakurikuler karate, bocah yang dulunya suka main Barbie sekarang sukanya mukulin orang.

Diva kembali cemberut, seperti di bawa ke atas awan lalu di hempas lagi ke bumi, ia tidak mau membalas lagi ucapan kakaknya. Fiks, hari ini kakaknya benar-benar menyebalkan.

Daffa yang melihatnya kasian, tumben adiknya sesabar ini, ia jadi tidak tega. "Diva beneran cantik kok" namun, tak ada Jawaban. Daffa tidak suka keadaan ini

"Kan anaknya ayah Jiwon sama bunda Aisyah gaada yang jelek. Kualitas nya udah pada bagus-bagus, hehe"pancing Daffa

"Iya dong, gak di puji kakak juga Diva mah banyak yang muji di sekolah. Cowok-cowok pada ngantri tuh ngejar-ngejar Diva, tau gak kak? Diva tuh termasuk cewek populer di sekolah" cerita adiknya terpancing

"Yang ada cowok-cowok pada takut ngeliat kamu"

"Diva, udah ahh kakak udah agak mual" Daffa menolak saat Diva akan kembali menyuapinya

DaffakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang