14. Kehidupan yang Kontras

216 25 1
                                    

Jika hidup ini sebuah imajinasi, aku ingin hidup seperti apa yang aku inginkan. Tetapi, hidup itu realita yang harus di jalani. Tidak bisa memilih kesakitan atau kebahagiaan.

                                  

         
                     ~anonym                                       

                                  
         

                       

Tak lepas dari beberapa macam botol alkohol, asap rokok mengepul memenuhi ruangan, sampah bekas makanan juga berserakan, sungguh bukan pemandangan yang indah untuk di lihat, apalagi mereka seorang pelajar. Tempat ini memang salah satu perkumpulan anak manusia yang butuh pelampiasan dan menjadi tongkrongan sejak lama. Namun, bukan bangunan tua atau rumah kosong yang menjadi tongkrongan mereka, yaitu apartemen di kawasan elite.

Devan adalah pemimpin mereka yang termasuk pencandu berat alkohol, ia sering mabuk untuk melupakan masalah hidupnya meskipun sesaat. Salah satu rekannya menuangkan segelas bir pada Devan, ada juga yang sedang memijat bahunya. Ia merasa senang di perlakukan bak seorang pangeran, sejauh ini tak ada yang berani menentangnya, ia selalu menang dan kalah itu bukan gayanya.

Bukannya mereka tak berani menentang Devan, hanya saja Devan terlalu kuat untuk di kalahkan, status dan kemampuan bela dirinya yang menjadi perisai bagi orang-orang yang ingin menjatuhkan nya, selain itu Devan akan berkali-kali lebih menyeramkan saat ia sedang marah dan itu adalah keuntungan bagi mereka agar bisa mengalahkankan lawan, contohnya saat tawuran. Maka keputusan yang bijak adalah menuruti semua keinginannya dan tidak membantah perintahnya.

"Bos, ada undangan balapan lagi. Tempatnya seperti biasa, katanya sih hadiahnya gede" kata seorang pemuda yang mendapat memar yang sudah samar di wajahnya, bekas tawuran seminggu yang lalu. Hanya ia yang tampak mulus tanpa memar di bagian manapun. Hebat bukan?

"Woww gedee" ucap salah satu anak buahnya

"Denger yang gede-gede langsung konek aja otak lu"

Pletak'

"Sakit a***g, maen jitak aja lu"

"Gimana bos, terima gak?"

"Gue gakkan nolak kalo buat menang" sambil menyunginggkan senyum evilnya' bayangin aja dulu muka jahatnya

Sebenarnya Devan tidak terlalu excited mendengarkan hadiah yang akan ia dapatkan, nanti. Ia jauh lebih tertarik ketika ia bisa mengalahkan siapa saja yang akan menjadi lawannya, dan tersenyum mengejek hingga membuat lawannya mengakui bahwa dirinya hebat.

Sekelebat pikirannya mengingat bocah yang bernama Daffa, sudah seminggu yang lalu bocah itu mengatakan akan menelaktirnya, namun sampai saat ini belum ada kabar lagi tentangnya. Meskipun Devan punya kontak bocah itu, ia tak mau menghubunginya, biarlah bocah itu yang menghubunginya lebih dulu.

"Bos, dengerin lagu rock yuk ? Biar rame dikit " salah satu anak buahnya yang bernama Reza dan di angguki rekan-rekan yang lain, termasuk Devan yang memang sedang butuh hiburan.

Di banding rekan yang lain Devan lebih menganggap Reza sebagai teman, Devan tau masalah pribadi Reza seperti apa namun Reza tak sepenuhnya tau masalah pribadi Devan. Tapi, tetap saja saat ini hanya dia yang benar-benar ia percaya.

Sebenernya Reza dari kecil di asuh oleh nenek dari ibunya. Reza belum pernah melihat orang tuanya, kata orang Reza adalah anak haram, sehingga ibunya kabur entah kemana setelah melahirkan Reza . Neneknya juga sudah meninggal satu tahun yang lalu, Reza juga bekerja di club malam untuk menyambung hidupnya meskipun masih ada harta almarhum yang di tinggalkan tapi, tetap saja tidak cukup. Reza sudah dianggap sampah masyarakat, banyak warga setempat yang tidak suka dengannya, apalagi warga pernah sekali melihat dia pulang tengah malam.

DaffakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang