19. at home

97 21 0
                                    

Selamat membaca


Pasti kalian rindu setelah saya tinggalkan beberapa bulan, wkwkwk. Semoga menikmati dan feelnya juga dapet





Setelah kejadian hari itu Daffa mendiami Gama berhari-hari, ia mengabaikan ocehan Gama, menyuapun tak ada gunanya malah di manfaatkan Diva untuk keuntungan nya sendiri. Dasar memang adik lucnat. Sebenarnya Daffa merasa di bohongi oleh Gama, katanya masuk rumah hantu tidak setakut yang di bayangkan, meskipun akan ada hantu bohongan muncul, tapi tidak akan sampai menyerang pengunjung, kau hanya perlu berlari ketika hantu itu muncul. Namun, nyatanya dari awal Daffa masuk, hantu-hantu itu terlihat lebih agresif dan tak memberi kesempatan Daffa untuk bernafas. Mengandalkan kakinya saja ia tak bisa, karena sudah lemas duluan.

Seharusnya ia sadar dari awal melihat ketakutan Niko dan Dino setelah keluar dari rumah hantu, itu sudah jelas terlihat bahwa rumah hantu itu benar-benar menakutkan. Namun ia malah terfokus pada Devan dan Gama yang terlihat biasanya aja setelah keluar dari rumah hantu.

Sekarang yang susah siapa ? Tentu saja Diva adiknya, karena selama kakinya nya sakit Daffa lebih manja berkali-kali lipat dari biasanya. Seperti sekarang ini.

~Brother is calling

Diva berdecih membaca namanya padahal kamar mereka sebelahan, namun ia tetap mengangkat telepon

"Kenapa?" Dava menjawab nya dengan ogah-ogahan, seperti tau apa yang akan di katakan kakaknya

Pernah gak punya kakak kek gitu? asli nyebelin deh, katanya😂

"Tolong, ambilin komik kakak di ruang tengah dong, kalo gak ketemu tanyain sama bunda, kalo tetep gak ketemu cari sampe ketemu"

"Gak mau" Nah kah, firasat nya sudah buruk dari awal

"Kamu gak sayang yah sama kakak, kaki kakak sakit tapi kamu malah gak mau bantuin kakak" Terdengar suara yang di buat sesendu mungkin

"...."

"Yaudah kakak tunggu yah"

"Gak ma.."

"u" namun Daffa sudah menutup telepon nya sebelum Diva menyelesaikan jawabannya, ini membuat Diva kesal setengah mampus, ia berguling-guling di kasur melampiaskan kekesalannya sambil mengumpulkan niat, lalu pergi ke ruang tengah mencari komik.

Sekesal apapun Diva terhadap kakaknya tetap aja ia tidak bisa mengabaikan nya begitu saja. Jangan kira Diva selama ini biasa-biasa aja melihat perlakuan kedua orangtuanya yang lebih menomorsatukan kakaknya di banding dirinya, dia juga bisa merasakan cemburu seperti adik kakak di luar sana. Hanya saja ia bisa mengatasinya dengan pikiran dewasa, ia yakin kedua orangtuanya menyayangi dirinya sama seperti mereka menyayangi kakaknya, hanya beda cara dalam menyalurkan kasih sayangnya.

Dari kecil kakaknya termasuk golongan orang cengeng, apapun yang ia rasakan, apapun yang ia katakan, apapun yang ia lihat akan langsung mengatakannya dengan jujur. Gak tau kalo sekarang, tapi kayaknya masih deh. Selera humor nya juga receh sama seperti ayah, gampang sekali tertawa gampang juga menangis. Tapi, ayah tidak gampang menangis yaa,hehe

Setelah Diva mengambil komik ia langsung menendang pintu sampe terbuka tanpa mengucap sandi, bodo amat ia sudah malas. Diva juga berniat menghapus sandi kamarnya, setelah di pikir-pikir itu terlalu kekanakan.

"Nih, jangan telepon-telepon lagi. Diva lagi sibuk" langsung meleos keluar kamar sedangkan, Daffa dari awal Diva masuk kamar langsung kaget mendengar gebrakan pintu apalagi ia orangnya kagetan, tapi suka ngagetin orang jadi ya gitu deh.

DaffakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang