8. Olimpiade

196 26 6
                                    

Besok adalah hari keberangkatan Daffa beserta Pak Asep dan Bu Siti selaku pembimbing Daffa selama berada di Jogja

" Kakak, di sana jangan bandel, nurut apa kata guru, awas jangan jajan sembarangan, ini baju-bajunya udah bunda siapin. Terus kalo ada apa-apa langsung kabari bunda atau ayah, Hp nya jangan di silent apalagi di matiin, harus tetep aktif biar bunda gampang menghubungi kakak, ini obat-obatan udah bunda taro di tas kecil aja biar gampang ngambilnya . Kalo bunda sama ayah ada waktu, insyaallah kita akan kesana " sambil memasukkan barang-barang ke dalam tas yang akan di bawa ke Jogja, ayahnya sudah pulang kemarin

" Iya bunda. Gakpapa jangan di paksain kasian ayah kemarin baru pulang, nanti sakit " Daffa mengkhawatirkan ayahnya

" Ini mau di periksa lagi gak? takut ada yang ketinggalan " menyakinkan lagi supaya tidak ada barang yang tertinggal

" Gausah, Daffa percaya kok sama bunda " sambil asyik memainkan handphone nya

" Kok bunda ngerasa ada yang kelupaan yah barang bawaan kamu ?"

" Apa bunda " bunda mencoba mengingat apa yang iya lupakan, Daffa pun ikut mengingat

" PERMEN " kompak mereka setelah mengetahui apa yang mereka lupakan. Permen adalah cemilan wajib yang harus Daffa bawa ketika sedang berpergian jauh, karena ia suka merasakan mual bila terlalu lama di perjalanan

" Yaudah nanti Daffa beli di supermarket sekalian mau beli cemilan yang lainnya " padahal bisa membeli ketika akan berangkat kan ? Namun alangkah baiknya kita harus mempersiapkan segalanya sesutu sebelum kita lupa. Benar kan

" Kak, harus banyak-banyak berdo'a ya agar Olimpiade nya lancar, sesuai apa yang di harapkan, berangkat dan pulang dengan keadaan sehat "

" Aamiin, iya siap bunda "

" Apapun hasilnya nanti jangan bersedih ataupun sombong, menang atau kalah itu hal biasa yang penting kakak sudah berusaha. Pokoknya bunda akan tetap bangga "

" Iya bunda " batinnya berkata lain aku harus menang

" Eh, kok hp kakak kayak beda yah " bunda mulai menyadari merek hp anaknya berbeda dari yang dulu iponed sekarang jadi Oppo

" Kemana hp yang dulu ?" Lanjut menanyakan, Daffa langsung menghentikan acara main game nya

" Hp nya rusak bunda, layarnya pada pecah. Jadi Daffa beli yang hp baru " Daffa berkata apa adanya

" Kakak pake uang sendiri ?" Daffa mengangguk mengiyakan

" Yaampun kak, kalau ada apa-apa bilang sama bunda atau ayah. Nanti bunda beliin hp baru kalo kakak bilang, itu kan uang tabungan kakak buat kuliah nanti kan katanya " Daffa memang selalu menyisihkan uang jajannya dari mulai kelas sepuluh dulu untuk biaya kuliah meskipun ia terbilang cukup mampu, tapi ia belajar untuk mandiri dan tidak hanya mengandalkan uang orangtua dengan seenaknya

" Gakpapa bunda, uang tabungan Daffa gak semuanya terkuras kok. Bunda kasih uang banyak-banyak aja nanti Daffa tabung lagi " sambil tersenyum manis

" Kamu ini bisa aja " sambil mencubit hidung bangir Daffa

" Bunda jangan keras-keras nanti hidung Daffa nambah mancung gimana ?" dengan bangganya

" Berterimakasih lah padaku,anakku " ucap tiba-tiba Rendi di samping pintu karena sedari tadi pintu kamar Daffa terbuka lebar jadi tidak perlu menyebutkan kata sandi, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada dengan bangga

" Ayahhhhhh!! " matanya berbinar-binar melihat sang ayah, kemarin ia tidak sempat bertemu langsung karena ayahnya langsung tidur

"Ayah, Daffa rindu ayah banyak-banyak" Daffa sambil memeluk Jiwon dengan erat

DaffakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang