10 - Merindukan Aldo

3.5K 126 0
                                    

Entahlah kini Clara merasa ada yang bilang dalam hidupnya. Setelah Aldo mengantar kan Clara dan atta setelah berlibur ia tak pernah lagi datang ke cafe bahkan yang Clara dengar dari Sasya bahwa Aldo sudah pulang ke Jakarta. Katanya proyek nya disini sudah selesai.

Alasan saja. Clara tau Aldo kecewa tapi bagaimana dengan atta. Apa yang harus ia jawab ketika sang putra menanyakan keberadaan papanya? Ini yang Clara takutkan sejak awal. Tapi satu yang membuat beban pikirannya, apa mungkin jika Aldo akan mengambil atta darinya?. Ia punya apa untuk melawan Aldo di pengadilan?.

"Pada dasarnya cinta akan melemahkan siapa saja. Termasuk aku salah satu orang yang percaya akan indahnya cinta. Ara kamu terlalu berharap. Siapa yang mau menikah dengan wanita yang sudah kotor". Gumam Clara sambil menyiram tanaman di halaman rumahnya.

Clara sudah tidak ke cafe lagi. Ia ingin fokus mengurus atta. Urusan cafe ia serahkan sepenuhnya dengan Sasya dan dirinya juga harus mencari pekerjaan lain.

"Mah. Atta ingin bersepeda".

Sang putrapun sudah menaiki sepedanya dan ingin membuka pintu gerbang. Clara pun langsung dengan sigap mendampingi atta karena sang putra belum terlalu mahir untuk mengendarai sepeda.

Clara terus mengikuti sang putra dari belakang menggunakan sepeda juga. Namun sang putra langsung berhenti di salah satu toko swalayan dengan logo lebah. Sebut saja indomerit. Walau di Bali jumlahnya sudah dikurangi tak seperti di daerah lain yang bisa kita temui dimana mana. Karena Bali lebih mengutamakan penduduk asli.

"Atta capek?". Tanya Clara khawatir melihat sang putra yang tampak sangat kelelahan dan pucat.

"Hidung atta seperti tersumbat ma. Dada atta juga sakit". Jawab atta terengah-engah sambil memegangi dadanya.

Deg!

'Ya Allah. Jangan terulang lagi, ku mohon ya Allah. Berikanlah putraku kesehatan'.

"Atta mamah antar ke rumah sakit yah. Biar atta di periksa oleh dokter". Ujar Clara membujuk sang putra untuk ke dokter.

Atta sangat trauma dengan yang namanya rumah sakit dan dokter. Entahlah karena apa Clara pun tidak tau. Satu yang Clara takutkan tentang penyakit yang pernah diderita atta dulu kembali kambuh.

"Engga mau mah. Atta hanya ingin bertemu dengan papa".

Tega kamu Al

"Papa harus kembali bekerja sayang".

Sudah beberapa hari ini atta selalu melamun dan pandangannya kosong jika bukan Clara yang mengingatkan makan mungkin ia akan lupa. Bahkan sudah beberapa hari ini ia absen ke sekolah.

"Atta ingin pulang saja mah".

Rasanya ia sangat merasa bersalah kepada sang putra. Tapi apa yang bisa ia perbuat? Semua sudah terjadi. Semua keputusan pasti ada konsekuensinya tapi apakah ia tak berhak untuk bahagia?

Sakit

Perasaan yang sama ketika saat itu Aldo menalaknya. Rasa kecewa? Pasti ada. Aldo yang membuat ia jatuh kembali. Aldo yang membuat tembok pertahanan nya runtuh. Tapi lihat sekarang siapa yang mau bertanggungjawab atas semuanya?.

***********************************

Di lain tempat Aldo sedang menyibukkan dirinya dengan berbagai tumpukan berkas. Ini caranya untuk mengalihkan pikirannya dari sosok Clara. dalam benaknya selalu bertanya.

Untuk apa uang itu?

Kenapa harus menjual diri?

Kenapa tidak menghubungiku?,

Bahkan semua karyawan yang berada di Dapartemen petinggi perusahaan ini sudah terkena amarahnya. Dirinya disini menjabat sebagai wakil pimpinan tentu semua orang tunduk padanya.

"Bos. Apa kabar?". Sapa Jefan selaku tangan kanan dan juga asistennya.

Aldo menjawabnya hanya dengan gumaman. Dirinya malas menanggapi kurcaci yang satu ini. Walaupun jefan sangat bisa diandalkan namun mulutnya itu seperti perempuan. Membuat mood Aldo yang buruk menjadi sangat buruk.

"Bos. Kabarnya Nyonya besar Citra sakit dan dilarikan ke rumah sakit tadi malam".

Mami? Aldo kaget karena selama ini mami Citra selalu sehat dan tak pernah kelihatan sakit. Ada apa? Apakah ia merindukan putrinya?. Nyonya Ajeng Citra Tungga Dewi istri dari Rakabuming Bisma Atmajaya sekaligus ibu dari Clara. Yah mantan mertua Aldo.

"Sakit? Mami sakit apa Jef?".

"Menurut informasi dari dokter beliau hanya kelelahan dan banyak pikiran".

"Syukurlah tidak terlalu serius. Oh ya bagaimana kabar istriku?".

"menurut anak buah saya aman terkendali. Tapi saya ada satu informasi. Sebenarnya saya sedikit takut memberi informasi ini".

Tiba tiba Aldo melihat raut wajah jefan yang menjadi serius. Ia tau tangan kanan nya ini bukan orang yang terlalu serius jika jefan serius berarti ada masalah besar.

Aldo menuntut jawaban dan penjelasan mengenai ucapan jefan barusan.

"Bos masih ingat tentang kejadian 3 tahun lalu dimana bos menyewa wanita bayaran untuk melayani bos. Nah waktu itu saya masuk ke kamar hotel tempat anda melakukan hal menjijikan itu. Lalu saya menyadari beberapa hal namun waktu itu saya belum punya bukti kuat tapi sekarang saya sudah punya bukti kuat dan ini berkaitan dengan Bu Bos Clara".

Aldo langsung berhenti mengerjakan pekerjaannya dan beralih menatap jefan.

"Aroma parfum yang sama seperti yang dipakai nyonya Clara. Kalung berinisial A yang tersangkut di bantal. Itu adalah beberapa hal yang membuat saya curiga bahwa yang tidur dengan anda waktu itu adalah nyonya sendiri. Namun 3 tahun lalu saya belum mempunyai bukti kuat tapi sekarang bukti ini cukup untuk membuat anda mempercayai ucapan saya barusan".

Jefan menyerahkan berbagai bukti dari mulai yang berbentuk barang, rekaman suara dari teman Clara ( Anita ), kesaksian bodyguard yang bertemu Clara malam itu, rekaman cctv, dan beberapa bukti berupa data. Ini bukan cukup lagi ini sudah sangat lengkap!.

Aldo meneliti semua barang bukti itu. Memastikan kembali dengan ingatannya. Dirinya terkejut? Sudah tentu. Tapi mengapa ia takut jika semua ini benar adanya? Brengsek sekali dirinya.

'Apakah Clara tau yang waktu itu tidur dengannya adalah dirinya?'.

Namun ketika ia sedang membuka semua data data itu ia dikejutkan dengan satu tangkapan foto yang bisa di bilang mengandung unsur pornografi?

Jefan sialan!

Mantan Istri Tuan RevaldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang