14

4.3K 201 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Wooyoung terbangun dari tidurnya karena merasa ada cahaya masuk kedalam kamarnya itu. Ia mulai menyandarkan tubuhnya ke ranjang miliknya, ia melihat kearah San yang masih tertidur nyenyak disampingnya.


"Choi San gila, sudah berapa kali dia menusukkan penisnya itu, bahkan aku sampai tak ingat, apakah aku pingsan semalam?"


Wooyoung menghela nafasnya berat, ia mengambil rokok yang berada dimeja kecil samping ranjangnya itu, menyalakan rokoknya dan menyesapnya perlahan. Ia tak menyangka jika dirinya akan pingsan semalam, nafsu besar milik San benar-benar mengerikan.

Suara dering telepon membuat Wooyoung menghentikan hisapan rokoknya itu. Ponsel milik San berbunyi, Wooyoung mengambil ponselnya dan melihat nomor tak dikenal disana, tanpa meminta ijin si pemilik Wooyoung dengan acuh menerima panggilan telepon itu.


"Halo?"

"San? Apakah kamu sibuk nanti malam, aku membutuhkan bantuanmu nanti."


Suara lelaki yang sepertinya sudah berumur berada diujung sana, Wooyoung mengerutkan dahinya bingung karena harus menjawab apa sekarang, tidak mungkin juga ia membangunkan San.


"Saya temannya, jika anda ingin menyampaikan sesuatu anda bisa mengatakannya sekarang, nanti saya yang akan menyampaikannya pada San."

"Ahh aku mengerti. Baiklah, tolong sampaikan pada San untuk datang ke tempat seperti biasa nanti malam tepatnya jam 9 malam."


Wooyoung kembali dibuat bingung oleh ucapan lelaki paruh baya diujung sana. Apa yang akan mereka lakukan malam-malam, apakah San memiliki selera pada orang yang sudah berumur? Wooyoung sedikit menggelengkan kepalanya pelan.


"Sampaikan juga pada San untuk membunuhnya sebelum jam 10, terimakasih."


Pria diujung sana menutup panggilan teleponnya, Wooyoung membulatkan matanya terkejut, apa maksudnya membunuh? apakah San seorang pembunuh? tapi bukankah dia sekarang pemilik perusahaan ayahnya? Wooyoung mulai menatap malas kearah San.


"Cih jadi kau memiliki pekerjaan lain huh? pantas saja kau tampak seperti tak memiliki hati sama sekali."


Wooyoung kembali menghisap rokoknya, ia sungguh tak menyangka jika San adalah seorang pembunuh, kepribadiannya tak menunjukkan hal kejam seperti itu. Meskipun San memang terlihat menyeramkan tapi San adalah orang yang baik menurutnya.

Tak lama setelahnya San terbangun, ia mulai mengedarkan pandangannya dan memegang kepalanya yang masih berdenyut pusing. Ia ingat semalam ia berhubungan sex dengan Wooyoung, San menatap kearah samping, disana Wooyoung sudah tersenyum manis padanya dengan rokok yang berada dibibir manisnya itu.

San mulai memandang datar Wooyoung karena Wooyoung lah salah satu penyebab San menjadi seperti sekarang. Meskipun San suka dengan sikap berani dan sedikit nakal dari Wooyoung, tapi ia sungguh tak suka jika berhubungan sex yang dipengaruhi oleh obat perangsang.

San menghela nafasnya berat, ia mengambil paksa rokok milik Wooyoung, dan mulai menyesapnya dengan kasar. San menghembuskan asapnya menatap Wooyoung yang masih saja tersenyum manis disana.


"Puas bermain denganku semalam Wooyoung?"

"Bukankah seharusnya aku yang berkata seperti itu? Bahkan aku sampai tak ingat sudah berapa kali kamu menusukkan penismu itu pada lubangku."


Perkataan Wooyoung memang benar, semalam San memang terus-menerus menusuk Wooyoung tanpa henti, sampai Wooyoung sepertinya pingsan. San tak menjawab perkataan Wooyoung, ia masih sibuk menghisap nikotin ditangannya itu.


Stimulants : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang