Cahaya pagi sudah menunjukkan dirinya kembali ke permukaan bumi. Sudah 1 bulan lamanya Wooyoung tak juga mendapatkan kepuasannya, karena ia sangat kesulitan untuk bisa mencari orang bernama San itu.
Bahkan demi bertemu dengannya Wooyoung sampai bertanya kebeberapa temannya, tapi hasilnya nihil dia tidak juga mendapatkan informasi tentang San. Ia juga sampai bermain dengan sex toys miliknya dengan beberapa ukuran, tapi tetap saja itu tidak dapat memuaskan nafsunya.
Hari ini ayahnya meminta Wooyoung untuk menemaninya ke acara makan malam kolega nya nanti, sebenarnya Wooyoung malas untuk pergi, tapi ia lebih malas lagi untuk menolak karena pasti ayahnya akan terus memaksanya untuk tetap ikut.
—
Malam sudah tiba, Wooyoung sudah bersiap dengan memakai kameja putih serta jas berwarna hitam, tapi ia tetap menggunakan jeans, karena menurutnya memakai setelan seperti itu sangat norak, ia juga terpaksa memakai jas karena permintaan ayahnya.
Wooyoung dan ayahnya sudah sampai di restoran tempat makan koleganya berkumpul, tak lupa mereka juga datang dengan sekertaris ayahnya. Tadinya ibu Wooyoung juga ingin ikut tapi karena tiba-tiba pusing, dia memutuskan untuk beristirahat saja.
Sesampainya diruangan vip yang sudah disiapkan oleh koleganya ayah itu, kita masuk kedalam, dan disana sudah terdapat 3 orang yang sedang menunggu. Wooyoung hanya menundukkan wajahnya dan berjalan dibelakang ayahnya, ia benar-benar malas saat ini.
"Selamat malam tuan Choi. Ternyata kamu ikut juga Jongcheol."
"Tentu saja, aku bahkan rindu kita mengobrol seperti biasanya."
"Selamat malam tuan Jung, senang anda dapat meluangkan waktu untuk makan malam bersama kami."
Wooyoung membulatkan matanya saat mendengar suara seseorang yang selama ini ia cari. itu. Wooyoung mulai mengangkat kepalanya dan menatap San yang berpakaian formal disana. Ada sedikit rasa senang dihati Wooyoung sekarang, tapi Wooyoung mencoba untuk menyembunyikannya.
"Wooyoung, kemari nak duduk. Kenalkan ini nak San, anak dari Choi Jongcheol."
San yang merasa tidak asing dengan nama Wooyoung pun mulai menatap seseorang disamping tuan Jung. Dan benar saja orang itu adalah orang yang dulu sempat ia kerjai, siapa sangka dia adalah anak dari koleganya. San menatap Wooyoung dan memberikan senyuman manis kepadanya.
"Salam kenal Wooyoung, saya San. Kolega bisnis dari tuan Jung."
Mingi yang melihat prilaku San hanya menahan tawanya, bagaimana bisa San bersikap sangat formal seperti itu? apakah dia lupa apa yang dia lakukan dulu kepada Wooyoung. Mingi berusaha keras agar tawanya tak keluar dari mulutnya itu.
Wooyoung memutar bola matanya malas, ia sebenarnya kesal pada tindakan San yang menurutnya sok baik itu, dia terlihat penuh kepalsuan sekarang. Tapi karena memang tidak ada yang tau hubungannya dengan San disini selain Mingi, ia mencoba untuk menahan rasa kesalnya.
Wooyoung menatap datar kearah San, dan menerima uluran tangan San itu. Seharusnya sekarang ia membunuh San bukan. Wooyoung menghela nafasnya kasar, jika saja mereka tak bertemu ditempat seperti ini, sudah pasti ia akan membunuhnya.
"Wooyoung."
San yang merasa orang yang dihadapannya ini sedang menahan amarahnya itu hanya tersenyum tipis, ia yakin jika Wooyoung masih merasa kesal sekarang meskipun kejadian itu sudah 1 bulan yang lalu.
Makan malam terus berlanjut dan tak ada yang istimewa pada makan malam yang dinamai makan malam kolega bisnis ini, terlebih hanya ayah San dan ayah Wooyoung saja yang sedari tadi mengobrol, tidak ada obrolan bisnis sama sekali.
Mingi menghela nafasnya pelan ia sudah merasa sangat bosan sekarang, ini tak sesuai dengan perkiraannya karena ia mengira jika akan ada pembahasan soal bisnis sekarang, itu sebabnya ia ikut bersama San. Mingi mulai berbisik pelan pada San yang duduk disampingnya.
"Jika tau seperti ini aku tidak akan ikut, bahkan tidak ada obrolan bisnis disini."
San hanya berdehem menjawab ucapan Mingi, karena memang dirinya juga sudah merasa bosan setengah mati ditempat ini. San pun berdiri, dan semua mata tertuju padanya, San tersenyum manis pada semua orang disana.
"Saya permisi ke toilet sebentar."
Wooyoung menatap kepergian San dari ruangannya, dan ia pun ikut pamit ke toilet untuk mengikuti San. Ia sempat melirik beberapa kali pada San, Wooyoung seperti merasa jika San sedang bosan saat diruangan tadi. Wooyoung mulai berjalan menuju toilet
"Hahhh sial, ini sangat membosankan, lebih baik aku pulang saja."
San yang sudah berada di toilet mulai mengeluarkan rokok yang ia simpan di sakunya itu, dan menyalakan rokoknya. San mulai menghisap rokok itu dengan sedikit kesal. San menangkap sosok seseorang yang sedang melihatnya diujung pintu masuk toilet. San sedikit tersenyum.
"Ada perlu tuan Jung?"
"Kenapa kamu merokok disini?"
Wooyoung berjalan mendekati San, ia melihat batang rokok yang sudah menyisakan setengahnya saja disana. Wooyoung bahkan tak menyangka jika San pergi ke toilet hanya untuk merokok, ia mulai berdiam diri disamping San.
"Karena tak mungkin aku merokok disana bukan?"
Wooyoung tak menjawab pertanyaan San, dia terlalu asik memandangi San dari atas sampai bawah dengan setelan formal itu. Ia merasa jika San sangat tampan sekarang, dan pandangan Wooyoung terhenti tepat dimana benda itu pernah menusuk lubangnya waktu lalu.
San yang tau kemana arah pandangan Wooyoung itu hanya mengeluarkan menyeringai, masih dengan mulutnya menghisap rokok. San mulai menatap Wooyoung yang masih saja tak melepaskan pandangannya itu dari penis miliknya.
"Kau merindukan penisku?"
Ucapan San sontak membuat Wooyoung terkejut dan mengalihkan pandangannya. Wajahnya sedikit memerah, bagaimana bisa pria dihadapannya ini berbicara mesum seperti itu padanya. Itu benar-benar memalukan, bahkan wajahnya terasa sangat panas sekarang.
San hanya terkekeh melihat Wooyoung yang mencoba menyembunyikan rona merah diwajahnya itu. San mengeluarkan note disakunya dan menuliskan alamat apartmentnya serta nomor kamarnya disana. Ia memberikan note tersebut pada Wooyoung.
"Jika kamu memang merindukan penisku, kamu bisa datang ke apartmentku."
"Aku pergi duluan."
San membuang sisa rokoknya kedalam tempat sampah, mencuci tangan serta menyemprotkan sedikit parfum ke bajunya, supaya tidak tercium bau rokok saat disana. Ia mulai beranjak pergi keluar dari kamar mandi meninggal Wooyoung yang mash mematung disana.
Wooyoung tersadar dari lamunannya dan mencoba untuk menghilangkan rona merah dipipinya itu. Ia mendengus kesal saat kembali mengingat sikap sombong dari San padanya barusan, benar-benar menyebalkan. Ia mulai menatap note yang diberikan San padanya.
"Apa-apaan dia?! mencoba menggodaku huh? aku tak akan pernah pergi ke tempatmu itu dasar bajingan gila!!"
Wooyoung terus-menerus mengumpat didalam hatinya sampai ia kembali kedalam ruangan tadi. Tapi tanpa Wooyoung sadari ia menyimpan note yang San berikan itu. Entah apa yang ada dipikirannya tapi Wooyoung juga tak dapat berpikir jernih untuk saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stimulants : Sanwoo/Woosan
FanfictionWooyoung berniat menghilangkan stressnya disebuah club tapi ia malah bertemu dengan San seorang bajingan yang memberikan obat perangsang pada minumannya dengan berkata ingin mentraktirnya minum. - Choi San as Dominant Jung Wooyoung as Switch x All...