"Sebenar nya saya lebih tertarik dengan otoritas Dewa Cahaya"
Tiba-tiba Akasa yang ada di telinga Diluc hancur seketika dan menghilang.
"......menarik".
Zhongli terdiam sejenak melihat perubahan emosi di wajahnya Diluc.
"Maaf yang saya katakan barusan hanya candaan".
" tolong tenang". Nada bicara Diluc sangat tenang. "Jangan berkata asal seperti mau menyatakan perang".
" tidak aku...". Zhongli langsung tersenyum dan sedikit tertawa karena malu.
Secara kebetulan di singgasana yang megah sosok Dewa Cahaya mendengar perkataan itu.
"Tertarik pada otoritas Cahaya?".
"Sangat menarik bukankah begitu Eros?".
"Anda benar yang mulia".
...
"Warisan Alam juga dicuri?". Pierro yang duduk dalam bayangan menggoyangkan gelas anggur yang ada ditangannya. " sepertinya ada yang merencanakan pemberontakan terhadap Dewa".
Sosok pelayan wanita yang dekat dengan Pierro bersimpuh dengan gemetar melihat ekspresi nya.
"Pedang kita bisa berlumuran darah, bukan"?". Pantalone tersenyum dan memainkan pedang ditangan nya lalu mengarahkannya ke leher pelayan.
Pelayan itu menjerit dengan keras dan bahkan mencoba meronta namun dengan rantai di tangan dan di kaki, dia tidak bisa membebaskan diri. Pelayan itu membuka kedua matanya lebar-lebar karena tidak percaya lalu meronta hingga akhirnya terjatuh dan mati.
" apakah itu terlihat bagus?" Pantalone menoleh dan bertanya pada Kaeya yang ada di sebelahnya. Kaeya tidak mengerti apa maksudnya untuk sesaat, tapi segera mengikuti pandangan dan melihat ke arah pedang yang kini sedikit berdarah. Itu baru saja digunakan sebagai senjata pembunuhan.
Darah menetes dari pedang itu.
Kaeya tiba-tiba diam tapi menoleh ke altar dan berlutut.
"Saya mendengar ada seorang anak yang bisa membangkitkan Blessing pendant. Saya berniat ingin membawanya namun gagal jadi besok saya akan menemuinya".
"Bukankah kamu akan menemui Duke Diluc besok?". Ucap Dottore dengan seringai.
" saya tidak punya waktu untuk menemuinya. Kaeya mengerutkan kening. "Lagi pula siapa yang memprovokasi duluan?". Kaeya menatap dingin kearah Dottore.
Pierro terdiam lalu berkata. "Kirim seseorang untuk menghukum Elchingen dan biarkan seseorang untuk mendisiplinkan nya dengan baik, Dottore... Jangan selalu menggunakan orang yang tidak efektif seperti itu".
Dottore sedikit terkekeh lalu mengangguk.
" kami membutuhkan sebuah pion yang bisa meyakinkan semua orang, saya pikir anak itu akan cocok".
Suasana dalam Gereja sunyi dan Pierro menatap lantai sampai melihat wajah nya tercermin dalam darah.
...
Sosok pria berambut emo terlihat berjalan lemah sambil mengenakan topeng di wajahnya. Pada saat ini suara seseorang terdengar di benaknya. "Wajah di balik topengmu terlihat tegang, sepertinya kamu memaksakan diri lagi melawan karma. Kenapa kamu masih bertahan?, kenapa tidak membiarkanku membantumu".
"Krak" ada garis retakan di topeng. Kemudian retakan itu berangsur-angsur melebar. Retakan pertama merusak mulut topeng dan retakan kedua merusak bagian mata hingga keseluruhan.
Tak lama topengnya benar-benar terkelupas dan menghilang. Dibalik topeng ada wajah tanpa emosi yang diselimuti bayang-bayang gelap. Xiao mencoba menekan kebencian miliknya yang secara perlahan mulai mengikis lautan kesadarannya.
Xiao berdiri dan kebencian yang tak terkendali melonjak di dalam tubuhnya. Rasa sakit dan penderitaan yang Xiao alami tidak pernah berakhir. Sekarang Xiao merasa keberadaan dirinya yang lain mencoba mengambil alih tubuhnya.
Xiao tidak ingin dirinya jatuh dalam keputusasaan dan mencoba menarik kuat rambut nya. Mungkin karena kesadaran murni dari ilusi Dewa nya Xiao berhasil bertahan dan menekan kegelapan di mata kirinya. Sesaat Xiao bisa merasakan ada suara seseorang terus memanggilnya hingga membuatnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[My Pet is a God]
FanfictionZhongli menemukan sebuah novel berjudul Genshin Gods story. di novel itu diceritakan tentang perjalanan Aether mencari kembarannya hingga menemui berbagai konflik bahkan dihadapkan pada War para Dewa dengan Celestia. yang mengejutkan Zhongli adalah...