penglihatan apa ini?. Zhongli segera mengucek kedua matanya. kali ini penglihatannya kembali fokus pada ruangan kamar miliknya. dia melihat Dr Baizhu sibuk menuliskan sesuatu di catatan.
Ah, sepertinya lebih baik dia beristirahat saja. sepertinya itu adalah penglihatan acak karna hasil imajinasinya. lebih baik dia tidur saja.
begitu Baizhu selesai menuliskan hasil pengamatan dan analisis barunya dia melihat Zhongli sudah jatuh tertidur di ataa kasur.
anak-anak selalu ingin tau tentang hak yang tidak diketahui, Zhongli seharusnya mendengarkan dengan baik nasihat miliknya. ah Baizhu harap Adeline tidak membuat Zhongli takut.
saat ini Adeline sudah memberitahukannya bahwa Viscount Dainsleaf ingin menemui Zhongli. Baizhu sedikit mengerutkan kening, sebenarnya apa yang Viscount ketahui tentang anak ini. meski Baizhu curiga tapi dia tetap membangunkan Zhongli.
begitu Zhongli bangun Baizhu langsung memberitahukan apa yang dia dengar dari Adeline. dan Zhongli tidak keberatan, tidak ada jejak ketakutan atau kepanikan diwajahnya. "jadi Viscount Dainsleaf ingin bertemu denganku?".
Baizhu mengangguk dengan ringan. "Ya".
api di ruang tamu nasih menyala dengan hangat dan lampu lilin masih memancarkan cahaya lembut. terlihat seorang pria bersurai pirang emas sedang terduduk diatas sofa. pria itu memiliki perban di salah satu matanya. dengan elegan dia menyesap teh hangat di cangkirnya. pria itu ditemani seorang wanita didepannya.
Mocco segera mengetuk pintu dengan pelan lalu membukakan pintu untuknya dengan perlahan.
Zhongli melihat dihadapannya ada ssorang pria bersurai kuning sedang mengobrol dengan Nyonya Adeline sambil memegang secangkir teh ditangan.
Adeline sudah melihat kehadiran Zhongli dan dia langsung menyapanya. "Tuan Zhongli".
pria bersurai kuning disisi lain menurunkan cangkir miliknya. "apakah kamu Zhongli?". tatapan pria itu langsung berubah menjadi dingin. "Apakah kamu berbicara dengan Kaeya?".
"Ya tuan". Zhongli mengangguk ringan dengan sopan. "maafkan saya, saya salah".
Dainsleaf melihat Zhongli mau mengakui kesalahannya dan bersikap sopan. sepertinya anak ini tidak seburuk yang dia bayangkan. dia bisa melihat ada anting yang berkilau di telinganya.
dia mengatakan semua yang dia tekankan pada insiden kereta. dia mungkin terluka namun itu bukan luka yang fatal hingga harus membuat keribitan yang tidak perlu, kedua pria bernama kaeya biar bagaimanapun Dainsleaf tidak ingin Zhongli berhubungan dengannya ketiga dia ingin tau bagaimana respon Zhongli jika dia menegurnya dengan keras. apapun jawabannya itu bisa menjadi acuan nilai untuk melihat orang seperti apa Zhongli ini.
sayangnya hasilnya berlawanan dengan yang dia pikirkan. Zhongli tidak hanya merespon dengan baik tapi juga seorang pendengar yang baik. tidak hanya dia mengakui kesalahannya berkali-kali tapi juga dia mampu mengendalikan ekspresi wajah maupun emosinya. sungguh anak yang menarik. Dainsleaf merasa seperti berhadapan dengan pria dewasa ketimbang anak berumur lima tahun. usia mental maupun psikologis Zhongli sungguh luarbiasa. anak manapun jika dia disinggung secara berulang pasti akan merespon dengan jawaban sarkas tapi ini tidak berlaku untuknya.
Akhirnya Dainsleaf tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. "lain kali jangan bersikap gegabah lagi".
"Ya, Tuan". Zhongli mengangguk lalu membungkuk sopan. "kalau begitu saya permisi".
"hm, kembalilah".
Zhongli tersenyum pada Dainsleaf dengan patuh.
Adeline mengerutkan kening. sepertinya Zhongli belum belajar etiket dengan benar. namun karna respon Viscount Dainsleaf biasa, dia tidak bisa menegurnya.
"kalau begitu saya akan kembali nyonya Adeline?".
"kembalilah". Adeline mengangguk santai meski fokus matanya tertuju pada ekspresi di wajah Dainsleaf.
akar dari insiden kereta menghilang. setidaknya itu yang Zhongli pikirkan. setidaknya dia sedikit lega. juga setelah berhadapan langsung dengan Viscount Dainsleaf Zhongli rasa pria itu seperti Dingin diluar panas di dalam?. meski dia terlihat acuh tak acuh ucapannya penuh jejak perhatian.
setelah insiden itu, ketika Zhongli bermain di taman lagi selalu ada pelayan dibelakangnya.
tidak terasa hari-hari berlalu dengan cepat. dan kini hanpir memasuki natal, salju telah turun dan angin menjadi semakin dingin setiap hari. hanya dalam beberapa hari salju sudah menumpuk diluar. dan kolam air mancur ikut membeku.
Zhongli sibuk membolak-balikan buku sastra. dia sudah semakin mahir berbicara maupun membaca dan menulis, bahkan etiket bangsawannya semakin baik dari hari ke hari.
dia sudah dua bulan tinggal disini. menjalani terapi sebanyak 24 kali dan minum ramuan obat sebanyak 16 kali. juatru karna frekuensi minum obatnya ya g banyak membuat Zhongli curiga, apakah dia tidak akan berumur panjang?.
bahkan Ruu bertanya apakah Zhongli masih sakit setiap melihatnya datang ubtuk perawatan dengan Dr Baizhu. untungnya dia sekarang sudah tidak sepucat dulu, setidaknya dia bisa meyakinkan Ruu bahwa dia baik-baik saja. lihat saja daging di wajahnya dia menumbuhkan beberapa sentimeter daging di pipinya.
selain Ruu ada juga Hans meski caranya melihat Zhongli agak tidak menyenangkan tapi Zhongli tidak memusingkannya. dia pikir Hans adalah tipe anak arogan yang sedikit gengsi untuk menyapanya. mungkin karna Ruu selalu bersikap sopan dan mendekatinya Hans jadi ikut terbawa dan anehnya menjadi dekat dengannya.
seperti saat ini. Hans berjalan kearahnya dan duduk diatas sofa tepat disampingnya. Hans melirik Zhongli dan Ruu lalu berdehem. "besok malam adalah hari natal".
Zhongli mengangguk, siap mendengarkan kata-kata selanjutnya.
"menurut etiket kamu harus menyiapkan hadiah untuk semua orang besok pagi". Hans memperingatkannya. "tidak sopan jika anda tidak bertukar hadiah pada hari natal".
Zhongli menjawab sambil tersenyum. "jadi begitu".
Ruu tersenyum lalu berkata. "hadiah tidak harus mahal ini bisa berupa sovenir. jangan banyak berfikir Zhongli, jika kamu khawatir kamu bisa menghubungi wali mu".
Zhongli kembali termenung. Hans melihat zhongli terdiam dia langsung berkata. "apakah kamu takut menghubungi Earl Childe? sebagai wali kamu harusnya berani menghadapi wali mu". meski nadanya agak ketus maksud perkataan Hans baik, dia bermaksud mendorongnya untuk berani.
respon Ruu malah berbeda. "jangan kasar Hans, jangan khawatir Zhongli kamu bisa meminta nyonya Adeline untuk menghubungi wali mu, semua akan baik-baik saja. Earl Childe akan mengerti".
Zhongli tersenyum dan mengangguk. setelah itu dia pergi menemui nyonya Adeline. nyonya Adeline setuju dan membiarkan Zhongli menggunakan Akasa miliknya untuk menghubungi Earl Childe.
"Adeline, selamat siang. apakah ada yang salah?".
"ini aku, Tuan". Zhongli berbicara dengan tenang.
".........., apakah kamu membutuhkan bantuanku?". Childe bertanya dengan sabar dan lambat.
"ini adalah hari Natal, aku ingin memberikan hadiah pada teman sekelas ku tapi...........".
"oke". Childe langsung menjawabnya dengan ringan. "jangan khawatir".
"terimakasih, Tuan". Zhongli menjawab dengan cepat. "kalau begitu saya tidak akan menganggu anda".
Childe tersenyum lembut. "sampai jumpa".
KAMU SEDANG MEMBACA
[My Pet is a God]
FanficZhongli menemukan sebuah novel berjudul Genshin Gods story. di novel itu diceritakan tentang perjalanan Aether mencari kembarannya hingga menemui berbagai konflik bahkan dihadapkan pada War para Dewa dengan Celestia. yang mengejutkan Zhongli adalah...