Melihat Zhongli dengan tegas menolaknya membuat Paus tidak memiliki alasan untuk tinggal lebih lama. Setelah ragu-ragu sejenak Paus akhirnya mengucapkan selamat tinggal pada Zhongli dengan penuh kasih sayang. "Zhongli sayang, karna kamu tidak mau ikut bersamaku, aku harus mengucapkan selamat tinggal untuk saat ini. Tapi kita akan bertemu lagi, kuharap ketika kamu bertemu denganku kamu tidak akan menolak ku lagi dengan sengaja."
Setelah itu Paus pergi dengan menaiki kereta yang dikemudikan oleh kusir dan pergi dengan tergesa-gesa.
Childe mengerutkan kening, memperhatikan kepergian Paus barusan. Dia memikirkan kata-kata terakhir Paus sebelum pergi.
Dewa cahaya yang sombong tidak pernah memiliki terlalu banyak kesabaran dalam hubungan, mereka memiliki kehidupan abadi, kekuatan ilahi yang kuat, wajah yang cantik, dan terlalu banyak kekuatan untuk memperlakukan hubungan sebagai permainan yang menarik.
Childe tidak punya keinginan untuk menjadi objek kesenangan para dewa tersebut. Alasan mengapa dia tinggal di Liyue tempat dia ditempatkan bukan hanya untuk melindungi kota Liyue tapi juga untuk menghindari dewa-dewa yang memerintah di Mondstad.
Namun takdir sepertinya tidak berbaik hati padanya. Kemunculan Zhongli merubah seluruh pandangan nya. Tidak hanya dia harus memikirkan bagaimana melindungi dewa kecil nya tapi dia juga dihadapkan fakta bagaimana permusuhan dewa Cahaya kepada para manusia.
Meski krisis telah teratasi untuk sementara, Childe tau dewa sombong Cahaya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Sama seperti ketika anda bertemu rusa yang cantik saat berburu, meskipun ia lolos karena kelalaian, anda akan mencarinya tanpa kenal lelah dalam beberapa hari ke depan hingga anak panah ditangan anda menembaknya ke tanah atau anda menemukan mangsa yang lebih di inginkan.
Childe tau dia harus membawa Zhongli keluar dari sini, Childe berpikir. Tentu saja pergi saja tidak cukup dia harus mencari cara untuk menjadi lebih kuat, jika tidak para dewa tinggih selalu bisa mempermainkan nya seperti boneka.
Childe mengambil keputusan cepat dan kemudian memutuskan kembali ke liuili pavilion.
Saat ini zhongli ditarik oleh Childe untuk mengemasi barang bawaan nya. Childe berkata bahwa mereka akan kembali ke Liuili pavilion school. Mendengar hal itu Zhongli mengangguk dan dia mengikuti tuan nya untuk mengemasi barang bawaan mereka.
Childe tidak memiliki banyak barang untuk dibawa jadi dia mengemas nya dengan cepat, tapi dia tidak segera pergi. Dia berjalan keluar dari kamar dan memandangi pohon diluar jendela. Eskpresinya agak kesepian.
Pohon di depan Childe bukanlah pohon melainkan kayu mati yang tidak bernyawa, meski sudah dirawat dengan rapi namun tetap tidak serasi dengan taman yang semarak ini.
Childe melangkahkan kaki memasuki halaman itu dan berdiri tepat di pohon jelek itu. Childe dengan lembut menempelkan dahinya ke batang pohon, mata birunya dipenuhi kabut.
"Ibu......" Childe menutup mata nya dan bergumam.
"Tolong berkati aku. Berkatilah anak mu agar terhindar dari mimpi buruk dan tidak menjadi mainan dewa cahaya. Jika sayang nya saya melakukan kesalahan yang sama seperti anda Tolong berkati saya untuk mati dengan bersih di sisi Zhongli
...
Saat ini Childe bersama zhongli sedang menaiki kereta menuju Liuili pavilion school. Di kereta Childe terus menatap Zhongli sambil tersenyum, di benak nya dewa kecilnya itu sangat luar biasa dan karna tatapan jenaka Childe Zhongli merasa tidak nyaman dan berkata.
"Mengapa anda terus menatap ku tuan?, apakah ada sesuatu di wajah saya?."
"Aku melihat, wajah mu jauh lebih putih dari biasanya."
"Ah jadi begitu, um kurasa ini karna saya hanya menghabiskan waktu di dalam ruangan tuan. Jika saya lebih banyak beraktifitas di luar ruangan mungkin kulit wajah saya akan lebih gelap."
"Hmm... menurut ku kau lebih cocok di dalam ruangan. Bangsawan dengan kulit gelap tidak terlalu bagus untukmu."
"Ya tuan." angguk Zhongli.
Childe memalingkan wajah nya dan kini menatap ke arah luar jendela. Di luar salju masih turun dan tumpukan salju terlihat menumpuk di jalan.
...
Angin di pantai tiba-tiba bergejolak dan berputar. Angin sepoi-sepoi berubah menjadi hembusan angin yang kencang, seolah-olah menandakan kedatangan makhluk luar biasa—dan makhluk luar biasa itulah yang muncul. Xiao secara fisik dapat merasakan angin bertiup dan menari di sekelilingnya, air laut mengalir dan bergoyang dalam pola tertentu yang tidak dapat ia pahami. Tak lama kemudian, sesosok tubuh muncul dari udara tipis.
Itu adalah pria cantik dengan perawakan dan tubuh yang sangat halus. Dia lebih mirip anak laki-laki daripada perempuan, wajahnya awet muda dan mulus seperti bayi tanpa garis kasar dan tekstur bersudut seperti wajah pria dewasa. Rambutnya berwarna hitam kehijauan, tersampir seperti tirai sutra yang mencapai bahunya. Sebuah lyre sederhana namun signifikan menghiasi di tangan nya, dengan lambang yang menunjukkan statusnya sebagai Archon anemo. Pria mungil itu melayang di atas permukaan air. Jubah hijau nya berkibar di sekelilingnya, menari mengikuti irama angin.
Mengapa kamu memanggilku, Xiao? Venti berkata dengan suara yang mirip suara anak laki-laki; lembut dan tipis, tapi yang terpenting lembut seperti belaian angin.
“Saya merasakan keberadaan dewa ku, saya butuh bantuan mu untuk menemukan nya.”
Venti melihat ke arah Xiao yang berdiri di tanah, dan tersenyum.
Apakah kamu butuh bantuan ku untuk menemukan arah, Xiao?.
"Ya terserah." Xiao berkata dengan tidak sabar.
"Anda seorang adeptus namun Anda tidak tahu cara menentukan arah?" Venti mencibir, namun tidak ada cemoohan di dalamnya, yang ada hanya keceriaan.
Wajah Xiao terbakar karena malu. Venti benar dalam ini. Dia selalu kesulitan membedakan arah selatan ke utara, timur ke barat. Pada dasarnya, dia sangat, sangat buruk dalam menentukan arah kompas. Moon carver bahkan berani memanggilnya 'Pemburu Vigilant yaksa"
"Diamlah, Venti." Ucapnya sambil mengerutkan kening. "Apakah kamu akan membantuku atau tidak?"
Baiklah, adeptus muda. Aku akan membantumu dalam pencarianmu, kata Venti dengan anggun.
Venti mengangkat lengan kurusnya dan para roh angin di sekitarnya terkikik dan menari. Tak lama kemudian, Xiao bisa merasakan dirinya mengalami perasaan tidak berbobot. Dia mendapati dirinya mengambang, kakinya tidak menyentuh tanah yang kokoh.
Jadilah kuat dan berani, Xiao.
Perjalanannya tidak akan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[My Pet is a God]
FanfictionZhongli menemukan sebuah novel berjudul Genshin Gods story. di novel itu diceritakan tentang perjalanan Aether mencari kembarannya hingga menemui berbagai konflik bahkan dihadapkan pada War para Dewa dengan Celestia. yang mengejutkan Zhongli adalah...