14. Bantuan/Bencana datang darimana saja

676 101 7
                                    


🚨

Sekitar satu jam kemudian, Bumi harus menjawab seluruh telfon yang masuk, dari rekan seangkatan sampai para seniornya. Ia memilih menjawab telfon sambil mengelilingi perumahan sekitar, mumpung cuaca sudah tidak lagi panas.

Bumi tak tahu, bahwa video berdurasi satu menit bisa membuatnya mendapat banyak panggilan. Untung saja, hal ini tidak membawa masalah yang tak perlu.

Mereka semua menanyakan hal yang sama, kenapa Bumi sampai masuk video. Yah, Bumi menjawab. Ia menaiki bis tujuan Padang, lalu di tengah jalan ada seorang bapak tua yang epilepsinya kumat. Lalu Bumi membantu memberi oksigen, dan sudah. Itu saja.

Hampir semua rekan dan seniornya berhenti bertanya sampai sana. Termasuk papi yang tadi menelfon dari Leiden. Namun Megandita Kepowati Askhara adalah seorang lelaki tulen yang memiliki indera tajam serta hobi bergosip.

Hanya Megandita yang menyadari keberadaan Sunny dan langsung menyatakan, bukan bertanya, bahwa Bumi tertarik dengan Sunny.

"Darimana lo bisa nyimpulin begitu?"

"Ini yang dinamakan insting, Kapten Bumi," jawab Megandita di telfon.

"Gue baru sadar, dibanding menyebalkan, insting lo itu mengerikan, Ta."

Megandita terbahak yang menurut Bumi sangat menyebalkan. "Ternyata pilihan naik bis ngebawa berkah juga. Pasti lo ada modus tidur nyender, kan, Nyet. Trus gimana? Cewenya engga punya anjing, kan?"

Anjing itu adalah kode di gengnya untuk menyatakan apakah seseorang itu punya pasangan atau tidak.

Nampaknya Sunny tidak punya anjing, namun setelah ditelaah kejadian tadi, sepertinya ia telah ditolak oleh Sunny, yang bisa jadi karena Sunny sudah punya anjing.

Bumi bergumam tak jelas. Matanya fokus pada seseorang yang nampak tak asing di matanya.

"Ta, nanti sambung lagi."

Senyum Bumi otomatis terangkat.

"Sore, Sermatutar!" sapa Bumi.

Seorang pria muda yang baru ingin membuka pintu mobil langsung mengarahkan pandangan kepada Bumi. Siapapun dapat melihat kilas kejut di wajah pemuda itu.

Dengan tergesa, pria muda itu menghampiri Bumi, tanpa menutup pintu mobilnya yang masih terbuka.

"Siap komandan," hormat lelaki itu pada Bumi.

"Ngapain kamu disini, Vin?"

Sekarang mereka berhadapan tanpa ada pembatas. "Izin komandan, ini adalah rumah orangtua kami, Ndan," jawab pemuda itu agak terburu-buru.

Bumi berdecak sambil melambaikan tangan kanannya. "Engga usah kaku amat lah, Vin."

"Izin tidak berani, Ndan."

Senyum Bumi terangkat. Melihat Ervin, siswa terbang asuhannya keluar dari rumah yang sama dengan Sunny membuat otak pintarnya menarik satu kesimpulan. "Kamu adiknya Sunny?"

Sekali lagi, Ervin menunjukkan raut terkejut. Yang pertama adalah karena Ervin tidak menyangka akan bertemu dengan Bumi, instrukturnya di sekolah penerbang, yang kedua adalah ia juga tak menyangka Bumi mengetahui tentang kakaknya.

"Siap benar, Ndan."

"Kamu mau pergi?" tanya Bumi sambil memperhatikan baju sipil yang dipakai Ervin.

Keringat dingin langsung mengalir di tengkuk Ervin. Melihat tatapan instrukturnya pada pakaian sipil yang dipakainya, membuat Ervin merutuk dalam hati. Ervin adalah taruna tingkat 4 yang sedang menjalani pendidikan di Akademi Angkatan Udara.

BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang