2. Rekan Sebangku

600 74 4
                                    


🚨

Pemberhentian pertama bus yang bernama BLS -bus lintas Sumatra- adalah rumah makan sebelum pelabuhan. Rumah makan Padang Merak namanya.

Mesti banget ya bus tujuan Padang harus berhenti di rumah makan padang? dalam hati Bumi bertanya-tanya. Bukannya tak suka. Bumi malah SANGAT suka. Mengingat porsi makan tentara yang dipaksa dan terbiasa banyak, maka nasi padang menjadi salah satu alternatif mengenyangkan perutnya.

Saat kernet memberi kode agar semua penumpang turun, Bumi pun beranjak dari bangkunya. Kebetulan, yang duduk di sebelahnya adalah seorang remaja lelaki tanggung bernama Jaya.

Jaya mengajaknya untuk turun, tapi saat melewati bangku perempuan berambut biru elektrik itu, Bumi tersadar bahwa bocah itu sedang tertidur. Bumi bimbang sesaat. Kata Jaya, bus ini tidak akan berhenti sampai Palembang. Itu berarti, mereka tidak sempat makan nasi di kapal maupun di Lampung dalam beberapa jam kedepan.

Akhirnya, karena tak ingin dianggap sok kenal sok dekat, Bumi pun turun mengikuti Jaya tanpa membangunkan manusia yang memanggilnya 'om'.

Setelah mendapat tempat duduk dipojokan, Bumi memilih tunjang dan rendang sebagai lauk nasinya. Jaya sampai bertanya, apakah porsi makannya memang sebesar itu. Bumi hanya tertawa dan membalas, "Biasa, cowo."

Bumi mulai makan nasi panas dengan tunjang dan rendangnya menggunakan tangan. Sesekali bertanya pada Jaya, karena sedari bertemu di bus, Jaya tertidur.

Jaya mengangguk. "Saya habis gagal tes di Jakarta bang, jadi Mak nyuruh pulang."

"Tes apa?"

"Tes Akp*l, Bang."

"Gagal dimana?" tanya Bumi.

"Pantukhir pusat, Bang."

"Engga ditawarin bintara?"

Jaya tersenyum. "Ditawarin Bang, tapi saya engga mau."

"Kenapa nolak?" tanya Bumi tertarik.

"Karena anak daerah kayak saya udah sampe ke pusat, Bang. Jadi mau coba lagi tahun depan."

Karena umur Jaya masih 19, dan batas maksimal daftar akpol adalah 21, jadi Jaya bilang ia masih memiliki dua tahun untuk jatah gagal.

Sekarang Bumi memandang Jaya dengan cara lain. Memikirkan ada anak daerah yang berhasil lolos sampai pusat mengalahkan ratusan mungkin ribuan manusia lain, dan tidak menyerah, membuat Bumi rispek pada Jaya.

"Banyak yang bilang akp*l nepotismenya kenceng. Kenapa engga milih yang lain?"

"Itu dulu Bang, sekarang tesnya transparan. Kita bisa langsung tau hasilnya pas keluar."

Bumi mengangguk, tak memberitahu bahwa salah satu orang yang berperan merubah kebijakan seleksi beberapa tahun yang lalu adalah papi.

"Semangat terus. Jadiin yang kemarin sebagai pembelajaran. Saya yakin kamu pasti lolos."

"Siap, Bang." Jaya jadi cengengesan. "Abang aparat juga, ya?"

Bumi menaikan sebelah alis. "Kenapa nebak gitu?"

"Soalnya perawakan Abang beda."

"Saya mirip aparat? Bukannya lebih mirip model coverboy?"

Mendengar itu membuat Jaya terbahak. Untung saja nasinya sudah habis. Ternyata tebakan Jaya memang benar. Pria yang sebangku dengannya merupakan aparat, terlihat dari perawakan Bumi yang beda dari sipil kebanyakan.

"Bang Bumi tentara atau polisi?" Sambil mendengar pertanyaan Jaya, Bumi melirik pintu masuk. Menanti seseorang yang tak kunjung turun. "Ngeliatin apaan, Bang?"

BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang