15. Kandang Singa

584 91 14
                                    


🌌

Sunny menatap gerbang hitam itu dengan pandangan menerawang. Di malam minggu yang harusnya ia habiskan dengan membantu para tantenya yang memasak untuk acara lamaran besok siang, nyatanya kini Sunny malah berdiri menatap pagar hitam yang amat tinggi.

Bukannya berbelasungkawa atas situasi yang menimpa anak perempuannya tadi pagi, Ibu Sunny malah bersikeras agar mereka berdua tetap mengantarkan bingkisan sebagai ucapan terima kasih pada keluarga Bintang atas tumpangannya kemarin.

Ervin tentu saja tidak mau jika harus 'dikorbankan' untuk mengantar kue ini sendiri. Berkunjung ke rumah yang ia tahu tempat komandannya tinggal, rasanya energi Ervin langsung tersedot habis.

Siapa pula yang mau bertemu 'sesama kaum' di liburan yang seharusnya Ervin lalui dengan tenang untuk sepuluh hari kedepan!?

Ervin bahkan lebih rela disuruh-suruh para tantenya yang berisik itu untuk membantu di rumah, dibanding harus menemani Uni Sunny.

Kapten Bumi sebenarnya pribadi yang baik. Salah satu instruktur di Akademi yang Ervin kagumi. Beliau berprestasi, jelas dalam memberi arahan, suka bercanda, dan sering mentraktir anak asuhannya.

Namun saat ini jelas ada konflik kepentingan antara Uni Sunny dan komandannya. Ervin memiliki hipotesis yang belum bisa dibuktikan.

Ervin menatap raut Uninya yang terlihat sedang berpikir. Atas dasar rasa sayang saja, Ervin mau menemani Uni Sunny kali ini untuk masuk ke kandang singa. "Kita masuk nih?"

Setelah mendapat anggukan dari Uni Sunny, Ervin pun menghampiri satpam. Ia berbincang sebentar dan menyatakan maksud kedatangannya. Mereka berdua memang berjalan kaki dari rumah karena jaraknya tak begitu jauh, sekaligus menunggu waktu pertemuan.

Setelah disuruh menunggu sebentar, akhirnya satpam pun mempersilakan mereka masuk. Ternyata pagar hitam tinggi tadi sepertinya memang dibuat untuk menutupi betapa mewah isi dalamnya. Buktinya saja, Ervin sampai tak mampu menahan decakan saat melihat deretan koleksi mobil dan motor mewah yang sepertinya tak lagi muat diparkir dalam garasi. Sebut saja rubicon, mercedes benz, roll royce denga plat kustom, sungguh mengejek uang saku yang Ervin terima dari negara.

Sunny juga ikut memperhatikan apa yang adiknya lihat. Ia tahu bahwa adiknya memiliki ketertarikan pada otomatif. Sunny jadi penasaran, selain berapa besar pajak tiap tahun yang harus dibayar keluarga ini tiap tahun, juga bagaimana kira-kira isi dalam rumah besar ini?

Namun Sunny ingat tadi ia telah membuat kesepakatan dengan Ervin, bahwa apapun yang terjadi, mereka hanya akan menuntaskan perintah Ibu. Beri kue ini, basa-basi sebentar, jangan masuk, lalu pulang. Apapun yang terjadi, jangan sampai mereka bertemu dengan Bumi.

Mereka masih terdiam memperhatikan deretan mobil itu saat tiba-tiba saja pintu rumah sudah terbuka, dan menampilkan seorang wanita hamil yang amat cantik bahkan di malam hari.

Bintang dengan baju terusan santainya keluar dari rumah sambil tersenyum lebar. Setelah berterima kasih pada satpam, Sunny membalas senyum Bintang dengan canggung.

"Hai, Sun!"

Mata Ervin yang tadi terpana pada deretan otomotif mewah itupun otomatis berpaling saat melihat wanita imut yang menghampiri mereka. Wajah itu sangat mirip dengan yang pernah dilihatnya dalam bingkai foto di ruang kerja ayah, bedanya hanya di perutnya yang menonjol. Otak Ervin berpikir keras. Jadi ini yang namanya Kak Bintang? Adik komandannya. Istri dari Bang Bhaga, rekanan dosen ayah dulu.

Masalahnya, wajah perempuan itu masih sama persis seperti wajah yang ada di bingkai, nampaknya waktu 7 tahun tidak mengubah sedikitpun wajah Kak Bintang. Cantik, imut, namun tetap terlihat berkelas.

BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang