5. Ujian Dadakan

503 77 1
                                    


🌏

"Saya pratu," ujar Bumi santai.
(Prajurit dua)

"Engga mungkin!?" ujar Jaya tak percaya yang membuat Bumi tergelak.

"Kenapa engga percaya?"

Jaya bergumam, memikirkan jawaban tanpa merendahkan pangkat yang lain. "Hmm, gitu."

"Gitu gimana?" tanya Bumi iseng.

"Gitu lah Bang, engga enak aku nyebutnya. Aku lebih percaya Abang perwira, bukan tamtama."

"Kenapa gitu? Biasanya kamu selalu punya jawaban."

Jaya mati kutu. Menurut analisisnya tadi, Bumi pasti seorang perwira, bukan bintara ataupun tamtama.

Jaya tidak melihat dari segala atribut yang melekat di pria itu. Bumi memakai Garmin di tangan kanan, berbadan tegap ideal, dan rambut potongan cepak. Namun ada aura yang terpancar dari Bumi agar orang lain mendengarkan dan menurut tiap kali pria ini berbicara. Itulah yang kerap dilihat Jaya dari seorang perwira.

Mata pria itu juga memancarkan kecerdasan. Selama beberapa jam perjalanan, Bumi tidak pernah mengatakan hal tidak penting. Itu menunjukan betapa dipikirkannya kalimat yang akan keluar.

"Berarti firasatmu bener kali ini."

Jaya mendelik, ternyata benar analisisnya. "Kalau angkatan udara, kenapa mau naik bis ke Padang, Bang?"

"Kenapa emangnya?" tanya Bumi santai.

"Setau saya, kan ada Paum. Gratis, cepet pula. Saya kalau jadi Abang, mending naik itu."
(Paum= Penerbangan pesawat TNI AU dari satu daerah ke daerah lain yang membawa prajurit/personel)

"Makanya masuk AAU, biar tau rasanya naik metromini terbang."

"Hahaha, emang separah itu, Bang?"

Bumi menggeleng. "Bercanda. Saya emang mau nyoba naik bis kok. Mumpung cuti lumayan panjang."

"Jadi Abang beneran Lettu?" tanya Jaya yang masih penasaran.
(Letnan satu)

"Pantang menyerah ternyata."

Bumi mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Tak butuh waktu satu menit, Bumi berhasil tertidur, meninggalkan Jaya yang masih haus penasaran.

🌏

Kali ini Bumi terbangun karena suara kernet bis yang memberitahu bahwa mereka berhenti untuk shalat subuh.

Bumi membangunkan Jaya. Pemuda ini ternyata cukup sulit dibangunkan. Lihat saja nanti, jika benar lolos menjadi taruna, pengalaman di taruna akan mengajarkan untuk bisa tidur dan bangun dalam waktu yang singkat.

Saat ingin turun dari bis, Bumi melirik bangku Sunny yang sudah kosong. Lalu Bumi lanjut berjalan keluar bis. Ternyata mereka berhenti di rumah makan padang (lagi).

Bumi menuju mushola rumah makan untuk buang hajat lalu berwudhu. Airnya sungguh dingin hingga membuat Bumi sadar seratus persen.

Saat melewati pintu masuk perempuan, Bumi mendengar lantunan ayat suci yang pelan namun merdu. Dengan kurang ajarnya, kepala Jaya malah mengintip ke dalam mushola bagian perempuan.

"Kak Sunny," kata Jaya pelan memberitahu Bumi. Untuk kali ini, Bumi menempeleng belakang kepala pemuda itu agar fokus dan meneruskan langkah ke mushola bagian pria.

"Jamaah aja, Bang," kata Jaya yang diangguki Bumi.

Masalahnya, para pria yang ada disana hanya saling menatap, memberi kode siapa yang mau jadi imam.

BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang