9. Pulang Bareng

584 101 14
                                    

🚨

"Jangan lari!" tegur Bumi saat melihat seorang perempuan, -wanita lebih tepatnya-, menghampiri mereka dengan raut wajah bersemangat. Dengan tinggi kurang dari 160 cm, menurut Bumi wanita itu nampak imut dengan pipi tembam dan perut yang membesar.

Bintang cemberut mendengar teguran Bumi, tapi tak ayal berhenti berlari, diganti berjalan santai dengan sepatu ketsnya. Saat jarak mereka kurang dari 30 centi, Bintang langsung berjinjit merenggut leher Bumi untuk mengecup pipi Ajonya dengan sayang.

Kemudian mereka berdua tertawa karena baru sadar perut Bintang yang menonjol, menghalangi mereka untuk berpelukan dengan benar.

Pada akhirnya, Bintang harus puas hanya dengan memeluk lengan kanan ajonya.

"Kangennn."

Bumi balas mengecup pipi adiknya yang nampak lebih berisi dari terakhir kali ia lihat. Masih selembut pantat bayi, pikir Bumi. Pipi itu juga nampak kemerahan, kemungkinan karena kepanasan. "Sama, Ajo juga kangen."

Sekilas, Bumi melirik perut yang menjadi tanda bahwa adiknya benar-benar hamil. Terakhir kali mereka bertemu adalah setengah tahun yang lalu. Saat itu, adiknya sendiri pun belum tahu sedang hamil muda.

Bumi menyadari mereka krisis anggota keluarga, namun mengingat kehamilan terakhir Bintang yang meninggalkan trauma buruk bagi dirinya dan keluarga, membuat Bumi sedikit banyak kurang bersemangat menyambut ponakan ketiganya. Sebut saja Bumi paman yang jahat, namun ia lebih menyayangi adiknya lebih dari apapun.

Tapi Bintang adalah Bintang. Keras kepala adalah nama tengah adiknya. Mau ada badai sekalipun, adiknya tetap pada pendirian di awal yaitu mempertahankan janin di kandungannya.

Bintang tersenyum tipis saat menyadari perhatian Bumi tertuju penuh pada perutnya. Kehamilannya kali ini tentu saja direncanakan. Walau meminta persetujuan pada suaminya amat susah, namun pada akhirnya Da'Bhaga luluh jua.

Setelah Byat dan Berlyyn masuk preschool, Bintang sudah membujuk Da'Bhaga untuk program anak ketiga. Namun Da'Bhaga beralasan bahwa anak-anak mereka masih kecil dan membutuhkan perhatian penuh.

Saat Byat dan Berlyyn telah masuk SD, Da'Bhaga beralasan bahwa Bintang sedang mengerjakan tesis. Ckck, padahal Bintang tak merasa ada masalah hamil sambil mengerjakan tesis. Untung-untung, anaknya ikut pintar.

Segala cara telah Bintang lakukan. Mulai dari bujukan manis sampai perang dingin, Da'Bhaga tetap belum mau. Padahal, sebelum hamil Byat dan Berlyyn, mereka berdua menginginkan banyak anak biar ramai. Usut punya usut, Da'Bhaga masih trauma mengingat Bintang yang sempat koma setelah melahirkan Byat dan Berlyyn.

Saat menceritakan hal itu pada Bumi, ajonya malah sependapat dengan Da'Bhaga. Ckck, ia salah memilih tempat curhat.

Lalu Bintang cerita pada Bunda. Bunda bilang, lahirnya seorang anak memang harus atas kemauan kedua orangtua. Jadi, kalau Bhaga belum mau, Bintang lah yang harus membujuknya.

Bintang bertanya, apakah Bunda tidak trauma. Jawabannya sungguh berbeda dari jawaban para lelaki di keluarganya. Bunda bilang, bahwa ia memang mengharapkan Bintang memiliki banyak anak. Namun, kelahiran terakhir kali, membawa trauma yang cukup berat bagi mereka. Jadi Bintang harus mengerti posisi mereka semua. Mereka hanya tidak ingin kejadian itu terulang kembali.

Bintang ingin punya anak banyak. Walau memiliki saudara, namun Bintang juga merasa kesepian saat Bumi sudah masuk asrama. Sama halnya dengan Bhaga yang tidak memiliki saudara. Jadi ia menginginkan anak-anaknya akan memiliki banyak saudara yang bisa saling membantu dan tidak kesepian.

BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang