Dia yang membawanya ke dalam lubang penuh puisi pujangga. Dia.
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Di pagi hari Nata beraktivitas seperti biasa. Ia mandi, ia bersiap untuk ke sekolah, dan ia memakan sarapan yang selalu telah disiapkan oleh Bi Mimin. Ia selalu menyantapnya sampai habis. Setelah menghabiskan sarapannya ia menghampiri Bi Mimin yang sedang menyiram sayuran yang ditanam di belakang rumah. Di sana juga ada Mang Toto yang sedang memandikan burung peliharaan papa. Nata menghampiri Mang Toto terlebih dahulu.
“Mang Toto salim,” Nata mengulurkan tangannya pada Mang Toto. Pria paruh baya itu mengelapkan tangannya ke baju yang ia kenakan sebelum akhirnya memberikan tangannya pada Nata.
“Jug sing pinter!” Ujar Mang Toto dengan Bahasa Sunda.
“Aamiin,” Jawab Nata.
Setelah menyalami Mang Toto Nata beralih pada Bi Mimin. “Bi, salim,”
Bi Mimin pun memberikan uluran tangannya.
“sing pinter, sing soleh, kaseepp.”“Aamiin.” Jawab Nata.
“Tapi aden asa demam geuning?” Bi Mimin memegang kembali kening Nata. Wanita paruh baya itu memberikan tatapan khawatir.
“Ah, enggak, bi.” Elak Nata dengan tatapan dan gestur tubuh yang meyakinkan. “Ngomong-ngomong papa belum pulang, bi?” Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Belum, kayaknya nanti siangan deh, den,” Jawab Bi Mimin. Nata menganggukkan kepalanya kemudian ia mengucapkan terima kasih untuk sarapannya dan berpamitan untuk pergi ke sekolah. Ia membawa motor PCX nya keluar dari garasi kemudian mengendarainya dengan kecepatan standar.
Nata menyusuri jalanan kota yang mulai ramai dipenuhi oleh kendaraan lain. Di tengah perjalanan Nata melihat seseorang yang dikenalnya sedang berdiri di sebuah halte seorang diri. Ia bergegas menepikan motornya dan menghampiri orang itu.“Rin, mau bareng?” Ajaknya pada Arina.
Gadis itu mengerutkan kening karena tidak mengenali orang berhelm serta bermasker yang ada didepannya.
“Siapa, ya? Kok kamu kenal aku?” tanya Arina.“Nata,” Jawabnya.
Arina pun tertohok. “Na-ta?”
Nata segera melepas helm dan masker untuk memperlihatkan wajahnya. Dan bukannya malah yakin bahwa itu Nata, Arina malah semakin terkejut. Saking terkejutnya gadis itu sampai menepuk dadanya beberapa kali dan membuat Nata panik. “Kamu kenapa?”
“E-enggak papa.”
“Serius?”
“Iya.”
“Jadi mau ke sekolah bareng, gak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUJANA
Teen FictionMari kita bersama selamanya. Tanpa memperhatikan dari jauh, dan tanpa rasa sakit. "Kesempatan hidup di bumi yang fana ini hanya satu kali, Rin, dan aku dedikasikan buat kamu." -Nata Alamsyah Dalam risalah, kita hanyalah dua atma yang tergugu oleh l...