28. Satu Orang

11 7 0
                                    

Setidaknya satu kali takdir akan mempertemukan mu dengan seseorang yang selalu ingin berkorban untuk mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya satu kali takdir akan mempertemukan mu dengan seseorang yang selalu ingin berkorban untuk mu.

~ Saujana

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Di hari libur Arina dan Maretta pergi ke Kafe favorit Arina yaitu, Flavor's Cafe. Seperti biasa ia memesan makanan dan minuman kesukaannya, sedangkan Maretta membeli Red Velvet Lava Cake dan Milkshake Strawberry. Selain ada menu yang dihidangkan di atas meja mereka ada sebuah laptop yang terbuka.

“Jadi lo ngajak gue ke sini cuma buat ngerjain tugas bareng, Rin?”

Arina memainkan jemarinya di atas permukaan keyboard. “Heem, biar dapet suasana baru aja.” Jawabnya.

Maretta menghela napas sambil memutar bola matanya tiga ratus enam puluh derajat, kemudian menyedot minumannya.
“Udah lama juga aku enggak ke sini,” sambung Arina.

“Kayaknya tempat ini bersejarah banget buat, lo,” ucap Maretta.

“Suasananya enak tau.” Sahut Arina.

Maretta kembali menyedot minumannya. Arina kembali dengan laptopnya. Maretta memperhatikan gadis itu. Ia menangkap sesuatu yang aneh dari Arina. Kalung berliontin daun semanggi. Maretta memicingkan matanya, meneliti dengan intens kalung itu.

Cakep.

Arina yang sadar diperhatikan langsung bersuara. “Kenapa kamu?”

“Itu, kalungnya lucu, Rin, dari ibu?” Maretta menunjuk ke arah leher Arina.

Arina mengangkat kalungnya sehingga liontin daun semanggi nya semakin terlihat jelas. Ia tersenyum. “Ini? Bukan dari ibu.” Jawabnya.

Maretta mengernyitkan alisnya. “Loh, terus dari siapa?” Tanyanya.

“Adaa deh.”

Maretta menggeleng tidak percaya. Seorang Arina sudah bisa merahasiakan sesuatu dari nya. “Wah, wah, wah, jangan-jangan dari someone kelas sebelah, ya? Apa gue bilang, lo pasti udah jadian sama Nata.” Tandasnya.

“ih, suudzon.” Dalih Arina.

Maretta memicingkan mata nya. Mencari letak kebohongan di wajah Arina. Lantas demikian Arina terseyum karena tidak bisa menahannya.

“TUH 'KAN APA, GUE, BILANG.” Maretta meninggikan suaranya.

Orang-orang yang ada di sana langsung melirik ke arahnya. Saat itu juga Arina ingin menghilang dari bumi karena ulah sahabatnya.

“Heh!” Tegur Arina.

Kemudian Maretta mendekatkan tatapannya pada gadis itu. “Benerkan kalian jadian?” Tanyanya pelan, hampir seperti berbisik.

SAUJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang