27. Berkelok

15 12 1
                                    

Jika sudah mengenal asmaramanusia sering hilang arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika sudah mengenal asmara
manusia sering hilang arah.

~ Saujana

❃.✮:▹ ◃:✮.❃


Banyak waktu yang terlewatkan sia-sia ketika seseorang kehilangan semangat hidupnya. Namun, tak jarang juga yang melakukan hal yang sebaliknya. Ketika mereka kehilangan seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya mereka akan menyibukkan diri sehingga lupa dengan waktu dan orang-orang disekitarnya, jelas waktunya tidak sia-sia sedikit pun. Tetapi, ia telah menyakiti dirinya sendiri dan orang-orang yang masih menyayangi nya. Hal itu terjadi pada Rama saat ia kehilangan Inggit. Ia terus bekerja, lembur di kantor sampai tidak pulang ke rumah, dan melupakan bahwa ia memiliki seorang anak yang masih butuh kasih sayang dari orang tuanya. Ya, anak itu adalah Nata. Sejak ibunya meninggal karena kecelakaan yang janggal Nata dicampakkan oleh ayahnya– Rama. Nata hanya bisa melewati hari-harinya bersama para pengurus rumah sambil menangisi kepergian sang ibu sampai satu tahun berlalu barulah Rama mulai teratur pulang ke rumah. Hanya saja itu bukan suatu hal yang baik pula, karena Rama membuat aturan-aturan yang membuat kebebasan Bata terbatasi. Dari mulai bermain, berkendara, berteman, dan bersosialisasi dengan tetangga, semuanya sangat diawasi oleh Rama. Hingga akhirnya pribadi Nata yang sebelumnya dididik berhati hangat oleh ibunya terkikis menjadi seseorang yang berhati dingin dan sulit mengekspresikan sesuatu. Ia juga menjadi seseorang yang mahal memberi kepercayaan pada orang lain.

“Lo jadian sama Arina?” Nata menautkan alis mendengar pertanyaan dari Bima.

“Iya 'kan? Bilang aja, Ta. Gak usah, lo, sembunyiin.” Desak laki-laki itu.

“Dapet rumor dari mana?” Nata bertanya balik.

“Gak penting, gue, dapet hadiah informasi dari mana. Yang, gue, tanyain itu bener 'kan?”

“Enggak.”

Bima memutar bola matanya jengah. “Lo 'tuh? ARGHH! KENAPA 'SIH SUSAH BANGET BUAT CERITA SAMA, GUE, TA? LO ANGGEP, GUE, APA? ORANG LAIN 'HH?” Bima menaikan intonasi suaranya.

“Lo kenapa ngegas?” Nata heran. Wajah datarnya jelas membuat Bima semakin kesal. Tetapi, karena itu juga Bima tidak bisa meninggikan lagi suaranya.

“Kemarin Fian liat, lo, berduaan sama Arina di lorong sepi.” Bima mulai menjelaskan informasi yang ia dapat. Nata mencerna setiap kata yang diucapkan anak itu. Sesekali Nata bertanya dengan kalimat tanya seperti sedang mewawancara, sampai akhirnya penjelasan itu berhenti karena topik yang dibicarakan telah habis.

“Lo udah mau cerita sama, gue?” Bima melihat kuping Nata yang memerah. Ia menyunggingkan bibirnya.

Kalau, lo, bohong parah sih, Ta. Batin nya.

SAUJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang