❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Setelah memasuki bangunan yang dua kali lebih luas dan besar dari rumah nya, Arina bersusah payah mengatur napas agar ia rileks. Ia benar-benar grogi karena kali ini, setelah pulang sekolah Nata mengajak nya mampir ke rumah laki-laki itu. Memang bukan kejadian yang direncanakan, tapi Arina tetap tidak percaya diri. Pikirnya, bagaimana jika ayah Nata ada di rumah? Ia harus bagaimana jika bertemu dengan ayah laki-laki itu? Ia takut ayahnya akan memberikan penilaian yang kurang diinginkan pada dirinya. Selama ini hanya satu rumah laki-laki yang pernah Arina kunjungi, yaitu rumah M. Dan Arina juga sudah tahu seluk-beluk keluarga sahabatnya itu. Sedangkan untuk Nata? Selama ini, ini merupakan kali pertamanya untuk Arina, ia juga belum tahu bagaimana seluk-beluk keluarga Nata karena laki-laki itu jarak bercerita tentang ayah nya. Yang Arina tahu, ayah Nata adalah seorang pengusaha yang supermarket sibuk, sudah itu saja.
Kini keduanya telah menginjakkan kaki di rumah tahu rumah laki-laki itu. Sedikit-sedikit Arina mengedarkan matanya untuk melihat beberapa lukisan yang terpajang di ruangan itu. Dengan satu kali lihat, Arina bisa tahu jika lukisan itu memiliki harga yang sangat tinggi, karena setiap goresannya dapat Arina pahami dengan makna yang luar biasa.
"Ehhh, Den, udah pulang." Seseorang wanita paruh baya menghampiri Nata dan Arina. Wanita itu berpenampilan sangat sederhana. Tetapi, dengan wajahnya yang terlihat teduh dan ramah, Arina merasa tenang ketika dia menghampiri nya.
Bi Mimin tampak kebingungan dengan kehadiran Arina. Namun, ia juga terpesona dengan wajah cantik gadis itu. "Aduh, sama siapa ini, Den?" Tanya Bi Mimin pada Nata.
"Pacar Nata, bi," jawab Nata sambil tersenyum. Bi Mimin langsung beroh bahagia dengan tatapan yang berbinar-binar memperhatikan Arina. Sedangkan Arina harus menampung rasa bahagia sekaligus malu di dalam lumbuk hati karena Nata memperkenalkannya seperti itu.
"Kamu tunggu di sini sebentar ya." Kata Nata pada Arina. "Bi, Nata mau ke kamar dulu, ya," imbuh laki-laki itu dan diiyakan oleh Bi Mimin. Setelah memperhatikan Nata menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya Bi Mimin mulai menyapa Arina.
"Duduk, neng,"
Arina tersenyum kemudian duduk. Bi Mimin ikut duduk disebelah nya. "Jadi, namanya siapa, neng?" Tanya Bi Mimin pada Arina.
"Arina, bu," jawab gadis itu. Bi Mimin mengangguk paham dan tiba-tiba memegang tangan Arina. "Jadi, neng Arina, toh orang nya. Makasih ya, neng, berkat, neng, bibi bisa liat Den Nata ceria lagi."
Arina kebingungan, tapi dia juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Maksdunya gimana ya, bu?"
"Ah, pasti den Nata enggak cerita yang sama neng?" Bi Mimin menjeda kalimatnya. "Jadi, semenjak mama nya den Nata meninggal, dia jadi sering murung, ditambah lagi bapak yang selalu kerja dan jarang di rumah, den Nata sering ngerasa kesepian, terus semenjak bisa keluar rumah main sama temen-temen nya dia jadi jarang di rumah, sekalinya di rumah pun bibi jarang ngobrol sama dia, apalagi liat dia ketawa. Boro-boro ketawa, senyum juga jarang." Jelas Bi Mimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUJANA
Ficțiune adolescențiMari kita bersama selamanya. Tanpa memperhatikan dari jauh, dan tanpa rasa sakit. "Kesempatan hidup di bumi yang fana ini hanya satu kali, Rin, dan aku dedikasikan buat kamu." -Nata Alamsyah Dalam risalah, kita hanyalah dua atma yang tergugu oleh l...