35. Kita, Bandung dan Hujan

6 2 0
                                    

Menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyenangkan. Aku 'tak bohong.

~ Saujana

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Di tahun 2022, September berlalu begitu saja. Oktober menyambut Bandung dengan rintikan hujannya. Walaupun prakiraan cuaca memprediksi cerah bercahaya, kini, di sore hari sepulang sekolah Nata dan Arina harus menerima air hujan luruh di tubuh mereka. Namun sebab sedang dimabuk asmara, keduanya tidak bersedia untuk menepi menunggu hujan reda. Dengan senang hati keduanya menerobos rintikan itu tanpa memedulikan helm terpasang di kepala nya.

“Seneng, Ta!” Seru Arina bahagia.

Jalanan Bandung yang terkena hujan itu mengeluarkan aroma petrikor yang membuat pecintanya pun terlena.

“Ngebut, mau?” Tanya Nata pada Arina.

Dengan cepat gadis itu menggeleng. “Jangan! Nanti hujannya, gak bisa dinikmati.”

“Haha, oke.”

Hujan kali ini benar-benar ramah. Tidak terlalu deras dan tidak ada suara petir yang terdengar keras. Manusia manapun dapat menikmatinya kecuali mereka yang selalu memaki hujan. Dan lihatlah keduanya dan Bandung sekarang. Dengan rintikan hujan yang terdengar bermelodi, dengan melewati jalanan yang sepi, dengan dedaunan yang berserakan di atas aspal, dan dengan pakaian putih abu yang mensyaratkan indahnya masa SMA. Kedua makhluk bumi itu terlihat sangat bahagia.

“Arin,”

“Iya?”

“Jangan lupa hari ini, ya?” Pinta Nata pada Arina. “Simpan kenangan hari ini seapik mungkin, dan suatu hari nanti kita bahas kembali sambil menjelajahi ulang tempat ini.”

“Sama kamu?”

Nata mengangguk. “Iyaa, sama jiwa-jiwa yang akan hadir dan tumbuh di masa depan juga.” Ucap laki-laki itu.

Arina tidak paham dengan kalimat yang dikatakan Nata. Tetapi, ia tetap merespon dengan senyumannya. “Heem.”

Nata melihat gadisnya dari balik kaca spion. Lantas ia tersenyum ikut tersenyum. Ayok bumi, buat keduanya terus merasa bahagia.

Sampai akhirnya Nata berhenti di depan pagar rumah Arina. Gadis itu turun dari motor dan menghadap ke Nata. “Makasihh, seru untuk hari ini.” Ucapnya dengan bibir yang sudah sedikit berubah warna.

Nata mengguratkan senyuman. “Dingin, ya?” Tanya nya saat atensinya tertuju pada bibir dan kelopak mata gadis itu.

“Dikit, tapi tetep seru 'kok.” Balas Arina sambil menyengir.

“Yaudah, cepetan masuk terus mandi biar enggak kedinginan.” Titah laki-laki itu.

“Sekali lagi makasih, ya, buat hari ini.”

SAUJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang