Semuanya perlu keberanian dan waktu.
Jadi, tidak ada salahnya jika tidak terburu-buru asalkan ujungnya tepat memilih waktu.❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Di senin pagi ini matahari memberikan cahayanya dengan sempurna. Baru setengah perjalan upacara saja sudah sekitar sepuluh murid yang pingsan dan diangkut di atas brangkar oleh para petugas PMR. Tampak dari raut wajah mereka rasa lelah yang kentara.
Di tengah-tengah amanat yang dibawakan oleh kepala sekolah, blok anak kelas sebelas IPS dikejutkan dengan tumbangnya seorang siswi dan bagian pelipis kanan nya mengeluarkan darah, beberapa orang-orang pun lantas mengerumuninya.“WOY PMR! PINGSAN.” Seseorang berteriak.
Dua orang petugas yang baru saja mengantarkan satu orang ke UKS mulai berlari tergopoh-gopoh mendekati sumber suara.
“Lama.” Seseorang mulai mengangkat gadis itu dan menggendongnya keluar dari barisan.
Setelah berjalan beberapa langkah ia berpapasan dengan para petugas PMR yang tadi tergopoh-gopoh.“Dibawa kemana?”
“Ke UKS II, kak.” Jawab salah satu nya.
Kemudian ia berjalan dan membawa gadis itu ke tempat yang telah ditunjukkan. Kedua petugas itu mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di ruang UKS ia menidurkan gadis itu di salah satu kasur yang kosong.“Tolong bersihin darahnya sama pasang oksigen. Setau gue Kirana punya Asma.”
Petugas perempuan yang berada di ruang itu pun mempersiapkan barang-barang untuk membersihkan luka dan tabung oksigen serta selangnya. Lalu ia memasangkan ia memasangkan selang oksigen pada bagian pernapasan Kirana.
“Kalau Kak Nata mau pergi, gak papa, kak.” Ujar petugas laki-laki yang tadi membuntuti Nata. Laki-laki itu mengangguk dan melihat kondisi Kirana terlebih dahulu. Setelah perkiraan nya Kirana baik-baik saja Nata pun berpamitan untuk keluar dari ruangan itu.“Eh,”
“Arin?”
Keduanya berkontak mata beberapa detik, lalu membuyar saat Arina ter-batuk ringan.
“Kamu sakit?”
Arina menggelengkan kepalanya.
“Tadi kena debu di lapang. Aku petugas PMR juga terus aku liat ada yang gendong orang pingsan ke sini, aku susul deh, dan ternyata itu kamu.”“Kirana yang pingsan, dia temen kelas aku.” Arina mangut-mangut. “Aku titip dia ke kamu.” Pesan Nata.
“Oke.”
Laki-laki itu pun melenggang meninggalkan Arina. Arina berbalik badan dan memperhatikan punggung lebar itu yang semakin menjauh dan menghilang. Setelah itu Arina masuk ke dalam ruangan UKS dan menghampiri Kirana yang belum sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUJANA
Teen FictionMari kita bersama selamanya. Tanpa memperhatikan dari jauh, dan tanpa rasa sakit. "Kesempatan hidup di bumi yang fana ini hanya satu kali, Rin, dan aku dedikasikan buat kamu." -Nata Alamsyah Dalam risalah, kita hanyalah dua atma yang tergugu oleh l...