Layaknya kompas yang benar jika digunakan oleh mereka yang bisa. Dua atma itu percaya, namun awam membedakan jalan buntu dan semak belukar.
~Saujana
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
UAS pun tiba. Seminggu itu Arina jalani tanpa melihat batang hidung Nata. Gadis itu mengerti, karena nomor ruangan mereka pun berbeda cukup jauh. Dan Saat jam istirahat juga Arina tidak menyempatkan dirinya pergi ke kantin, paling-paling ia pergi ke toilet yang tempatnya terpisah dua kelas dari ruangan UAS nya.
Setelah seminggu itu berlalu para pengurus OSIS mengadakan acara class meeting untuk mengisi waktu senggang menunggu pembagian lapor. Ada banyak perlombaan yang harus diikuti oleh setiap kelas, dan perlombaan cabang olahraga menjadi pusat perhatian para siswa maupun siswi. Mengapa demikian? Karena biasanya pentolan kelas masing-masing akan mengeluarkan keahlian mereka dan tebar pesona.
Kini Arina, Maretta dan teman-teman sekelasnya sedang menonton pertandingan Bola Voli antara kelas mereka dengan kelas bawah. Arina menikmati tontonan itu, sesekali ia bersorak ketika temannya berhasil mencetak poin, berbeda-beda dengan Maretta yang terus me-reog setiap detiknya."AGUNGGG, SMASHH!"
DUAR! Poin tercetak saat hasil smash itu tidak tertahan oleh pemain lawan.
"YEAYYY!!" Orang-orang lantas bersorak.
Beberapa menit kemudian permainan itu selesai dan dimenangkan oleh kelas Arina sehingga kelas mereka bisa masuk ke babak selanjutnya. Selesai menonton Bola Voli mereka pindah lapangan karena ingin menonton Bola Basket. Di lapang sana sama ramainya seperti di lapangan Voli. Baik para adek kelas ataupun teman satu angkatan Arina terlihat menyemangati atlet kelas mereka masing-masing.
"Nata, Rin." Maretta berbisik pada Arina.
Hari ini Arina baru melihat lagi Nata. Laki-laki itu berpakaian kaos jersey dan sedang melakukan peregangan bersama teman-teman nya. Ternyata kelas laki-laki itu bermain setelah permainan yang sedang Arina tonton.
Anak-anak lain yang berada di samping Arina terdengar membisikkan sesuatu."Omooo, Kak Nata main."
"Ganteng banget gila!"
"Si Nata udah punya belum, sih?"
"Kak Nata, gak ada niatan nembak, gue, apa?"
Arina tersenyum simpul mendengar kalimat-kalimat yang masuk ke dalam rungunya. Ia semakin sadar bahwa Nata memang sepopuler itu. Pikirannya melayang ke satu kalimat beberapa waktu ke belakang, namun ia segera menepisnya dan kembali fokus ke pertandingan yang sedang ia tonton.
Pertandingan itu dengan cepat berakhir, kini persiapan pertandingan kelas Nata melawan kelas tetangga Arina. Orang-orang di tepi lapangan mulai meneriaki nama Nata ataupun Bima. Mereka seperti cacing-cacing yang kepanasan melihat kedua laki-laki itu."Circle mereka emang se-perfect itu, ya?" Celetuk Maretta. Ia juga tahu jika Nata dan teman-temannya populer, tapi ia tidak menyangka mereka sepopuler itu sampai para guru muda pun cukup histeris menonton mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUJANA
Novela JuvenilMari kita bersama selamanya. Tanpa memperhatikan dari jauh, dan tanpa rasa sakit. "Kesempatan hidup di bumi yang fana ini hanya satu kali, Rin, dan aku dedikasikan buat kamu." -Nata Alamsyah Dalam risalah, kita hanyalah dua atma yang tergugu oleh l...