17 | Batas diantara kami

160 23 0
                                    

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku duduk diantara para manusia yang memiliki gelar tinggi diantara yang lain. Jauh di dalam laut, aku dan seluruh bangsaku harus bersembunyi di dalam kegelapan yang sunyi, dan kini aku duduk diatas lampu dan cahaya malam paling terang yang ada dalam hidupku sebagai siren.

Nenek... Teman-teman... Aku merindukan kalian...

Aku menatap kearah Duke Valha sembari membalas senyumannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap kearah Duke Valha sembari membalas senyumannya. Kami tak bersebelahan, namun jarak kami cukup dekat sehingga ada cukup ruang untuk kami berbincang.

Karena suaraku menghilang, aku tak bisa membalas satupun perkataan milik Duke Valha. Selama acara makan malam ini berjalan, aku tak dapat menyantap makananku dengan baik karena tatapan Duke Valha padaku, selain itu bangsawan di sebelahku pun begitu aktif berbicara yang membuatku kewalahan saat meresponnya.

Aku mau keluar sebentar...

Aku bangkit dari kursiku lalu memberi isyarat pada Revian untuk pergi keluar sebentar. Untungnya, sebelum acara dimulai, kami sempat merundingkan sinyal isyarat yang akan kugunakan selama acara berlangsung, jadi aku tak perlu banyak menulis saat berinteraksi di depan umum.

"Selin-!"

"Jangan, dia butuh waktu sendiri... Tadi dia menunjukkan isyaratnya padaku."

Rhodeus menatap Selina yang pergi dari ruang makan dengan sedih, ia berencana menyusul Selina secara diam-diam, karena ia tak ingin meninggalkan Selina sendirian lagi. Namun saat ia hendak beranjak dari kursinya, seorang bangsawan menarik pakaiannya dan mengajaknya berbicara.

"Hei sobat, kau terlihat keren sekali dengan pakaian ini, dimana kau membelinya?"

Apa-apaan manusia ini? Beraninya dia menarik pakaianku!

Revian menyadari tindakan apa yang hendak dilakukan Rhodeus pada bangsawan itu, lantas ia menarik paksa Rhodeus lalu berbisik padanya. "Jangan macam-macam padanya, keluarganya bergerak di bidang militer, ayahnya seorang menteri pertahanan."

Rhodeus pun menelan kembali ludahnya lalu merapihkan kembali pakaiannya. Sebelum ia membalas perkataan bangsawan yang mengusik pakaiannya, Revian kembali berbisik. "Bilang saja kalau kau membelinya di butik La Debouisse. Satu lagi, semua orang yang kuundang disini adalah orang-orang berpengaruh di kerajaan. Salah satu diantara mereka dapat membantu rencana kita ke laut timur dengan menyediakan kapal serta perlengkapan terbaik menuju kesana."

Rhodeus mengepalkan tangan kirinya lalu tersenyum kecil sembari menoleh kearah bangsawan di sampingnya.

"Ahaha, pakaian ini kupesan khusus di La Debouisse..." ucap Rhodeus dengan aksen pengucapannya yang aneh.

• ✧ • ✧ • ✧ •

Berhasil keluar dari ruang makan tanpa suatu pertanyaan apapun, Selina berjalan menuju balkon yang ada di ruang pesta dengan tergesa-gesa. Ia menatap bulan yang bersinar begitu terangnya diatas langit dengan perasaan sedih. Tanpa diduga, batu sihir pemberian Dewi Laut ikut bercahaya saat cahaya bulan mengenai batu sihir tersebut, dengan cepat Selina mencoba menghubungkan sihir jiwanya dengan jiwa neneknya. Ia mencoba mengirim pesan pada neneknya, namun tak mendapat balasan.

SELINA: THE VOICE OF SIRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang