"Mudah saja, itu karena aku jauh lebih kuat darimu."
"Hey, apa sekarang kau sedang menantangku secara tersirat? Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa kau jauh lebih kuat dariku?"
"Rupanya kau belum belajar apapun mengenai kami. Dan fakta bahwa aku jauh lebih kuat darimu bukanlah sebuah omong kosong, jika kau ingin membuktikannya, aku akan dengan senang hati melakukannya."
"Hmph! Kenapa aku harus melakukannya? Aku tidak ingin mengambil resiko karena melukaimu, nanti kau akan berkata yang buruk tentangku di depan Madeline!"
"Apa kau takut?
"T-Takut?!"
Selina bangkit dari kursinya lalu dengan jentikkan jarinya, kedua kursi yang ia ciptakan pun menghilang. Alexander pun terjatuh, belum sempat ia mengeluh pada Selina, ia melihat Selina mendekat kearahnya dan menjepit dagunya.
"Dengarkan aku, Alexander Dwight de Arsene. Sejak tadi kau bernegosiasi denganku, aku sudah menyadari bahwa aku hanya salah satu dari pionmu untuk naik tahta. Kau pikir aku sebodoh itu untuk tidak menyadarinya?" ucap Selina dengan nada yang angkuh.
Alexander benar-benar bergeming saat Selina mencengkram erat dagunya. Sebagai seorang pangeran, untuk pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini, bahkan Madeline yang angkuh pun tak berani melakukan itu padanya.
"Dari banyaknya hal yang kau katakan, aku tak menemukan adanya hal yang menguntungkan untukku. Membantuku dalam ekspedisi ke laut timur? Jangan konyol. Aku punya Revian dan Madeline dalam ekspedisiku, itu jauh lebih dari cukup. Apa kau sangat meremehkan kemampuanku? Hanya karena kau adalah murid dari Dewa Langit? Konyol sekali."
"Pengetahuanmu akan bangsa siren dan tentangku masih sangat dangkal Alexander. Jangan sombong padaku, hanya dengan pencapaianmu yang seorang murid. Karena bangsa siren sekarang tersingkirkan, kau jadi merasa aku tak punya kuasa? Asal kau tahu, aku adalah pelayan pribadi Dewi Agda yang terhormat. Dan untuk mencapai itu, kau pikir kualifikasi apa yang diperlukan?" timpal Selina sembari melepaskan cengkeramannya pada Alexander.
Hidup sebagai pangeran yang dianggap tak berkemampuan selama hidupnya, membuat Alexander tumbuh penuh dengan kebencian dan ambisi akan menjadi penguasa terkuat. Setelah ia mengetahui nilainya dan bakatnya, Alexander tanpa henti terus memperkuat dirinya, dan memupuk keangkuhan itu dalam hati.
Perlahan-lahan, ia berhasil mengumpulkan kekuatannya, mengumpulkan pasukannya dan memperbaiki nama baiknya di seluruh kerajaan. Hal itu merupakan sebuah pencapaian terbesar yang berhasil ia lakukan. Kini ambisinya adalah menaklukan daratan, menjadikan kerajaannya yang terkuat setelah Kekaisaran Fraudia yang terkenal. Dan untuk mencapai hal itu, ia perlu mengetahui jalan takdirnya, dan sayangnya jalan takdir miliknya masih sebuah teka-teki. Hal itu menghambatnya, dan ia benci sesuatu yang menghambat perkembangan rencananya.
Melihat betapa besar keangkuhan dari ucapan Selina padanya, dan melihat betapa tajam sorot matanya, ia menyadari bahwa Selina mengalami hal yang sama sepertinya. 'Pengorbanan' 'Kecewa' 'Penghinaan' tatapan Selina seolah mengatakan, bahwa ia merasakan itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINA: THE VOICE OF SIREN
Fantasy[OnGoing Fantasy Story #2] Selina, seorang siren berbakat yang terlahir dengan suara paling indah dari para siren lainnya, harus menghadapi kenyataan bahwa suaranya telah dicuri. Suara yang menjadi kebanggaannya ini adalah satu-satunya hal yang memb...