Madeline terus menatap Alexander dengan segudang pertanyaan terlintas dalam benaknya. Siapakah Alexander sebenarnya? Alexander pria seperti apa? Sekuat apa Alexander hingga ia mengatakan bahwa dirinya tak sesederhana itu? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benaknya, namun tak satupun dari pertanyaan itu berani ia tanyakan.
Tak seperti Alexander yang selama ini ia lihat sebagai pria bodoh yang berusaha menjadikannya putri mahkota, Alexander yang ia temui saat ini, sungguh mendominasi hanya dengan menatap mata birunya saja. Tekanan yang diberikan sang putra mahkota begitu terasa, sehingga Madeline yang biasanya bersikap angkuh di hadapan sang matahari kecil Kerajaan Arsene, merasa bahwa dirinya hanyalah seekor semut kecil.
"Apa lagi yang anda ketahui tentang Selina, Yang Mulia?" tanya Madeline.
Alexander tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. Sontak ia kembali teringat dengan pertarungan sengitnya dengan Selina. Pertarungan yang mendebarkan, karena untuk pertama kalinya dia menemukan seseorang yang imbang bertarung dengannya di dalam domain miliknya.
"Kau akan mengetahuinya nanti."
Madeline tersentak. "Jika anda tak berniat memberitahukan saya sekarang, saya rasa semua yang anda katakan sudah cukup," ucapnya.
Alexander tertawa sembari berjalan mendekat kearah Madeline. Perbedaan tinggi mereka membuat Alexander merasa gemas melihat Madeline yang lebih pendek darinya.
"Bagaimana ya, menurutmu bagaimana?" ucap Alexander.
"Yang Mulia, anda ini benar-benar!" balas Madeline.
Melihat sikap Madeline yang menurutnya menggemaskan, Alexander pun tertawa kecil lalu berbisik. "Sudah kukatakan sebelumnya, aku tahu semua hal yang kau lakukan, Adel. Termasuk pertarunganmu dengan Calsion."
"Aku tak menjadikanmu lagi pionku, sehingga kau bisa bebas mengejar keinginanmu untuk menjadi seorang Duchess, tapi satu hal yang harus kau ketahui, kau akan sangat membutuhkan kemampuan Selina jika ingin memenangkan pertarungan hak pewaris dengan telak," timpal Alexander.
Madeline terdiam sejenak memikirkan seluruh ucapan Alexander, ia pun membaca kembali kertas yang sebelumnya Alexander berikan padanya.
Kekuatan kombinasi apa yang membuat Alexander terlihat begitu yakin saat mengatakannya...
"Ketahuilah Adel, tidak ada siapapun yang bisa dipercaya dalam perebutan tahta, meski itu keluargamu sendiri. Jangan pernah meremehkan pria itu hanya karena kau sedikit lebih unggul darinya, kau takkan pernah tahu apa yang akan ia lakukan dengan akal bulusnya." Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Alexander pun mempersilahkan Madeline untuk kembali.
"Terima kasih atas informasinya, Yang Mulia." Dengan pikiran yang masih dipenuhi pertanyaan, Madeline pun berjalan keluar bersama Kyle. Meninggalkan Alexander beserta tumpukan dokumen-dokumen kerajaan diatas meja kerjanya.
Setelah Madeline pergi, Alexander menyandarkan tubuhnya keatas sofa empuk miliknya. Ia menatap kearah chandelier sembari menghela nafas.
"Sungguh, kau jangan memercayai siapapun untuk saat ini. Bahkan ayahmu saja bisa mengkhianatimu, Adel."
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINA: THE VOICE OF SIREN
Fantasía[OnGoing Fantasy Story #2] Selina, seorang siren berbakat yang terlahir dengan suara paling indah dari para siren lainnya, harus menghadapi kenyataan bahwa suaranya telah dicuri. Suara yang menjadi kebanggaannya ini adalah satu-satunya hal yang memb...