[11] {penculikan?}

4.1K 399 5
                                    

[CHAPTER 11]

Dunia serasa milik berdua. Sepertinya ungkapan itu sangat tepat ditujukan kepada sepasang kekasih ini. Hera dan Rezkav.

Ini masih pagi, tapi Rezkav sudah ber-bucin ria dengan Hera.

"Rezkav aku mau turun." Pinta Hera memelas karna sedari tadi ia terjebak dalam pangkuan kekasihnya itu.

"Gini aja." Bukanya menurunkan Hera, Rezkav justru semakin mengeratkan pelukanya.

Mereka berdua sedang menikati waktu berdua di taman, atau lebih tepatnya Rezkav yang menikmati aroma harum Hera, dan Hera yang tertekan karna tak bisa lepas dari lelaki itu.

"Sayang ..." panggil Hera sontak membuat Rezkav kaku seketika, laki-laki itu belum menyiapkan hatinya untuk mendapatkan serangan kasih sayang mendadak.

Melihat reaksi Rezkav yang terlihat lucu di matanya membuat Hera menyeringai licik, sepertinya ia akan memiliki kegiatan yang menyenangkan.

Hera mengubah posisinya hingga ia dapat duduk menyamping dipangkuan Rezkav. Gadis itu dengan berani mengelus rahang Rezkav hingga membuatnya berdesir.

"H- hera." Panggil Rezkav agak terbata, oh ayolah di sedang menahan diri untuk tidak mati karna terlalu baper.

"Kenapa sayang?" Lagi-lagi Hera menyerang Rezkav dengan kata dan nada manja membuat Rezkav semakin memerah bak kepiting rebus.

Hera merapatkan dirinya, masih dengan sebelah tangan yang mengelus rahang Rezkav.

Melihat Rezkav yang seperti itu bukanya berhenti Hera malah semakin menjadi, gadis itu mendekatkan wajahnya dengan Rezkav, sangat dekat hingga hidung mereka bersentuhan.

Jantung Rezkav sudah tidak karuan dan wajahnya yang tak bisa dikondisikan sangkin meleyotnya.

Wajah mereka semakin dekat dan bibir Hera yang hanya berjarak dua jari dengan bibirnya. Rezkav memejamkan matanya tak kuat dengan kemungkinan yang akan dibuat Hera. Dia sedang berpasrah diri. Jika dicium ia bersyukur, jika tidak jatuh tersungkur.

Cup

Dan terjadilah! Tapi sayangnya bibir mereka tak bertemu karna Hera dengan jahilnya menganti ciuman itu dengan bibir sistem Ryu yang entah ia dapatkan dari mana.

Hera tertawa terbahak-bahak melihat wajah ter-ghosting Rezkav, sedangkan sistem Ryu masih diam memproses kejadian, makhluk berbulu itu masih linglung karna dirinya yang tidur tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak.

"Hera!" Dengan kesal Rezkav mengelitiki Hera hingga membuat gadis itu tertawa karna geli.

"Aaaa! Udah ... capek, huwaa geli Rezkav."

_________

Berbeda dengan pasangan bucin itu makhluk jomblo satu ini tengah melakukan kegiatan lain.

Pagi itu Theodore datang ke tempat penelitian Xavier yang tengah bersusah payah mencari obat penawar untuk penyakit adiknya, ia berencana melihat perkembangannya, mungkin saja ia juga dapat membantu.

"Tidak perlu memberi salam." Cegah Theodore yang melihat Xavier hendak memberi salam, ia adalah tipe bangsawan yang tak gila hormat, sehingga merasa tak harus menerima salam yang tidak begitu penting itu, dibanding memberi salam lebih baik waktu itu di gunakan untuk mencari penawar penyakit adiknya pikir Theodore.

"Bagaimana dengan obat pemawarnya?" Tanya Theodore langsung pada intinya.

"Berjalan baik, hanya saja saya perlu pergi ke selatan untuk mencari herbal lainya." Jelas Xavier sambil membuka gulungan kertas yang berisi daftar tanaman obat yang ia perlukan.

"Berikan padaku. Aku sendiri yang akan pergi mencarinya." Pinta Theodore meminta gulungan kertas itu.

"Tapi tuan, mana mungkin saya membiarkan ada pergi mencari semua ini, ini adalah tugas saya sebagai dokter pribadi nona." Tolak Xavier.

"Kau perlu tetap berada di kediaman untuk menjaga Hera, tak perlu khawatir aku akan membawanya semua yang berada di dalam daftar." Dengan ragu Xavier menyerahkan kertas itu dan dengan cepat pula Theodore pergi mencari tanaman herbal tanpa tau bahwa di balik punggungnya yang pergi mejauh ada Xavier yang tengah tersenyum licik.

"Semoga bertemu dengan jodohmu tuan Marques." Xavier melambai kecil dan setelahnya ia menjatuhkan diri di atas kursi.

Layar biru transparan muncul di depanya bersama dengan kudapan dan secangkir teh yang muncul tiba-tiba. Layar hologram itu tengah menampilkan panggung sandiwara dimana Hera yang tengah berperan sebagai gadis lemah karna penyakit.

"Sungguh akting yang terlalu sempurna." Gumam Xavier melihat sandiwara yang nampak begitu totalitas oleh rekan persistemanya.

Ditengah Hera yang sedang bersandiawara dan Xavier yang bersantai Riya, Theodore sudah pergi ke selatan dengan mengunakan rune sihir teleport dan sibuk mencari herbal yang dibutuhkan untuk obat adiknya.

Theodore berkeliling dan sudah mendapatkan hampir semua bahan kecuali bunga Nektyver biru. Berdasarkan kata pemilik toko herbal yang sebelumnya ia kunjungi tanaman itu termasuk tanaman langka yang memang sulit untuk di dapat, harganya juga tak main-main sehingga hanya bangsawan tinggi saja yang memelihara tanaman itu.

Terpaksa Theodore pulang ke kediaman dengan pesanan yang tak lengkap, mungkin ia bisa bertanya lebih lanjut pada Xavier tentang bunga Nektyver itu

Theodore menyusuri jalan yang menuju ke tempat rune sihir teleport dibuat, itu adalalah jalan setepak yang jarang di lewati kereta kuda, tapi anehnya di tengah perjalanan Theodore malah berpapasan dengan kereta tanpa lamabang, itu nampak mencurigakan dan aneh.

Akhirnya Theodore memutuskan mengikuti kereta itu, bagaimanapun ia masih memiliki tanggung jawab untuk menjaga daerah selatan, siapa tau kan kereta itu adalah perbuatan musuh yang berniat jahat.

Kereta tiba-tiba berhenti di tengah hutan dan setelahnya kusir turun dan membawa keluar sebuah benda yang cukup besar dipundaknya. Tidak, itu bukan sebuah benda, tapi seorang gadis dengan gaun dan bagian kepala dan atas tubuhnya yang ditutup oleh kain.

"Penculikan?" Gumam Theodore yang sepertinya tau siapa gadis yang dibawa itu.

Theodore berjalan mengendap-ngendap dan mulai mengamati situasi, bagaimanapun ia sendirian dan ia tidak tau bagaimana lawannya.

________

Hera dan Xavier tengah bersantai sambil melihat apa yang dilakukan Theodore, dua orang itu duduk sambil bermain domino.

"Emang cukup gini doang?" Tanya Xavier sambil menyusun balok domino.

"Cukup." Hera mengambil domino paling besar yang sebelumnya di letakan di bagian depan dan memainakanya.

"Ngambil Rezkav dari tangan Putra Mahkota sebenarnya udah sangat cukup untuk ngacauin alur, tapi ... kita juga perlu emosi mereka kan? Hanya sedikit sentuhan semuanya bakalan hancur." Kata Hera sambil merobohkan susunan domino itu.

"Buat rumor tentang Putra Mahkota yang lepas tangan dan keluarin orang yang dirugikan dari sikapnya. Kita perlu main-main lebih jauh lagi."

Hera bangkit dari kursinya dan kembali mengaktifkan skil aktingnya untuk membuat raut wajah pucat, ia berjalan ke atas tempat tidur dan berpura-pura sakit.

"Emosi para karakter gimana?"

"Aman. Prentase menikat ketika gue drop, jadi jangan heran." Jawab Hera sambil menutup mata.

"Spesifikasi penghancuran novel di dunia ini ada tiga, mengubah takdir antagonis, membuat akhir bahagia untuk karakter figuran penting Rezkav dan menghancurkan para pemeran utama." Jelas Xavier.

"Hem ... tunggu aja hasilnya." Balas Hera santai.

1022 kata

Prakata:

Aku tak pandai bikin adegan bucin-bucinannn

Tolong yang sudah pro bagian tips and triknya. 😉

Aku agak kasihan sama Theo, dia lagi khawatir sama adiknya eh adiknya malah ngebucin di taman bareng tunangan.

Sabar ya Theo, jodoh mu menyusul hahaha.

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang