[CHAPTER 5]
Hera bangun lebih pagi, gadis itu bahkan dengan perasaan yang berbahagia menyiapkan sarapan dan bekal untuk tiga orang. Yah, gadis itu menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri, Haidar dan mahkluk asing, siapa lagi kalau bukan Alvaro si eksekutor senior yang ternyata berada di dimensi novel ini untuk mengawasi kinerja Hera.
Sejujurnya Hera merasa kesal dan entah mengapa niat mengubur Alvaro selalu saja timbul karna tingkah menyebalkan laki-laki itu, namun demi misi ia harus menahan diri.
Dengan terpaksa Hera harus bermain peran sebagai kekasih Alvaro, peranan karakter yang mudah untuk Hera namun penuh dengan tekanan karna lawan mainya adalah Alvaro.
"Loh dek kamu bikin bekal buat siapa aja?" Haidar yang baru saja turun ke meja makan di buat bingung dengan tiga kotak bekal yang dibuat adiknya.
"Ini tuh buat abang dan Buat Hera sama mas pacar." Jawab Hera sambil tersenyum malu-malu yang bikin dia sendiri ingin muntah.
"Kamu punya pacar?" Tanya Haidar terkejut dengan fakta yang baru saja ia denger.
"Iya, Hera juga baru ingat kemaren malem waktu Al nyamperin."
"Al?"
"Pacar Hera, ternyata Hera udah pacaran setahun sama dia. Al juga minta maaf karna baru tau kalau Hera hilang ingatan, waktu itu dia lagi sibuk di amrik karna di panggil ayahnya buat belajar tentang perusahaan." Jelas Hera sambil menyodorkan kota bekal makan siang milik Haidar.
"Hera pergi dulu ya, Hera berangakat sama Al, dia udah nungguin di depan." Pamit Hera sambil berjalan dengan semangat ke luar rumah.
Saat telah melewati pintu apartemen langkah yang sebelumnya bersemangat dan raut wajah binar bahagia itu berubah menjadi datar, sedari tadi gadis itu hanya sekedar bersandiwara dan setelah Haidar tak melihatnya barulah ia kembali ke sifat aslinya.
"Perubahan ekspresi wajah lo cepet amat, terlalu sempurna sampe bisa dibilang mengerikan." Ungkap Alvaro saat menyaksikan perubahan ekspresi wajah Hera yang begitu cepat.
"Gak penting, buruan berangkat." Hera melempar tas sekolahnya kepada Alvaro dan masuk ke dalam mobil di bagian kursi penumpang.
"Berasa jadi babu gue." Sinis Alvaro pelan namun masih bisa di dengar oleh Hera.
"Bagus, sadar diri." Cibir Hera.
"Babu cinta." Lanjut Alvaro sambil tersenyum menyebalkan.
________________
Mobil mewah Alvaro memasuki gerbang sekolah dan kini terparkir rapih di parkiran khusus siswa.
"Muka lo tolong di kondisikan soalnya kita udah sampai." Dengan jahil Alvaro menusuk-nusuk pipi putih Hera yang sedari tadi menggembung karna kekesalan gadis itu, sepertinya Hera sedari tadi tak sadar bahwa ia menampilkan raut wajah yang begitu menggemaskan.
Hera menepis tangan Alvaro dengan kasar dan menjauh agar laki-laki itu tak bisa lagi menjangkau wajahnya.
"Diem lo! Lagian ngapain sih ngajakin gue main pacar-pacaran? Gak ada hubunganya juga sama misi."
"Biar dunia ini penuh drama Hera ku sayang," ucap Alvaro berhasil membuat bulu kuduk Hera merinding seketika. Laki-laki itu sangat alay saat mengatakan kalimat tersebut dan entah mengapa Hera merasa ingin menguburnya hidup-hidup.
"Jijik sumpah." Dengan cepat Hera menyambar tas miliknya yang berada di bangku belakang dan keluar dari mobil Alvaro tanpa memperdulikan celotehan siswa dan siswi yang melihatnya keluar. Oh, jangan lupakan raut wajah kesal dan sinisnya yang sudah berganti menjadi tatapan lembut khas seorang Hera Adriana Regan.
"Akting lo benar-benar sempurna sampai gue merinding liatnya." Kata Alvaro yang entah sejak kapan berdiri di samping Hera.
"Tolong sadar diri, lo juga pemeran yang mengerikan." Sahut Hera dengan pelan, ucapanya saat ini menyindir, tapi ekspresi wajahnya tetap tersenyum lembut, harap maklumi saja karna mereka berdua berada di tempat yang ramai.
"Oke lupain, jadi apa yang bakal lo lakuin hari ini honey." Alvaro tidak mau berdebat panjang tentang hal yang tidak penting sehingga lelaki itu langsung mengalihkan topik tentang apa yang akan Hera perbuat untuk merubah alur novel.
Hera tersenyum dan dengan gemas mencubit pipi kanan Alvaro, cubitan yang penuh akan tenaga dalam, tapi jika orang lain melihat itu hanya kontak fisik biasa tanpa ada unsur kekerasan, padahal kenyataanya cubitan itu membuat batin Alvaro menjerit karna harus menahan pekikan yang sudah di unjung tenggorokan.
"Gak usah pake embel-embal gitu deh! Aku kan jadi gemes pengen cubit ... ginjal lo." Bisik Hera di akhir kalimatnya dan tentu saja itu berhasil membuat Alvaro meneguk ludah gugup. Laki-laki itu tentu bisa membedakan mana yang berupa candaan dan mana ungkapan yang serius dan perkataan terakhir Hera tadi tentu jatuh pada opsi kedua.
Hera kembali mengulurkan tangan ke wajah Alvaro yang sebelumnya ia cubit dan dengan lembut ia mengusap bekas cubitan yang sudah berubah warna ungu, usapan Hera itu guna menghilangkan bukti kekekerasan dalam perpacaran. Kdp.
"Gue bakal membuat kesalah pahaman yang menyenangkan, jadi sayang ... tolong tonton pertunjukan yang aku siapkan, oke?" Hera berjalan menjauh dari Alvaro dan bersiap untuk memulai rencananya.
"Sialan." Alvaro selepas di tinggal Hera hanya bisa mengumpat karna jantungnya yang tak siap mendapatkan lontaran kata sayang dari Hera.
______
"Violet ayok ke ruang musik udah di tunggu sama kak Endru." Ajak seorang gadis berbando hitam yang memang satu eskul dengan Violet.
Hari ini klub musik mengadakan rapat dan latihan untuk kegiatan lomba antar sekolah dan persiapan acara ulang tahun sekolah.
"Gue lupa bikin surat ijin, Li! Gimana dong?" Tanya Violet frustasi karna belum membuat surat ijin untuk tidak mengikuti kegiatan belajar.
"Nanti minta sama ka Endru aja, udah ayok ditungguin yang lain juga." Desak gadis yang di panggil Li itu sambil menarik tangan Violet keluar kelas, aksinya itu tentu saja di saksikan penguhuni kelas.
877 kata
Prakata:
Hera kalau gemes suka cubit, ya~
Untung yang jadi korban Hera cuman pipi Alvaro, coba kalau beneran ginjalnya jadi korban cubitan maut Hera?
Tapi~ kalian kalau salting gimana sih?
Apakah sampai meleyot? Atau stay cool meski dalam hati jinkrak-jinkrak."Yutaa~"
Dimohon untuk putar balik, saudara yang anda cari sedang di luar jangkauan.
"Yutaa~"
"Rwarr."
Hadehh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Novel Dimension 【Tamat】
Fantasía【Bukan Terjemahan】 Hera mendadak ditarik oleh sebuah sistem takdir setelah terpilih menjadi seorang eksekutor penghancur plot novel. plot novel kacau dan membutuhkan seorang eksekutor untuk menghancurkan jalan cerita tersebut, Hera yang terpilih har...