[6] {Tuduhan}

5.2K 525 6
                                    

[CHAPTER 6]

Brak

Pintu gudang di dobrak dengan kuat dan setelahnya seorang siswi yang masih mengenakan seragam sekolah acak-acakan di dorong kasar untuk masuk ke sana.

Keadaan gudang sekolah saat ini tak begitu kotor karna beberapa kali di bersihkan oleh murid yang bermasalah dengan BK, tapi tak ayal tempat itu masih terlihat tak nyaman karna ventilasi udara yang tak terbuka hingga membuat ruangan terasa pengap dan gelap.

"Apa maksud lo Ana!? Gue selama ini udah cukup sabar dengan kelakuan lo, tapi kali ini? Gue gak bisa untuk diam ...." desis Violet dengan ekspresi wajah yang sudah tak bisa lagi menutupi raut marah dan bencinya pada gadis yang selama ini mengusik hubungan percintaanya dengan sang tunangan.

"Seharusnya kamu sadar diri Vio, Anteris gak akan ngelirik cewek ngebosenin kayak lo!" Kata Analise membalas perkataan Violet tanpa takut dengan kermurkaan lawanya.

"Wah, wah akhirnya lo nunjukin juga topeng lo." Violet bertepuk tangan takjub saat topeng gadis murni yang polos itu retak, sejak awal ia sudah mengira bahwa selingkuhan kekasihnya itu memiliki wajah busuk di balik senyum lembutnya.

"Lalu lo mau apa saat ngeliat wajah asli gue? Asal lo tau Vio, gak akan ada yang percaya sama lo, bahkan Anteris sekalipun." Tekan Analise pada akhir kalimatnya dan sepertinya perempuan itu sangat sadar bahwa ucapan terakhirnya telah berhasil membangkitkan singa yang tertidur dalam diri Violet.

Brug

"Lo itu menjijikan! Cewek gak tau diri! Munafik!" Violet kembali menghempas Analise, bahkan gadis itu semakin mendorongnya memasuki gudang yang remang.

"Tapi sayangnya cewek ini yang berhasil menangin permainan, orang yang berhasil milikin laki-laki yang lo cintain." Tawa Analise seakan memprovokasi Violet untuk menghajarnya lebih kejam dan brutal.

"Lo!?" Dengan amarah yang memuncak Violet menghempas Analise ke lantai gudang setelah puas menjambak rambut gadis itu, seolah tak cukup sampai disitu Violet mengambil tangan Analise dan membuat tamparan yang keras di wajah Analise. Violet menampar Analise dengan tangan gadis itu sendiri.

Sepertinya Violet tak ingin mengotori tanganya hanya untuk menyentuh kotoran, atau mungkin ia memiliki maksud lain?

"Gue tekankan sekali lagi, jauhin Anteris!"

Setelah mengucapkan itu Violet keluar dari gudang dan tak lupa untuk mengunci pintu gudang membiarkan Analise merintih kesakitan di dalam sana.

"Gue hanya mengikuti permainan lo Ana." Gumam Violet dengan seringaian tipis di wajah yang kini tak lagi menampilkan raut penuh emosi.

Bel sekolah tanda istrirahat berbunyi dan tentu saja itu adalah tanda bahwa orang-orang yang lapar akan menyerbu masuk ke kantin guna menenangkan cacing di perut mereka yang sedari tadi mendemo.

"Hera ke kantin bareng, yuk!" Ajak Violet yang baru saja datang ke kelas bersama dengan Lia teman di klub musik yang mengikuti dari belakang.

"Em ... oke!" Meski sebelumnya Hera terlihat ragu, tapi akhirnya gadis itu tetap mengiyakan ajakan teman sekelasnya itu.

"Loh, itu apaan?" Tanya Lia cukup kepo dengan apa yang di bawa Hera dalam tas kecil.

"Ini bekal yang aku bikin." Jawab Hera dengan pipi yang sudah merona karna malu, namun tanpa mereka berdua tau bahwa di dalam hati gadis itu sedang mengumpat karna muak dengan tingkahnya sendiri.

"Kok bekalnya ada dua?" Tanya Violet dengan nada suara main-main karna ia cukup curiga setelah melihat rona merah di kedua pipi sahabatnya.

"Buat pacar gue." Cicit Hera dengan kepala yang tertunduk karna kepalang malu.

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang