[32] {Selamat Ulang tahun}

1.5K 159 7
                                    

[CHAPTER 32]

Hera sedang diburu oleh waktu. Sebenarnya pernyataan itu kurang tepat karna yang benar adalah dirinya yang sedang di desak oleh Mr. X.

Host pendamping eksekutor itu terus saja mengganggu Hera dengan bisikan-bisikan menyesatkan.

Mr. X selalu muncul dengan berbagai rencana guna menarik hati antagonis di dimensi novel kali ini.

Hera sadar maksud laki-laki itu mengingat dirinya yang memasuki novel ketika sampai pada pertengahan cerita, namun rencana yang di sodorkan kepadanya kelewat haram.

Rencana itu tak lebih dari panduan mengoda untuk para istri kepada suaminya.

"Diam! Aku punya rencana sendiri." Hera mengintrupsi. Gadis itu sudah cukup pusing dengan omongan Mr. X yang kelewat panjang dan berpokus pada topik yang sama.

"Kau juga!"

Zero bahkan baru membuka mulut dan belum mengeluarkan suara, tapi Hera lebih dulu angkat bicara sambil melemparkan tatapan peringatan. Sangat kejam.

"Kalian pergi saja." Usir Hera terang-terangan dan berbalik membelakangi dua lelaki itu.

Mr. X hanya bisa menghela napas menghadapi eksekutor yang ia dampingi,  apalah daya hanya bisa pasrah dan menunggu bagaimana hasil yang akan diciptakan Hera.

Selepas kepergian Mr. X dan hilangnya Zero, Hera bergegas bangkit dan membongkar isi laci kamar.

Hari ini adalah ulang tahun Jevran, dirinya berniat memberikan kesan dengan hadiah ulang tahun yang dibuat sendiri.

Dalam novel ulang tahun Jevran akan sangat sepi karna laki-laki itu tak memiliki orang untuk diajak merayakan ulang tahun, terlebih lagi sang adik yang merupakan satu-satunya keluarga tak ada atau hanya sekedar memberikan ucapan selamat.

Jevran mungkin akan sedikit tersentuh dengan usaha Hera yang repot-repot memberikan kejutan ulang tahun, yah ... semoga saja.

Sesuai jalan cerita dalam novel seharian ini Jevran di sibukan dengan urusan di luar kediaman sehingga Hera memiliki kesempatan untuk membuat kejutan bersama pelayan.

Hubungan ia dan pelayan di kediaman Jevran terbilang cukup dekat dan lebih seperti hubungan sahabat meski pada awalnya mereka mencoba menghindar karna mata Hera yang mewarisi ciri khas bangsa Vampir.

"Bagaimana?" Tanya Hera tanpa memberikan konteks terlebih dahulu pada petanyaannya, untungnya para pelayan kediaman bisa memahami dan menjawab dengan serentak.

"Beres!" Seru mereka terlihat bersemangat setelah kesana kemari mendekor dan menyiapkan acara kejutan untuk majikannya.

"Kerja bagus, terima kasih semuanya," ucap Hera dengan wajah tulus memuji mereka hingga membuat rona merah pada para pelayan kediamaan.

"Sudah tugas kami." Kepala pelayan mewakili yang lain membalas ucapan Hera dan di balas dengan seulas senyuman manis.

"Karakter awalmu dan yang sekarang terlihat timpang." Komentar Zero yang muncul tiba-tiba dari samping.

Sebenarnya perkataan Zero ada benarnya. Karakter Hera yang di tampilkan pada Jevran adalah gadis dingin, namun sekarang ketika ia berhadapan dengan para pelayan sifat itu tak di munculkan, sebaliknya gadis manis dan baik hatilah yang ditampilkan.

Semua itu ada dalam perhitungan Hera. Ia sengaja membuat perbedaan karakter guna menciptakan praduga di kemudian hari, lagi pula ia harus menampilkan karakter yang baik untuk menarik para pelayan agar berada di sisinya.

Jevran pulang ke kediaman setelah menyelesaikan urusan dengan para petinggi, jujur saja ia sangat lelah dan ingin segera beristirahat, tapi meski begitu dirinya masih membayangkan mendapatkan kejutan ulang tahun dan ucapan manis dari adiknya, sayangnya semua itu hanya sebuah keinginan tanpa bisa di wujudkan. Adiknya terlalu sibuk dan tak ada waktu bahkan hanya untuk sebuah pesan singkat.

Aneh, itulah perasaan Jevran ketika memasuki area depan kediaman.

Rumahnya nampak gelap tanpa ada lampu yang menerangi. Dengan cepat pikiran buruk muncul, mungkin saja kediamannya di serang para bangsa Vampir, atau mungkin gadis yang ia bawa membuat ulah dan mengacaukan rumahnya.

Jevran masuk dengan tergesa-gesa, ia kesal dan menyayangkan karna tak langsung membunuh atau memasukan Hera dalam leb penelitian. Harusnya dirinya tak main-main.

Jevran mengambil pistol dan mengisinya dengan peluru, laki-laki itu sudah siap jikalau ada target untuk di tembak.

Brak!

Pintu di dobrak dengan keras, padahal hanya dengan memutar gagang dan mendorong sedikit pintu itu dapat terbuka dengan mudahnya.

"Kejutan!"

Dor!

Baiklah ini adalah situasi yang tak terduga untuk Jevran, namun meski begitu bukan berarti ia tak mengharapkannya.

Hening, selepas sorakan dan suara tembakan itu tak ada yang membuka suara, mungkin di kedua sisi saling terkejut.

"Selamat ulang tahun pak Jevran," ucap Hera sebagai orang pertama yang memberikan selamat dan memecah keheningan.

"Selamat ulang tahun!" Para pelayan berseru dan menghilangkan suasana sunyi, sepertinya di antara mereka sudah terbiasa dengan kejutan atau todongan senjata sehingga tak ada yang mengalami syok akibat tembakan tadi.

Jevran masih tak bereaksi, laki-laki itu mungkin benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan Hera dan para pelayan kediaman. Nyatanya harapannya jauh lebih dari yang di harapkan. Tak terduga, dan membuat seulas senyum tak bisa untuk tak di kembangkan.

Jevran tersenyum dan berjalan mendekat untuk meniup kue dengan lilin di atasnya.

"Trimakasih." Ucapan terima kasih yang tulus terlontar.

Malam itu mereka semua merayakan hari kelahiran Jevran, membuat suasana hangat dan penuh kebersamaan.

"Ugh ... aku mau ...." perayaan itu tak bisa lepas dari acara minum hingga berakhir mereka tepar.

Jevran melirik Hera yang sekarang sudah menjatuhkan kepala di meja makan dengan rambut yang berhamburan menutupi separuh wajah.

"Kau mirip seperti manusia." Gumam Jevran lantas membawa Hera dalam gendongannya.

Awalnya Jevran berniat membawa Hera ke kamar gadis itu sendiri, tapi mendadak ia mengurungkan niatnya dan membawa Hera berbelok ke arah kamarnya sendiri.

Jevran meletakan Hera perlahan di atas kasur miliknya dan ikut berbaring di samping gadis itu.

Menutup mata dan memasuki alam mimpi, di sana Jevran melihat hal yang sama dengan apa yang terjadi malam ini. Kejutan dan ucapan selamat untuk dirinya, namun semuanya sekejab berubah dengan tragedi masa lalu.

Crass

Darah berceceran dan rumah yang kokoh perlahan di lahap api, dari jarak yang tak jauh Jevran dapat melihat dirinya yang masih kecil menyaksikan kedua orang tuanya di habisi oleh para Vampir.

"Balaskan kematian kami, Jevran."

"Habisi Mahkluk haus darah itu."

"Bunuh mereka!"

"Hah!" Jevran terbangun dengan napas memburu, mimpi buruk itu lagi-lagi muncul.

Dari tepian mata Jevran menemukan orang lain yang berada di atas kasurnya. Dia Hera gadis Vampir, bangsa yang sama dengan para pembunuh keluarganya.

"Kalian harus mati ...." Gumam Jevran lirih.

986 kata

Prakata:

Yuhuu aku kembalii.
Mendadak aku punya niat buat kembali ngetik ngelanjuti SND ini.

Kangen ya?

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang