[The And]

2K 115 9
                                    

Jevran masuk dengan raut wajah bahagia meski penampilannya terlihat mengerikan dengan banyaknya cipratan darah.

"Heralze Vielen, aku kakakmu."

[TAMAT]

"Gantung!?"

"Brisik tau ga, ki!" Arum yang sedari tadi sibuk berkutat dengan komputernya seketika dibuat kesal karna kegaduhan yang dibuat temannya itu.

"Ini kenapa cuman sampai disini? Gak jelas banget akhirnya." Protes Azkia sambil menguncang bahu Arum karna tak terima dengan akhir cerita di game yang ia mainkan.

Dengan kesal Arum menyingkirkan tangan Azkia. "Terus lo mau akhir yang gimana?"

"Ya terserah lo, tapi jangan bikin gantung ginilah, Rum." Rengek Azkia sambil menujuk-nunjuk layar ponselnya.

Arum menghela napas lelah melihat tingkah sahabatnya itu, jika boleh jujur ia juga merasa tidak puas dengan akhir cerita seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, ia benar-benar tidak bisa melanjutkannya.

"Awal ide game ini dari kak Rina, gue cuman ngerjainnya. Lo tau sendirikan udah dua tahun kak Rina gak ada kabar?" Azkia mengagguk.

"Meski gue adiknya bukan berarti gue punya otak seorang penulis kek kak Rina, gue bodoh banget kalau soal berimajinasi." Arum menghela napas dan melihat layar komputernya yang berisi kode biner, entah apa yang sedang Arum lakukan dengan itu.

"Untuk sementara bikin gantung aja, biar para pemain yang berimajinasi dengan akhir ceritanya. Setidaknya sampai kak Rina pulang ...."

Cut!

"Oke, bagus!" Stradara beridiri dari kursinya sambil tersenyum puas dengan take terakhir dari film yang ia garap.

"Terima kasih untuk kerja kerasnya kepada para kru dan pemain, sayangnya hari ini adalah hari terakhir kita melakukan pengambilan gambar."

"Tapi jangan sedih, insyaAllah dilain kesempatan kita bisa berkerja sama lagi untuk pengarapan film bersama."

"Sebagai bentuk apresiasi dari kerja keras kita selama tiga bulan ini ... saya traktir makan malam," ucap sutradara dan disambut sorakan senang dari para pemain dan kru.

"Damian!" Panggil seseorang.

"Istri pak sutradara datang, tuh." Goda mereka ketika melihat wanita cantik tengah berjalan menuju Damian, sutradara film itu.

"Iya sayang."

"Whooo." Sorak para jomblo baper sekaligus tertusuk secara bersamaan.

"Kalian ...." Hera memerah malu ketika mendapat sorakan itu, terlebih lagi ketika Damian tidak tahu tempat memeluk pinggangnya mesra.

"Gak usah malu, waktu di depan kamera juga gak tau malu." Ledek Leon, aktor muda yang memerankan Mr. X.

"Diam lo tua bangka."

"Syutingnya udah selesai loh, masih aja di ledek tua." Nanar Leon.

"Udah jangan sedih gitu dong, muka lo emang cocok kok disebut tua bangka." Bukannya memenangkan, Deon malah menabur garam pada luka membuat hati Leon semakin perih.

"Kecerdasan buatan mending diem." Senggol Lia membela sang kekasih.

Pada akhirnya mereka pergi untuk makan malam sebagai bentuk perayaan dari usaha mereka menyelesaikan sebuah film.

Shattered Novel Dimension 【Tamat】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang