01.GARIS AKHIR

134 6 0
                                    

Kukuruyukkk

Suara ayam jantan berkokok di pagi hari.
Sang mentari kini telah menampakan diri menyapa pagi hari dengan senyumnya, dari luar jendela nampak seorang gadis tengah bersiap dengan seragam sekolahnya, gadis itu tersenyum manis ketika melihat pantulan dirinya di kaca.

Nayanika, gadis yang saat ini tengah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Wajah cantik dengan rambut hitam yang tergerai indah, serta bola mata yang berwarna Hazel semakin menambah pesona kecantikannya.

Tiba-tiba saja, suara pecahan terdengar begitu jelas dari arah dapur. Gadis itu segera berlari, menuju ke arah sumber suara.

"Ya, ampun, Ibu!" bentak Nayanika dengan nada tinggi.

"Ini itu masih pagi. ibu udah buat kekacauan aja dirumah!" gadis itu benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan ibunya ini.

Nayanika segera mengambil sapu, lalu membersihkan bekas serpihan piring yang pecah dan tak lupa dengan mulut yang berkomat-kamit mengocehi ibunya.

"Nyusahin aja jadi orang!"

"Lagian ibu ngapain pagi-pagi udah di dapur?"

"Ibu cuma mau nyiapin sarapan pagi buat kamu, Sayang," ucap lembut dari wanita paruh baya yang berdiri tepat di depan Nayanika dengan sebuah tongkat di tangannya.

"Udah deh Bu, nggak usah sok-sokan mau nyiapin sarapan buat Nayanika, ibu itu seharusnya sadar diri, kalau ibu itu nggak bisa ngeliat. jadi nggak usah nyusahin diri sendiri untuk nyiapin sarapan segala."

Aruna sudah terbiasa dengan ucapan menyakitkan dari anaknya, bagaikan makanan sehari-hari yang ia telan. Seiring berjalannya waktu, kata-kata itu tidak begitu menyakitkan untuknya. Lagi pula apa yang dikatakan anaknya memang benar.

Setelah membereskan bekas serpihan piring yang pecah tadi, Nayanika mengambil tas di kamarnya.

"Nayanika pergi dulu." pamit gadis itu dengan enggan menyalami tangan ibunya.

"Nggak sarapan dulu sayang?" tanya Aruna.

"Enggak. Lagian, mau sarapan pakai apa?. Ibu kan buta jadi mana bisa masak!"

Celetuk Nayanika, lagi-lagi gadis itu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan untuk ibunya.

Aruna menanggapinya dengan senyuman penuh sayang, meskipun jauh di dalam hatinya ia merasakan sakit. Setiap hari anak kesayangannya itu selalu menghujani hatinya dengan belati tajam yang harus ia terima kapan saja.

"Ya udah. kamu hati-hati ya, di jalan, nanti kalau sudah sampai di sekolah jangan lupa untuk beli sarapan." Ucapan lembut dari Aruna hanya dibalas dengan ekspresi jengah oleh Nayanika. Entah kenapa gadis itu sangat membenci ibunya yang buta.

Tangan Aruna berusaha meraih wajah anak gadisnya, setelah ia merasakan kulit lembut dari wajah putrinya, tangannya mulai mengelus lembut kedua pipi Nayanika.

Aruna tersenyum ketika merasakan pipi lembut putrinya, ia mengelus kedua pipi Nayanika dengan sayang. Aruna sungguh ingin melihat bagaimana wajah putri kecilnya sekarang, ia yakin, jika putrinya saat ini tumbuh menjadi sosok gadis yang begitu cantik.

"Apaan sih, Bu!"

Nayanika yang sedari tadi memang tidak ingin wajahnya dipegang, melepas kasar tangan Aruna dari kedua pipinya.

"Ibu nggak nyangka, ternyata putri kecil ibu sekarang sudah besar."

"Meskipun ibu nggak bisa ngeliat. Tapi, ibu yakin, kalau Nayanika tumbuh menjadi gadis yang cantik sekarang." Senyum simpul terbit dari wajah Aruna.

"Iya, Nayanika sekarang sudah besar, Nayanika juga cantik dan tentunya sempurna. Enggak kaya ibu tu, buta!" spontan Nayanika mengucapkan kalimat yang menyakitkan itu.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang