08. GARIS AKHIR

38 3 0
                                    


"Nayanika." Hal itu menarik atensi dua remaja itu.

Terlihat Arunika, Aruna dan juga Amara yang baru saja tiba.

"Amara," panggil Askara, ketika melihat kedatangan teman barunya di sekolah.

"Lo masi ada hubungan keluarga sama Nayanika?" tanya Askara penasaran.

"Iya Ra, aku sepupunya Nayanika." Askara sedikit terkejut, masalahnya kedua gadis ini ketika di sekolah seperti orang asing, bahkan dirinya saja tidak menyangka jika Nayanika dan Amara adalah sepupu.

"Sayang kamu nggak apa-apa kan?" tanya Aruna yang saat ini terlihat begitu cemas.

"Sayang kenapa kamu bisa ada di rumah sakit?" tanya Arunika.

"Maaf tante, sebelumnya kenalin nama saya Askara teman sekelas Nayanika." Askara segera menyalami tangan Arunika dan juga Aruna.

"Tadi, saya nggak sengaja ketemu Nayanika lagi kehujanan, terus dia pingsan dan kemudian saya bawa kesini," jelas Askara.

"Terima kasih ya nak Askara, tante nggak tau kalau tidak ada kamu bagaimana nasib Nayanika sekarang," ujar Arunika.

"Iya tante sama-sama, lagi pula sudah tugas kita sesama manusia untuk saling menolong," ucap Askara, membuat Nayanika jengah mendengarnya.

Nayanika berani bertaruh, seandainya saja Arunika tau jika lelaki itu tidak benar-benar tulus menolong dirinya. Bahkan lelaki itu juga meminta balasan atas pertolonganya. Mungkin Arunika tidak akan mengucapkan terima kasih.

"Iya Nak, ibu juga berterima kasih karena sudah membantu Nayanika," ucap Aruna dengan pandangan kosong.

"Iya tante sama-sama, oh iya, tante ini bukannya yang waktu itu nggak sengaja ditabrak Arshaka kan?" tanya Askara, ia ingat sekali kejadian waktu itu, bahkan Askara juga ikut  mengantarkan Aruna ke rumah sakit.

"Iya benar, ini ibu aku yang waktu itu Arshaka tabrak," ujar Amara yang membuat semuanya terkejut.

"Jadi tante ini ibu kamu?" tanya Askara yang dibalas anggukan oleh Amara.

"Gue pikir tante ini ibunya Nayanika, soalnya wajah mereka lebih mirip." Ucapan Askara membuat Nayanika terkejut.

"Bukan!" jawab Nayanika spontan, membuat Atensi semuanya berpaling kearahnya.

"Dia bukan ibu gue, ibu gue ini, tante Arunika," ucap Nayanika gelagapan dan memegang tangan Arunika.

Lagi-lagi Aruna harus menahan rasa sakitnya, karena mendengar ucapan dari putrinya, ia harus bisa lebih bersabar dan menguatkan diri. Bagaimanapun ia harus bisa menerima ucapan yang lolos begitu saja dari mulut Nayanika putri kesayangannya, karena ini semua demi kebaikan putrinya.

"I-iya Nak, apa yang dikatakan Nayanika memang benar." Meskipun begitu sesak, dengan berat Aruna mengiyakan ucapan putrinya.

Askara manggangguk dan kemudian menatap arloji di pergelangan tangannya.

"Sudah malam, sepertinya saya harus pamit pulang," ujar Askara kepada semuanya, kemudian menyalimi Aruna dan Arunika.

Sebelum pergi, Askara sempat berpamitan terlebih dahulu kepada gadis yang tadi ia tolong.

"Lo cepet sembuh ya," ucap Askara, kemudian mendekatkan wajahnya pada Nayanika.

"Karena besok, hari pertama lo jadi babu gue di sekolah." Bisik Askara, diringi dengan mengelus surai gadis itu, sementara Nayanika menatap nyalang lelaki itu.

***

Setelah memasukan mobil ke garasi tadi, Askara langsung masuk ke dalam rumahnya. Rumah megah yang bernuansa modern itu, hanya dihuni oleh satu orang ART, Satpam, Askara dan juga Ayahnya yang bernama Tama Atmaja.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang