26. GARIS AKHIR

11 0 0
                                    


"Ra, kita bisa pacaran diam-diam tanpa sepengetahuan teman-teman yang lainnya," ujar Shaka.

"Enggak Ka, aku nggak bisa. Aku nggak mau ngehianatin sepupu aku sendiri, aku nggak tau akan sesakit apa perasaan Nayanika setelah tahu tentang semua ini," tolak Amara.

"Ra, gue sayang sama lo, yang gue inginkan itu lo Ra, bukan Nayanika." Shaka menatap lekat mata Amara.

"Gue tahu lo juga punya perasaan yang sama seperti gue Ra, gue tahu kalau lo juga sayang sama gue."

Ucapan Shaka membuat Amara diam, memang benar dirinya menyukai Shaka, bohong jika ia berkata tidak, setelah apa yang mereka lalui selama ini, tidak mungkin jika dirinya tidak memiliki perasaan yang sama.

"Gue benar kan Ra, lo juga punya perasaan yang sama seperti gue?"

"Enggak!" Amara menggeleng. "Aku nggak suka sama kamu Ka, sayang aku ke kamu juga cuma sebatas teman, nggak lebih."

"LO BOHONG RA!" kesal Shaka, ia tidak suka ketika gadis itu berbohong.

"Gue tahu, lo ngelakuin ini semua buat Nayanika kan?" Amara diam, ia berusaha menahan tangisnya di hadapan Shaka.

"Lo terlalu peduli sama orang-orang di sekitar lo Ra, tapi, lo nggak peduli sama perasaan lo sendiri!"

"Lo ngelakuin ini supaya nggak nyakitin perasaan Nayanika? Tapi, secara nggak langsung lo udah nyakitin perasaan lo sendiri Ra!"

"Lo pikir, setelah lo ngelakuin semua ini, Nayanika akan bahagia?"

Shaka menggeleng. "Nggak, Ra. Justru dia akan lebih sakit lagi. Apalagi, gue. Gue juga merasakan sakit yang sama. Karena gue nggak bisa maksain buat suka sama Nayanika. Perasaan itu nggak bisa dipaksain, Amara," jelas Shaka.

Bahkan saat ini Amara sudah menumpahkan air matanya, ia tidak bisa membendung air mata yang jatuh begitu saja membasahi pipinya.

"Gue yakin, lo juga akan ngerasain sakit yang sama, Ra. Jadi gue mohon, tolong pertimbangkan lagi semua ucapan lo tadi," lanjut Shaka.

Nayanika tidak bisa lagi menahan tangisnya, ia merasakan sakit yang sulit untuk dijelaskan, dadanya begitu sesak ketika tahu lelaki yang selama ini ia cintai mencintai orang lain, bahkan orang lain itu adalah sepupunya sendiri.

Nayanika merasa bersalah sekaligus malu kepada Amara, selama ini sepupunya itu selalu saja mengalah demi kebahagiaan dirinya, bahkan dirinya sendiri pun belum pernah melakukan apapun untuk kebahagiaan Amara.

"Nayanika?" panggil Amara, ketika melihat Nayanika yang sedang membenarkan tempat sampah yang sudah ia senggol tadi.

Nayanika terkejut, mendengar Amara yang memanggil namanya. Kedua remaja itu segera menghampirinya.

"Ra, lo ngapain di sini?" tanya Shaka.

Nayanika sedikit gugup. "Gue tadi mau ke perpus, kebetulan gue dengar suara kalian, mangkanya gue ke sini,"

"Apa kamu dengar apa yang dari tadi kita omongin?" tanya Amara.

Nayanika mengangguk dan menatap Amara. "Iya, gue dengar, gue dengar semuanya Ra." Nayanika tersenyum getir.

Nayanika beralih menatap Shaka. "Gue juga tahu, kalau ternyata Shaka suka sama lo, Ra." Shaka menunduk, ia tidak berani menatap mata gadis itu.

Nayanika menatap kembali wajah sepupunya. "Dan gue juga tahu, kalau lo juga suka sama Shaka, kan?"

"Aku bisa jelasin semuanya Nay, aku juga udah bilang sama Shaka, supaya dia nggak perlu ngejar aku lagi," ucap Amara.

"Gue nggak butuh penjelasan lo Ra, gue cuma nanya kalau lo juga suka kan sama Shaka?" balas Nayanika.

"Nay, aku mohon dengerin aku dulu,"

"AMARA!" Sentak Nayanika.

"Gue cuma perlu lo jawab iya atau nggak?"

Amara menatap Shaka, dengan perlahan Amara mengangguk. "Iya, Nay. Aku suka sama Shaka."

Nayanika memejamkan matanya, ia berusaha menahan rasa sakit di dalam hatinya. Meskipun saat ini air matanya sudah jatuh, tetapi Nayanika berusaha untuk menghapus jejak air mata itu.

"Ra, udah cukup pengorbanan lo buat gue, sekarang... Izinin gue untuk ngebales semua itu." Nayanika memegang kedua pundak Amara.

"Maksud kamu, Nay?" Amara masi bingung dengan alur ucapan Nayanika.

"Udah waktunya lo untuk bahagia sekarang."

Nayanika meraih tangan Amara dan juga Shaka, ia menautkan kedua tangan remaja itu.

"Maksud kamu apa sih, Nay?" Amara masi juga belum paham, maksud dan tujuan Nayanika.

"Gue mau lo dan Shaka bahagia Ra, gue mau buktiin kalau gue juga bisa buat lo bahagia."

Nayanika berusaha untuk tersenyum, meskipun di dalam hatinya jauh dari kata baik.

Amara menggeleng. "Enggak Nay, kamu nggak boleh ngorbanin perasaan kamu demi aku." Amara melepas genggaman tangannya dengan Shaka.

"Kamu udah lama kan, suka sama Shaka? Sekarang, aku mau kalian berdua menjalin hubungan tanpa ada aku sebagai penghalang cinta kalian."

Nayanika langsung melepas tangannya dari Shaka. "Kenapa Ra? Kenapa gue nggak boleh ngorbanin perasaan gue, sementara lo boleh ngelakuin itu, kenapa?"

"Lo juga bilang kalau lo itu adalah penghalang, justru yang jadi penghalang saat ini gue Ra, gue adalah penghalang di antara kalian berdua!" Nayanika menyeka air mata di pipinya.

"Gue memang egois Ra, gue terlalu mikirin diri gue sendiri tanpa ingin tahu perasaan orang-orang di sekitar gue,"

"Sementara lo." Nayanika menatap lekat Amara. "Lo terlalu baik untuk orang-orang di sekitar lo, bahkan lo rela ngorbanin perasaan lo sendiri demi kebahagiaan mereka."

Nayanika kini beralih menatap Shaka, lelaki itu sedari tadi hanya diam tanpa ingin mencampuri urusan kedua saudara sepupu itu.

"Dan Shaka memang pantes milih lo, Ra." Nayanika tersenyum.

"Nay," panggil Amara, ia merasa tidak enak kepada sepupunya itu, ia tahu jika saat ini Nayanika sedang merasakan sakit di dalam hatinya.

Nayanika menyeka air mata di pipi Amara. "Lo nggak usah pikirin gue Ra, lo juga berhak untuk bahagia, gue juga bahagia kalau Shaka bahagia sama lo," ujar Nayanika.

"Ka, gue titip Amara sama lo, gue mohon tolong buat dia bahagia," ujar Nayanika pada Shaka.

Shaka mengangguk. "Pasti Nay, gue pasti akan buat Amara bahagia,"

"Gue juga mau minta maaf sama lo Nay, karena gue nggak bisa nerima perasaan lo ke gue." Shaka menjadi merasa bersalah.

Nayanika mencoba tersenyum. "Lo nggak perlu minta maaf Ka, gue tahu perasaan nggak bisa di paksain, lagi pula, keputusan lo untuk memilih Amara juga nggak salah."

"Makasih ya Nay, gue harap lo bisa dapetin orang yang lebih baik dari pada gue."

Ucapan Shaka mengingatkan Nayanika pada Askara, lelaki itu sudah terlalu banyak membantu dirinya, ia menjadi bersalah karena belum bisa menerima lelaki itu. Namun, cinta juga tidak bisa dipaksakan, biarlah cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang