13. GARIS AKHIR

24 2 0
                                    


"Oh iya, kita pisah di sini ya, gue duluan," pamit Mira, saat ini ketiga gadis itu sudah berada di parkiran sekolah.

"Kalau gitu gue juga duluan, lo bisa pulang sendiri kan?" tanya Nayanika pada sepupunya itu.

Amara mengangguk, "Iya, aku bisa pulang sendiri."

"Nay," panggil Amara, baru saja Nayanika ingin beranjak pergi, ia harus mengurungkan niatnya.

"Kenapa?"

"Makasih ya udah nolongin tadi, aku senang ternyata kamu masi peduli sama aku," ucap Amara diiringi senyumnya.

"Lo nggak usah geer, yang maksa buat nolongin lo itu Mira!" tegas Nayanika.

"Tapi, kamu juga ikut ngebantuin aku kan, berarti kamu masi peduli sama aku,"

"Nggak, gue nggak peduli sama lo dan sampai kapan pun gue akan tetap benci sama lo," sahut Nayanika sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan Amara.

"Aku nggak tahu apa yang ngebuat kamu benci sama aku Nay, tapi, aku senang karena tadi kamu udah nolongin aku," ucap Amara yang hanya bisa didengar olehnya.

Amara menatap kepergian sepupunya itu, ia tahu jika Nayanika berbohong. Nayanika itu peduli pada dirinya, ngomongnya saja seperti itu.

Sepanjang jalan Nayanika terus memikirkan ucapan sepupunya tadi, apa iya dirinya memang memedulikan Amara. Jika memang benar itu juga tidak masalah kan, lagi pula Amara itu sepupunya, meskipun dirinya membenci Amara tetapi kan Amara tetap saja sepupunya, ia tidak mau jika ada orang yang menyakiti sepupunya itu.

"Lo dari mana aja sih, lama banget," gerutu Askara, ketika melihat gadis yang sedari tadi mereka tunggu baru saja sampai.

"Iya, lo dari mana aja Nay kita udah dari tadi nunggu lo di sini," lanjut Sharukhan.

"Maafin gue ya, gue tadi dari toilet," jelas Nayanika membuat mereka mengerti.

Jujur saja Nayanika sedikit terkejut, melihat Sharukhan dan juga Shaka yang berada di sana, berarti kali ini ia tidak pergi berdua saja bersama Askara, tetapi juga dengan kedua temannya. Syukurlah Nayanika merasa legah, ia tidak mau jika harus pergi berdua saja bersama monster menyebalkan itu.

"Ya udah kalau gitu ayo kita berangkat,"

"Nay lo ikut sama gue." Baru saja gadis itu ingin melangkahkan kakinya ke arah Shaka, tetapi Askara sudah menyuruhnya untuk ikut bersamanya, Nayanika sangat kesal pada lelaki itu.

"Gu-gue ikut Shaka aja Ra," ucap Nayanika dengan senyum dibuat-buat.

"Lo mau kan boncengin gue Ka?" tanya Nayanika pada Shaka.

"Mending lo ikut Askara aja, gue nggak biasa boncengin cewek," ucap Shaka dengan wajah datarnya.

Nayanika kecewa dengan ucapan Shaka, bahkan saat ini hatinya terasa sakit. Tega sekali Shaka berkata seperti itu padanya, tetapi Nayanika tidak akan menyerah, ia akan berusaha merebut hati Shaka sebisa mungkin.

"Lo mau ikut gue nggak, kalau nggak gue tinggal ni!" ancam Askara.

"Iya-iya gue ikut lo,"

"Bawel banget sih, dasar monster," gumam Nayanika yang masih bisa didengar oleh Askara.

"Apa tadi lo bilang?" Nayanika melebarkan kedua matanya dan menggigit bibir bawahnya.

"Eng-gak kok! Gue nggak ngomong apa-apa," elak gadis itu. Sementara mata Askara sudah menyelidik pada gadis itu. Ia tahu betul jika tadi Nayanika mengatainya dengan sebutan monster.

"Lo kenapa jadi ngeliatin gue kayak gitu, sih?" gerutu Nayanika yang merasa risih ketika Askara menatapnya seperti itu.

"Nggak apa-apa, gue cuma mastiin aja kalau lo nggak bohong," ucap Askara membuat Nayanika membeku, padahalkan dirinya memang tengah berbohong, Askara tersenyum tipis melihat gerak-gerik Nayanika yang sudah mulai gelisah dan ketakutan karena ulahnya.

"Ya udah, buruan naik." Askara mengelus lembut surai Nayanika, membuatnya semakin terkejut.

Baru kali ini, ada seseorang yang mengelus lembut surai legam gadis itu, Nayanika jadi salah tingkah sendiri, karena perlakuan Askara. Jantungnya terasa berdebar begitu hebat seperti mau lepas dari tempatnya, Nayanika tidak bisa menghitung, sudah berapa kali jantungnya mengalami hal seperti ini.

'Nggak! Gue nggak boleh baper!' batin Nayanika.

"Lo mau naik nggak, malah bengong lagi," ucap Askara yang sukses menyadarkan Nayanika dari dalam pikirannya.

Mendengar itu, Nayanika segera menaiki motor sports milik Askara, lalu kemudian Askara mulai melajukan motornya diiringi dengan kedua temannya di belakang.

"Lo tadi, kenapa?"

"Baper ya, sama perlakuan gue?" tanya Askara yang sukses membuat gadis itu merasa malu.

"Apaan sih! lo kegeeran banget, siapa juga yang baper," elak Nayanika.

"Haha, lo jujur aja kali nggak usah di tutup-tutupin, kalau lo juga suka sama gue nggak apa-apa kok, kita bisa pacaran sekarang juga," goda Askara membuat Nayanika semakin kesal.

"Nggak! Gue nggak mau pacaran sama lo, mendingan gue sama Shaka dari pada sama lo," jawab Nayanika enteng.

"Shaka? Lo suka sama Shaka?" tanya Askara.

Nayanika semakin terkejut, ia tidak bisa berkata-kata lagi, bagaimana bisa ia keceplosan seperti ini.

"Eng-gak, kok!" lagi-lagi Nayanika mengelak.

"Kalau suka juga, nggak apa-apa kali," ujar Askara, Nayanika diam ia malu jika harus mengungkapkan semuanya pada Askara.

"Udah, ngaku aja lo sama gue." Askara terus saja memaksa Nayanika untuk mengakui perasaannya.

"Suka kan lo?"

"Iya kan?"

"Iya, gue suka," putus Nayanika, Lelaki itu benar-benar bisa membuat Nayanika berkata jujur di hadapannya.

"Tapi, lo jangan kasih tahu Shaka ya, soalnya gue malu," balas Nayanika, jujur saja dirinya benar-benar malu sekarang, pasalnya selain Mira, Askara juga mengetahui tentang perasaannya pada Shaka.

"Iya, gue nggak akan kasih tahu dia." Entah kenapa Askara menjadi tidak bersemangat, setelah mendengar ucapan dari dari gadis itu.

****

Setelah beberapa jam di perjalanan, sampailah mereka di sebuah perkampungan yang kumuh, bahkan di sekeliling mereka banyak sekali tempat-tempat sampah dan juga rongsokan.

"Ayo, ke sana," ajak Askara pada Nayanika.

Sementara Nayanika terus berpikir, mau apa ketiga pemuda itu mengajak dirinya kemari. Di sini benar-benar menjijikan dan juga bau, Nayanika tidak tahan dengan semua ini.

"Kenapa? Lo nggak biasa ya ketempat kumuh seperti ini?" Nayanika menganggukan kepalanya membuat Sharukkhan sedikit tertawa.

"Nggak apa-apa sih, gue sama Shaka awalnya juga sama seperti lo kok, tapi, lama kelamaan kita udah terbiasa," ucap Sharukkhan.

"Coba deh lo liat Askara, gue sama Shaka aja sempet nggak percaya kalau dia sering ke sini, yang gue tahu kan Askara itu anak orang kaya, jadi mana mungkin dia mau ketempat kumuh seperti ini." Nayanika melihat ke arah Askara yang saat ini tengah menenteng sebuah kantong kresek besar di kedua tangannya.

Apa yang di ucapkan Sharukkan memang benar, ia jadi merasa malu pada Askara, bahkan Askara yang benar-benar anak orang kaya saja tidak merasa jijik ke tempat seperti ini, Nayanika jadi salut pada lelaki itu, ternyata lelaki itu tidak seburuk apa yang dipikirkannya.



GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang