03. GARIS AKHIR

67 5 0
                                    


"Gimana, enak tidur diluar?" tanya Nayanika, sementara Aruna diam tidak bersuara, ia masih belum mengerti apa maksud dari ucapan putrinya itu.

"Maksud kamu sayang?"

"Ckk!" Nayanika memutar bola matanya malas.

"Ternyata selain buta, ibu juga lemot, ya!" cerca Nayanika.

"Semalam Nayanika sengaja nggak ngebukain pintu, biar ibu tidur di luar!" jelas gadis itu.

Aruna merasa sesak, anak kesayangannya lagi-lagi membuat hatinya terluka.

"Kenapa Nayanika ngelakuin itu, Nak? Ibu ada buat salah ya, sama Nayanika?" tanya Aruna dengan lembut bahkan sangat lembut.

***

Dua minggu setelah kejadian kemarin, Nayanika bersekolah seperti biasa dengan keadaan tenang, tanpa harus memikirkan tentang ibunya yang buta itu, ia tidak perlu khawatir lagi jika sewaktu-waktu ibunya akan datang ke sekolah lagi. Karena Aruna telah berjanji tidak akan datang lagi ke sekolah anaknya.

Pagi ini, seperti biasa Nayanika datang terlebih dahulu dibanding teman-teman sekelasnya, karena terlihat jika tidak ada satupun manusia berada di dalam kelas itu. Sejak di bangku SD Nayanika merupakan murid yang pintar dan rajin, jadi tidak heran jika ia datang lebih awal dibanding teman-temannya.

Tidak ada keributan, hanya ada kesunyian di dalam ruang kelas itu. Nayanika berjalan masuk ke dalam, kemudian mendudukan bokongnya pada kursi yang berada tepat di depan, karena dari dulu ia memang menyukai duduk di bangku paling depan, menurutnya duduk di bangku depan dapat memudahkannya mendengarkan penjelasan dari guru. lagi pula bangku paling depan memang merupakan kumpulan anak-anak pintar dan rajin seperti Nayanika.

Sudah berapa menit berlalu. Namun, belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang, sementara Nayanika, masih sibuk dengan buku yang sedari tadi ia baca begitu sampai di kelas.

"Morning, Nayanika." Suara bariton itu sukses mengalihkan perhatian gadis yang saat ini tengah membaca buku.

"Morning juga, Mira," balasnya dengan senyum hangat.

Nayanika dan Mira memang mendapatkan kelas yang sama, mereka begitu bahagia ketika mengetahui nama mereka berada di satu kelas yang sama, yaitu kelas MIPA-2. Itu berarti mereka memang ditakdirkan untuk menjadi best friend dan sejak itu juga mereka berdua bertambah akrab.

"Kenapa baru datang?"

Mira yang baru saja mendudukan bokongnya di kursi sebelah Nayanika langsung tersenyum malas, teman sebangkunya ini seperti tidak mengetahui dirinya saja.

"Lo tu ya, udah tahu tapi, masi aja nanya, heran deh gue." Mira menggelengkan kepalanya.

"Iya-iya gue tau, lo kan emang suka bangun kesiangan. Dasar kebo," cerca Nayanika.

Padahal Mira itu nggak datang kesiangan, tetapi memang Nayanika saja yang datangnya kepagian.

"Eh, ada si Arshaka tu," ucap Mira, pada sosok laki-laki yang baru saja datang dan memasuki kelas.

"Pagi, Shaka," sapa Nayanika kearah laki-laki itu, dengan senyum yang semanis mungkin.

" _"

Nayanika langsung memudarkan senyumannya, melihat ekspresi laki-laki itu yang biasa saja.

"Ya udah sabar aja, baru juga permulaan. Cinta itu butuh perjuangan, jadi lo harus semangat."

Mira segera menyemangati kembali temannya itu, ketika melihat raut kekecewaan di wajah gadis itu.

Nayanika memang menyukai Arshaka dari awal masuk sekolah, karena menurutnya, Arshaka benar-benar tipe cowok yang langka, sipatnya yang dingin dan cuek membuat dirinya semakin penasaran dengan lelaki itu. Bahkan untuk mengobrol dengannya saja susah, jika memang tidak memiliki keperluan yang memang dianggap penting.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang