15. GARIS AKHIR

27 2 0
                                    

Setelah kepergian Tama, Mirna menghampiri Askara, wanita paruh bayah itu berusaha menenangkan Askara.

"Den Kara." Askara sempat kaget ketika Mirna memegang pundak lelaki itu.

"Bibi." Kara tersenyum, setelah mengetahui jika itu adalah Mirna.

"Jangan di ambil hati ya ucapannya tuan , mungkin Papahnya Den Kara lagi kecapekan karena terlalu sibuk bekerja." Begitulah ucapan dari Mirna yang berusaha menenangkan Askara.

Askara mengangguk paham."Iya Bi, Kara juga Salah, seharusnya Kara bilang dulu ke rumah kalau Kara masi ada urusan di luar," ujar Askara.

"Ya sudah, kalau begitu Den Kara mandi gih, habis itu makan, Bibi udah siapin tumis kangkung kesukaan Den Kara." Askara tersenyum mendengar ucapan Mirna, ia langsung memeluk Mirna dengan senang.

"Makasih ya Bi, Bibi memang paling tahu kesukaannya Kara," ucap Askara, sementara Mirna hanya mengangguk dan tersenyum, ia ikut bahagia jika melihat anak lelaki itu bahagia.

****

"Kak, aku Mohon nggak usah ganggu aku lagi, lagian aku udah bilang kan sama Kakak, kalau aku itu nggak suka sama Kakak," ucap Amara pada lelaki di hadapannya.

"Tapi, aku suka sama kamu Amara, aku mau kamu jadi milik aku," balas lelaki itu.

"Kak Lengkara, aku mohon sekali lagi sama Kakak, jangan paksa aku. Aku nggak mau Kak, lagi pula aku nggak mau Kak Septi ngebully aku lagi karena di tuduh ngedeketin kakak," jelas Amara.

"Kamu nggak usah takut sama Septi. Aku jamin, dia nggak akan macam-macam lagi sama kamu," ujar Lemgkara, yang mencoba meyakinkan Amara.

Lengkara menggapai kedua tangan Amara dan menggenggamnya.

"Amara, aku beneran suka sama kamu, aku cinta sama kamu. Aku mohon, tolong buka sedikit hati kamu buat aku, kamu mau kan?" mohon Lengkara.

Amara melepaskan genggaman dari tangan Lengkara. "Aku nggak bisa, Kak," tolak Amara.

Sekali lagi, Lengkara menggapai tangan Amara. "Aku mohon Amara, kita coba dulu ya, aku yakin perasaan itu pasti akan tumbuh seiring berjalannya waktu."

"Aku nggak mau Kak, aku Mohon ngertiin aku." Amara berusaha melepas genggaman tangannya dari Lengkara.

"Kak lepasin aku!" Amara ketakutan, ketika Lengkara terus memaksanya, ditambah lagi genggaman dari Lengkara semakin kuat di tangannya.

"Nggak! Aku nggak akan ngelepasin kamu sebelum kamu nerima cinta aku Amara!" tegas Lengkara.

"Kak, lepasin aku!" Amara terus berontak.

"Lepasin dia!" Suara itu sukses mengalihkan atensi kedua remaja itu.

"Lo!" Mata Lengkara menajam, ketika melihat lelaki itu.

"Askara." Amara tersenyum ketika melihat lelaki itu.

"Gue nggak akan ngelepasin dia, mending lo pergi dan nggak usah ikut campur urusan gue!" tegas Lengkara.

"Gue nggak akan pergi sebelum lo ngelepasin teman gue!" Mata Askara menajam, lelaki itu menatap lawanya seperti singa yang ingin mencengkram mangsanya.

Lengkara memperlihatkan senyum seringainya. "Mau nyari gara-gara lagi lo sama gue?"

"Oh iya gue lupa, waktu di kantin kemarin lo berhasil ngalahin gue kan? Jadi sekarang lo merasa udah jadi jagoan, karena udah ngalahin gue!" Lengkara tersenyum licik lalu menepuk kedua tangannya.

Askara mengepalkan kedua tangannya, lelaki itu mengingat kejadian beberapa waktu lalu, di saat Lengkara dan kedua temannya ingin memalak Askara, Shaka dan juga Sharukkhan sehingga mereka berakhir dengan adu jotos.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang