30. GARIS AKHIR

36 0 0
                                    


"Sayang, kamu ngomong sama siapa?"

Suara Aruna mengalihkan atensi Nayanika, gadis itu melihat ibunya saat ini tengah berjalan ke arahnya, dengan bantuan tongkat di tangannya.

"Nayanika lagi ngomong sama Askara, Bu."

Nayanika membalikkan badannya, ia terkejut karena tidak mendapati Askara di sana. Ia bingung kemana lelaki itu pergi, Nayanika mencari-cari keberadaan lelaki itu.

"Di mana Askaranya, Nay?" tanya Aruna, karena sedari tadi ia tidak mendengar suara lelaki itu.

"Tadi, Nayanika ngomong sama Askara kok Bu."

Nayanika yakin, jika yang berbicara dengannya tadi adalah Askara.

"Tapi, kok nggak ada?"

Nayanika juga bingung, apa mungkin jika dirinya berhalusinasi? Karena sejak tahu tentang kondisi Askara tadi, ia terlihat begitu khawatir.

"Ya sudah, ayo masuk, ini sudah malam, Nak," ajak Aruna.

Nayanika mengangguk dan menutup kembali pintu rumahnya, gadis itu masih terus berpikir tentang apa yang baru saja terjadi, ia benar-benar merasa bingung.

****

Keesokan harinya di sekolah, Nayanika, Mira, Amara, Shaka, dan juga Sharukhan, di kejutkan dengan berita meninggalnya Askara.

Mereka seakan tidak percaya dengan berita meninggalnya Askara, ini seperti mimpi, bahkan mereka juga baru tahu jika selama ini Askara mengidap kanker otak.

"Ini mimpi kan?" Nayanika menatap Mira, matanya saat ini sudah berkaca-kaca, ia masih belum percaya dengan semua ini.

"Mir, ini nggak bener, kan? Semalam gue masih ketemu sama Askara, kok! Dia datang ke rumah gue. Kita masih ngobrol bareng, Mir! Gue nggak percaya ini!"

"Askara meninggal semalam Nay, lo dengar sendiri kan beritanya?"

Nayanika menggeleng. "Nggak, gue nggak percaya!"

"Askara nggak mungkin ninggalin gue, dia nggak mungkin ninggalin gue gitu aja, dia udah janji sama gue!"

"Tapi, inilah kenyataannya Nay, Askara udah pergi, dia ninggalin kita semua yang ada di sini," ucap Mira dengan isak tangisnya

Nayanika terduduk lemas, air matanya sudah jatuh membasahi pipi, Nayanika masi mengingat jelas kejadian semalam, ia tidak mungkin lupa dengan kejadian itu. Askara datang ke rumahnya untuk berpamitan.

"Apa ini yang lo maksud pamit, Ra?" tanya Nayanika begitu lirih.

Mira langsung memeluk Nayanika, begitupun dengan Amara, bahkan Shaka dan juga Sharukhan masi tidak percaya dengan semua ini.

"Kita harus ke rumahnya, gue dengar Askara di makamkan siang ini setelah zhuhur," ujar Shaka.

****

"Maafin Papah Kara," lirih lelaki itu dengan isak tangisnya.

"Bahkan di saat-saat terakhirmu, Papah nggak bisa kasih kamu kebahagian,"

"Papa memang orang tua yang buruk untuk kamu, Nak. Maafin Papa, Kara ...."

Di kediaman rumah Askara, Nayanika melihat Tama sedang menangis sejadi-jadinya di hadapan jenazah Askara, lelaki itu menyesali semua perbuatannya selama ini, ia baru menyadari semuanya setelah mendapat surat yang Askara buat sebelum ia meninggal.

Nayanika menatap kosong ke arah jenazah Askara, tubuh lelaki itu sudah terbujur kaku dengan balutan kain kafan. Ini seperti mimpi, Nayanika masi tidak menyangka jika Askara akan meninggalkannya secepat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang