23. GARIS AKHIR

16 0 0
                                    

Tahun-tahun sudah berlalu, kini Nayanika dan juga teman-temannya sudah menginjak kelas tiga SMA, mereka berenam juga semakin akrab, bahkan akhir-akhir ini Shaka dan juga Nayanika semakin dekat. Namun, entah kenapa Shaka masi belum juga mengungkapkan perasaannya pada Nayanika.

"Askara kemana ya, kok seminggu ini dia nggak masuk sekolah?"

Nayanika membuka obrolan, ia penasaran apa yang membuat Askara tidak masuk sekolah.

Sharukhan masi sibuk dengan makanannya, sementara Shaka, Mira, dan juga Amara ikut bingung dan juga penasaran apa yang membuat temannya itu tidak masuk sekolah, bisa dibayangkan jika saat ini mereka tengah berada di kantin.

"Gue juga bingung, dia juga nggak ngasi kabar sama gue, tapi, nggak tahu kalau sama Sharukhan," ujar Shaka.

Sharukhan yang lagi enak-enaknya menyantap makanan, merasa terganggu melihat semua temannya menatap ke arahnya.

"Kalian semua kenapa natapin gue gitu?"

"Askara juga nggak ngasi tahu lo, kenapa dia nggak sekolah selama seminggu ini?" ucap Amara.

"Iya, gue juga nggak tahu, udah seminggu ini Dia nggak ngechat ataupun nelepon gue."

"Sama, gue juga. Biasanya dia sering banget gangguin gue lewat telepon, dia sering nelponin gue malem-malem." Entah kenapa Nayanika menjadi rindu akan hal itu.

"Cie, berarti tiap malam Askara sleep call terus dong sama lo," goda Mira.

"Bukan gitu maksudnya," elak Nayanika.

"Udah jujur aja, nggak apa-apa, kok."

"Nggak, kok."

Nayanika merasa tidak enakan pada Shaka, ia melirik Shaka saat ini, wajah lelaki itu tampak datar seperti biasanya.

Nayanika bingung, sebenarnya Shaka memiliki perasaan atau tidak kepadanya, karena semua perlakuan Shaka selama ini seperti menunjukkan kalau lelaki itu menyukainya.

"Aww," jerit Amara.

Tangan gadis itu tidak sengaja menghantam meja kantin dan sukses membuatnya meluruh kesakitan.

"Lo nggak apa-apa?"

Shaka reflek memegang tangan Amara, ia melihat tangan gadis itu yang saat ini sudah memar karena hantaman yang cukup keras tadi.

"Tangan lo lebam Ra, kalau nggak segera diobati pasti lebamnya makin parah,"

"Iya Ra, tangan lo lebam gitu, lo sih nggak hati-hati," timpal Mira.

"Ayo Ra ikut gue ke UKS, biar gue yang obatin." Tanpa aba-aba, Shaka langsung mengajak Amara ke UKS, sementara Nayanika, ia hanya melihat kepergian kedua remaja itu dengan rasa cemburu.

Amira menyadari jika sahabatnya kini tengah bersedih, ia tahu betul jika Nayanika sangat mencintai Shaka.

"Udah nggak usah sedih, Shaka emang baik ke semua orang, jadi wajar kalau dia ngelakuin itu ke Amara," ucap Mira menenangkan.

****

Di dalam kamar, Nayanika menatap langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan kejadian tadi, jujur saja dirinya merasa bingung dengan sikap Shaka, di satu sisi Shaka begitu baik kepadanya. Namun, di sisi lain lelaki itu juga baik dan begitu perhatian dengan Amara, Nayanika bingung sebenarnya siapa yang di cintai oleh Shaka.

"Seandainya Askara ada di sini," ucap Nayanika.

Entah kenapa dirinya menjadi teringat dengan lelaki monster menyebalkan itu, coba aja kalau lelaki itu ada bersamanya, pasti ia akan menceritakan semua ini kepadanya. Bagi Nayanika, cuma Askara lah yang bisa dirinya ajak bercerita, baik tentang masalah keluarga maupun masalah percintaannya dengan Shaka.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang