04. GARIS AKHIR

46 4 0
                                    


Aruna sengaja memasak untuk Nayanika, bahkan beberapa hari ini ia sengaja untuk belajar memasak, karena semenjak dirinya tidak bisa melihat adiknya lah yang sering memasak untuk mereka. Namun, mengingat Adiknya sedang ke Jerman untuk menjemput Anaknya, maka Aruna berinisiatif untuk belajar memasak, ia juga tidak mau merepotkan adiknya itu. Meskipun setiap hari pembantu dari rumah adiknya sering mengantarkan makanan kerumahnya.

Gadis itu merasa jengah, ibunya itu selalu saja mengganggu kesenangan dirinya.

"Kenapa si bu berisik bangett, ganggu tau nggak!" Nayanika memandang Kesal ibunya itu.

Merasa anaknya sudah berada di depannya, Aruna tersenyum.

"Kita makan ya Nak, ibu sudah masakin makanan buat Nayanika."

"Emang ibu bisa masak?" ketusnya.

"Alhamdulillah sayang ibu sudah bisa masak sekarang, jadi kita nggak perlu ngerepoti tante Aluna lagi." Balas Aruna senang.

Nayanika memberikan tatapan menyelidik kepada ibunya. Ia tidak yakin jika ibunya yang buta itu bisa memasak dengan benar, bisa saja kan ibunya itu salah memasukan bahan masakan, secara wanita tua itu tidak bisa melihat.

Nayanika memutar bola matanya malas
"Ya udah iya, Nayanika makan."

Aruna tersenyum senang mendengar ucapan putrinya itu, tanpa berlama-lama Aruna segera meraih tangan Nayanika dan mengajaknya kemeja makan, dengan perlahan Aruna mengarahkan tongkatnya dan berjalan dengan menggandeng Nayanika. Jika dipikir, saat ini posisi mereka seperti Aruna yang menuntun Nayanika.

Nayanika yang merasa risih dengan perlakuan itu, menghela nafas gusar dan melepas kasar gandengan ibunya.

"Udah deh, nggak usah gandengan segala. Memangnya mau nyebrang apa!"

"Lagian Nayanika bisa jalan sendiri."

Setelahnya, Nayanika pergi menuju meja makan meninggalkan ibunya.

"Sok-sokan ngegandeng, yang ada gue yang ngegandeng dia biar nggak jatuh." Gerutu Nayanika, gadis itu segera mendudukan bokongnya dikursi makan.

Nayanika melihat meja makan yang sudah dipenuhi dengan beberapa lauk pauk di atasnya. Lalu, tersenyum miring.

"Nggak yakin gue kalau semua makanan ini enak, bisa aja kan ibu Salah ngasi bumbu, bukannya ngasi garam malah ngasi gula. secara orang tua itu kan buta!" ucapnya remeh.

"Gimana sayang enak nggak masakan ibu?" tanya Aruna yang baru saja sampai, saat ini, ia ingin mendudukan diri di kursi makan.

"Dimakan aja juga belom gimana bisa tau rasanya." cicit gadis itu.

"Ck! Kalau aja gue nggak keroncongan ogah banget makan masakan ibu! Udah pasti nggak enak ni makanan!" Gerutunya yang hanya bisa didengar dirinya sendiri.

Nayanika mengambil nasi, lalu mengambil beberapa lauk pauk sebelum dirinya memakannya.

"Huwekkk!"

"Apaan ni nggak enak banget, sayur kangkung kok manis gitu!" ucap Nayanika sambil melepehkan makanan di dalam mulutnya.

"Tapi perasaan ibu udah bener kok ngasi bumbunya," ucap Aruna.

"Jadi maksud ibu, lidah aku yang bermasalah?"

"Bukan seperti itu Nak. Tapi, tadi ibu sudah yakin kalau yang ibu masukan itu garam bukan gula."

Aruna sangat yakin, karena sebelum ia memberikan bumbu, dirinya terlebih dahulu mencicipi bumbu-bumbu tersebut.

"Mau yakin gimana kalau yang masak aja nggak bisa ngeliat, udah deh nggak usah sok-sokan masak lagi. Terima aja kalau ibu itu emang nggak bisa ngapa-ngapain!"

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang