07. GARIS AKHIR

58 4 0
                                    


"Sayang, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada tante Aruni?" Nayanika langsung menatap tajam kearah ibunya, terlihat jelas ada kebencian dari sorot mata gadis itu.

"INI SEMUA KARENA IBU! KENAPA IBU NGGAK SAMA SEPERTI IBU TEMAN-TEMAN NAYANIKA PADA UMUMNYA!"

"NAYANIKA MALU BU! NAYANIKA SELALU DI BULLY KARENA PUNYA IBU YANG BUTA!"

"IBU NGGAK AKAN PERNAH TAHU GIMANA RASANYA DI JAUHIN, GIMANA RASANYA NGGAK PUNYA TEMAN, GIMANA RASANYA DIKUCILKAN! IBU NGGAK AKAN PERNAH TAHU!"

Dengan dada yang menggebu-gebu serta emosi yang memuncak, Nayanika mengatakan hal yang begitu menyakitkan kepada ibunya sendiri.

"NAYANIKA BENCI  IBU! NAYANIKA BENCI PUNYA IBU YANG BERBEDA! NAYANIKA BENCI LAHIR DARI RAHIM IBU!"

Hati ibu mana yang tidak sakit mendengar ucapan seperti itu, terlebih lagi dari anak kandungnya, anak yang dulu ia kandung selama sembilan bulan, anak yang ia lahirkan dengan bertaruh nyawa, anak yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang.

"NAYANIKA!" bentak Arunika, ia begitu emosi mendengar ucapan yang keluar dari mulut keponakannya itu.

Satu tamparan mulus Arunika layangkan kepada Nayanika, keponakan yang begitu ia sayangi seperti putrinya sendiri.

Nayanika meringis kesakitan, memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan dari Arunika, sementara Arunika masih tidak percaya. Apa yang telah ia lakukan kepada keponakannya.

"Tante jahat," lirih Nayanika dengan isak tangisnya.

"Nayanika maafin tante sayang." Arunika mendekati Nayanika dan ingin memeluknya, tetapi, langsung dicegah oleh Nayanika.

"Cukup Tan, nggak usah sok peduli lagi sama aku!" ujar Nayanika dan kemudian dirinya berlari keluar rumah.

"Nayanika maafin tante," lirih Arunika.

"Nayanika pergi kemana Ra?" tanya Aruna kepada Amara, ketika mendengar langkah kaki putrinya pergi.

"Amara juga nggak tau Tan. Tapi, tante tenang aja ya, biar Amara yang susul Nayanika," ucap gadis itu.

"Mah, biar Amara yang susul Nayanika." Ucapan Amara diangguki oleh Arunika, dan kemudian gadis itu segera pergi menyusul sepupunya.

***

Nayanika terus berlari sambil menangis, gadis itu tidak tahu sudah sejauh mana ia berlari, yang jelas hatinya kini begitu rapuh, ia ingin bercerita, ia ingin meluapkan semua isi hatinya. Tapi, tidak tahu pada siapa.

Sementara hari sudah semakin sore, bahkan langit kini sudah dipenuhi oleh awan hitam dengan angin yang terus bertiup kencang.

"Aaaa!!!" pekik Nayanika ketika mendengar suara gemuruh, gadis itu menutup telinga dengan kedua tangannya.

Benar saja hujan turun setelahnya, seakan tahu dengan apa yang saat ini tengah gadis itu rasakan, hujan turun dengan derasnya bersamaan dengan Nayanika yang terus menangis di bawah guyuran hujan. Gadis itu berjalan di tengah-tengah hujan dengan seragam sekolah yang sudah basah kuyup sambil menangis sesegukan.

"Ayah, Nayanika kangen sama Ayah," lirihnya dengan isak tangis.

Entah kenapa Nayanika tiba-tiba mengingat Ayahnya, ia begitu merindukan sosok pelindung seperti Ayahnya.

"Coba ayah masi ada di sini, mungkin Nayanika tidak akan pernah mengalami hal seperti ini ayah,"

Nayanika terus menangis. Ia yakin, jika Ayahnya masi ada mungkin nasibnya tidak akan seperti ini, ia yakin jika Ayahnya akan melindungi dirinya dari orang-orang yang akan menyakitinya. Ia tidak akan membiarkan putri kesayangannya menangis seperti sekarang.

GARIS AKHIR ~SUDAH TERBIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang