Three : It's just a nightmare Karina

2.6K 303 18
                                    

"Hei tenanglah."

"Tch! Tangganya kemana? Kenapa ada pintu disini?!"

Mulut Sander sedikit terbuka, keningnya mengkerut dengan otak yang terus berpikir di dalam kepalanya. Sander sungguh tidak mengerti maksud Karina.

"MANA?! JAWAB SEBELUM AKU BACAIN AYAT KURSI!"

"Kursi? Kau butuh kursi?"

"Sial..."

Karina mendesis, menatap Sander dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat panik sekarang, kepalanya pun tak kalah kalang kabut memikirkan situasi saat ini. Menyerah untuk mendapat jawaban dari Sander yang sekarang terlihat bodoh dimatanya, Karina memilih keluar dari pintu ruangan tersebut.

Nafasnya semakin tercekat melihat pemandangan yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Karina melangkah dengan berat menelusuri sekeliling, mengabaikan Sander yang memanggil dan mengikutinya dari belakang.

Tembok bernuansa klasik, barang-barang asing yang terlihat mewah dan kuno. Hallway yang ditelusuri nya saat ini sangatlah panjang dan luas.

Disebelah kanan terdapat pintu-pintu besar yang tak diketahui ruangan apa didalamnya. Guci beserta laci yang terlihat antik pun berjejer rapi di samping tiap pintu.

Karina mengadahkan kepalanya ke atas. Langit-langit tempat ini sangatlah tinggi dan melengkung, dihiasi dengan ukiran-ukiran aneh namun sangat menarik perhatian mata.

Gadis yang kebingungan ini kini menunduk setelah menyadari bahwa lantai yang dipijaknya beralaskan karpet merah. Pantas kaki telanjangnya terasa sangat nyaman.

Merasa silau yang menusuk mata, Karina segera menoleh ke kiri. Seorang berseragam pelayan tampak menarik gorden dari salah satu jendela besar.

Kakinya melangkah mendekat untuk melihat kearah luar, mengabaikan Pelayan muda yang memekik kaget karena kehadirannya. Perlahan, matanya melebar melihat apa yang dilihatnya saat ini.

Gak, gak mungkin! Hahahaha apasih aku mimpi ya?

Batinnya memang mencoba untuk menenangkan diri, tapi dadanya tampak kembang kempis diiringi nafas tak beraturan. Alisnya hampir menyatu dengan tatapan mata yang menunjukkan kebingungan.

Apa-apaan pula suasana yang terlihat temaram ini?!

"Permisi nona and──

Karina tak menggubris, ia langsung pergi. Begitu matanya menemukan sebuah tangga, berlari lah gadis ini, terlihat sangat jelas ia terburu-buru dengan mata yang penuh harapan.

Deg!

Bukan, bukan tangga yang seperti ini.

Detik itu juga Karina merosot jatuh, kakinya lemas tak sanggup menopang tubuhnya. Diintip nya ke bawah walau sudah hilang harapan. Jantungnya seolah turun ke perut, wajah cantik pun semakin memucat dengan mata yang siap meluncurkan air mata.

Bagian putih bola matanya mulai memerah menahan tangis. Gadis yang terkulai lemah ini takut setengah mati melihat pemandangan asing dibawah.

Tenang-tenanglah Karina! Ini hanya mimpi, mimpi buruk. Sebentar lagi juga akan bangun.

Srot!

Karina menarik ingusnya yang mendadak turun. Tuh kan! Sebelumnya emang aku lagi sakit dan tidur, ini pasti mimpi karena sakit!

"Gak papa aku cuman──

Ugghhh. Dadanya terasa sesak memikirkan kejadian tak masuk akal ini.

1928Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang