"Lain kali berhati-hatilah Eva.."
"Rowa aku sudah mengatakan padamu berkali-kali, aku tidak sengaja!"
"Kau beruntung dia hanya memarahi mu."
"Beruntung?? Dia memarahi ku di depan Aaron! Itu benar-benar memalukan, ugh.."
Eva yang melangkah tepat disamping Rowa memainkan jari-jarinya. Bibir yang akan mengeluarkan keluhan lagi itu mengerucut sebal.
"Ya ampun, bagaimana jika Aaron mengira aku adalah gadis yang nakal? Oh Rowa.. apa yang harus ku lakukan untuk mengembalikan citraku dihadapan Aaron?" Nada suaranya begitu malang.
Rowa mendesah jenuh, kalau berbicara dengan Eva tentu tidak akan lepas dari Aaron. Gadis ini benar-benar tidak tahu dia telah membuat masalah, dan asik dengan dunianya saja.
"Kau benar-benar lebih memikirkan itu dari pada pekerjaan mu?" Rowa menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Hei! Jangan menatap ku seperti itu, Aaron lah yang membuat ku semangat bekerja disini. Tentu saja aku memikirkan nya."
Suara helaan nafas kembali terdengar, "baiklah. Apapun yang membuat mu senang."
Rowa berhenti mendadak membuat gadis disebelahnya mengikutinya. Kali ini wajahnya terlihat serius, benar-benar mengkhawatirkan Eva walau terkadang gadis itu menyebalkan.
"Tuan Helios sudah kembali Eva. Lebih baik jaga perilaku mu, kau tidak bisa bertindak sesuka hati mu lagi mulai sekarang."
Gaya bicaranya benar-benar seperti seorang kakak yang menasihati adik kecil nya. Yah memang usia mereka pun hanya berbeda lima tahun saja.
Sementara Eva, dengan peran adik yang membangkang hanya menggembungkan pipinya sambil menatap ke arah lain.
"Aku tahu kau memang menghindari nya. Tapi cobalah untuk tidak membuat keributan yang akan menarik perhatian Tuan Helios. Aku mengatakan ini untuk kebaikan mu sendiri, kau mengerti Eva?"
Gadis itu merotasikan bola matanya, mengangguk malas. "Baiklah.."
"Bagus. Baiklah, aku harus segera kembali pada Nona Karina. Beliau pasti sudah menungguku ───"
"Eh? Itu Nona Karina!"
Rowa segera menoleh, mengikuti arah pandang Eva. Benar saja, dari arah berlawanan nona muda itu terlihat sangat buru-buru dengan setengah berlari.
"Ya ampun, benar kan apa yang ku bilang? Nona itu benar-benar aneh, kenapa dia berlari tanpa alas kaki seperti itu?"
"Astaga Nona! Anda baik-baik saja?"
Rowa segera menggapai tangan Karina. Membantu gadis itu yang kesusahan untuk menahan dirinya sendiri.
Raut kaget dan takut terpampang jelas di wajahnya. Matanya melebar dengan mulut yang ternganga untuk akses nafas kasar tak beraturan yang terdengar jelas di telinga.
Eva yang mulai ikut panik berbisik pada Rowa. "Rowa... Nona itu kenapa?"
Rowa dapat merasakan cengkraman di tangannya mengerat. Tangan milik Karina terlihat gemetaran menyalurkan emosi yang dirasakan.
"Nona, tolong katakan sesuatu.."
Karina tidak menjawab, bahkan tidak melihat ke arah dua wajah yang memberinya raut kekhawatiran. Matanya menatap ke lantai, seolah otaknya masih berproses untuk mencerna apa yang baru disaksikan nya.
Rowa yang menyadari ada hal yang tidak beres dari nona nya segera menuntun Karina untuk masuk keruangan terdekat dan membantu nya duduk di sofa.
"Rowa..."

KAMU SEDANG MEMBACA
1928
Teen FictionSudah kurang lebih dua minggu, Karina dan kawan-kawannya menjalani KKN di desa Kelabu dengan damai. Tapi pagi itu, kepalanya yang terasa berat membuatnya harus tinggal sendiri di rumah dan memilih untuk beristirahat. Begitulah rencananya, sampai sua...